Perbedaan Kejang Demam, Meningitis dan Ensefalitis
1. Kejang Demam
Definisi - Bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium
Etiologi
- Belum diketahui secara pasti
Patofisiologi
- Kenaikan suhu metabolisme basal ↑ perubahan keseimbangan dari membran sel neuron difusi ion K dan ion Na melalui membran sel lepas muatan listrik meluas melalui neurotransmitter kejang
Manifestasi Klinis
a. Kejang demam sederhana
-berlangsung kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri
-tidak terulang dalam waktu 24 jam
-Kejang umum tonik dan/atau klonik
b. Kejang demam kompleks
-berlangsung >15 menit, fokal/ multipel (kejang >1 dalam 24 jam)
Diagnosis
- -Anamnesa (demam, serangan kejang, RPD, RPK, dll)
- -Pemeriksaan Fisik (vital sign, neurologik)
- -Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Penunjang
-Pemeriksaan Laboratorium: Darah rutin, glukosa darah, elektrolit, urin dan feses rutin (makroskopis dan mikroskopik), kultur darah
-Pemeriksaan LP
• Sangat dianjurkan : < 12 bulan
• Dianjurkan : 12-18 bulan
• Dipertimbangkan : > 18 bulan
-EEG : Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas & tidak menunjukan kelainan likuor. Pemeriksaan EEG dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas, misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal
-Foto X-ray, CT-Scan, MRI dilakukan atas indikasi : Kelainan neurologic fokal yang menetap (hemiparesis), Paresis nervus VI, Papiledema
Penatalaksanaan
-Penanganan Pada Saat Kejang
• Menghentikan kejang:
- Diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/KgBB/dosis IV (perlahan-lahan) atau 0,4-0,6mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA
• Turunkan demam:
- Antipiretika: Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 5-10 mg/KgBB/dosis PO, keduanya diberikan 3-4 kali perhari Kompres: suhu > 39C: air hangat; suhu >38C: air biasa
- antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya
- 1. Bebaskan jalan nafas. 2. Pemberian oksigen. 3. Menjaga keseimbangan air dan elektrolit. 4. Pertahankan keseimbangan tekanan darah
• Pencegahan berkala (intermiten)
- untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam 0,3 mg/KgBB/dosis PO dan antipiretika pada saat anak menderita penyakit yang disertai demam
- untuk kejang demam komplikasi dengan Asam Valproat 15-40 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 2-3 dosis
Diagnosis Banding
- Meningitis
- Ensefalitis
Komplikasi
- -Pneumonia aspirasi
- -Asfiksia
- -Retardasi mental
Prognosis
Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi:
- -Kejang demam berulang
- -Epilepsi
- -Kelainan motorik
- -Gangguan mental dan belajar
2. Ensefalitis
DefinisiRadang pada selaput otak (meningen)
Etiologi
- Bakteri (Mycobacterium tuberculosa, Neisseria meningitis, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae)
- Penyebab lainnya lues
- Virus
- Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan
- Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
- Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan
Patofisiologi
- Virus/bakteri hematogen
- selaput otak, misalnya pada penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia,
- Bronchopneumonia dan Endokarditis
- Penyebaran bakteri/virus dapat pula secara perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput otak, misalnya Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus dan Sinusitis.
- Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur
- terbuka atau komplikasi bedah otak.
- Invasi kuman-kuman menuju ruang
- subaraknoid menuju radang pada pia dan araknoid, CSS (Cairan Serebrospinal) & sistem ventrikulus
Manifestasi Klinis
- Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma
- Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
- Rigiditas nukal (kaku leher).Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
- Tanda kernik positif : ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna
- Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan
- Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan perubahan karakteristik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan pulse dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
- Adanya ruam (Meningitis meningococal)
- Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata
Diagnosis
- -Anamnesa (didapatkan trias meningitis : sakit kepala, demam, kaku kuduk, RPD, dll)
- -Pemeriksaan fisik (vital sign, didapatkan meningeal sign, neurologik)
- -Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Penunjang
1.Analisis CSS dari Pungsi lumbal:
- Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh, sel darah putih (PMN) dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri. Pada Meningitis TBC, ada gambaran pleiositosis
- Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan jernih, sel darah putih (MN) meningkat, glukosa normal, protein menurun, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus, Pellicle
3. MRI/ CT Scan : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik/tumor
4. Rontgen dada/kepala/ sinus :mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.
Penatalaksanaan
- -Terapi umum : tirah baring total, pemberian cairan yang adekuat, terapi 5B (Blood, Brain, Barrier, Bowel, Bladder), terapi simptomatik (antikonvulsan, analgetik)
- -Terapi abortif : Antibiotik (sesuai dengan etiologi)
Diagnosis Banding
- Perdarahan subarachnoidal
- Meningismus
- Ensefalitis
- Abses Otak
- Abses ekstradural, abses subdural
Komplikasi
- - Hidrosefalus obstruktif
- - Meningococcal Septicemia (mengingocemia)
- - Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral)
- - SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
- - Efusi subdural
- - Kejang
- - Edema dan herniasi serebral
- - Cerebral palsy
- - Gangguan mental
- - Gangguan belajar
- - Attention deficit disorder.
Prognosis
- Prognosis pada meningitis bakteri bila tidak diobati dengan baik dapat berakibat fatal.
3. Ensefalitis
DefinisiRadang pada jaringan otak
Etiologi
- -Bakteri
- -Virus (sering)
- -Parasit
- -Fungus
- -Riketsia
Patofisiologi
Virus masuk menuju kulit, saluran nafas, dan saluran pencernaan menuju menyebar:
- Setempat : virus hanya menginfeksi selaput lendir, permukaan/organ tertentu
- Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah kemudian menyebar ke berbagai organ dan berkembang biak pada organ tersebut.
- Penyebaran hematogen sekunder : virus berkembang biak di daerah pertama kali ia masuk (permukaan selaput lendir) kemudian menyebar ke organ lain.
- Penyebaran melalui syaraf : virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem syaraf.
Kelainan pada pasien ensefalitis disebabkan oleh:
- Invasi dan perusakan langsung pada jaringan otak oleh virus yang sedang berkembang biak
- Reaksi jaringan saraf pasien terhadap antigen virus yang akan berakibat kerusakan vaskular sedangkan virusnya sendiri sudah tidak ada dalam jaringan otak
- Reaksi aktivasi virus neurotropik yang bersifat laten
Manifestasi Klinis
-Masa prodromal berlangsung 1-14 hari, ditandai dengan:
-demam
-sakit kepala
-mual-muntah
-nyeri tenggorokan
-malaise
-nyeri ekstremitas
-pucat
-Tanda ensefalitis yang berat ringannya tergantung pada distribusi dan luas lesi pada neuron. Gejalanya:
-gelisah
-irritable
-screaming attack
-perubahan perilaku
-gangguan kesadaran
-kejang
-Terkadang disertai juga dengan tanda neurologis fokal berupa afasia, hemifaresis, hemiplegia, ataksia, dan paralysis saraf otak.
Diagnosis
- -Anamnesa (demam, sakit kepala, riwayat pemaparan selama 2-3 minggu terakhir terhadap penyakit melalui kontak, RPD, dll)
- -Pemeriksaan fisik (vital sign, neurologik
- -Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Penunjang
- -Pemeriksaan Laboratorium: Darah rutin lengkap, gula darah, elektrolit dan biakan darah
- -Analisis Pungsi lumbal: cairan jemih, jumlah sel diatas normal, hitung jenis didominasi oleh limfosit, protein dan glukosa normal atau meningkat
- -Pemeriksaan CT atau MRI kepala menunjukan gambaran edema otak
- -Pada pemeriksaan EEG didapatkan gambaran penurunan aktivitas atau perlambatan
Penatalaksanaan
- Tangani kejang yaitu beri Fenobarbital 5-8 mg/kgBB/24 jam. Jika kejang sering terjadi, perlu diberikan Diazepam (0,1-0,2 mg/kgBB) IV, dalam bentuk infus selama 3 menit.
- Memperbaiki homeostatis, dengan infus cairan D5 - 1/2 S atau D5 - 1/4 S (tergantung umur) dan pemberian oksigen.
- Mengurangi edema serebri serta mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh anoksia serebri dengan Deksametason 0,15-1,0 mg/kgBB/hari i.v dibagi dalam 3 dosis.
- Menurunkan tekanan intrakranial yang meninggi dengan Manitol diberikan intravena dengan dosis 1,5-2,0 g/kgBB selama 30-60 menit. Pemberian dapat diulang setiap 8-12 jam. Dapat juga dengan Gliserol, melalui pipa nasogastrik, 0,5-1,0 ml/kgbb diencerkan dengan dua bagian sari jeruk. Bahan ini tidak toksik dan dapat diulangi setiap 6 jam untuk waktu lama.
- Pengobatan kausatif.
Diagnosis Banding
- Meningitis TB
- Abses otak
- Abses ekstradural, abses subdural
- Infiltrasi neoplasma
- Tumor otak
- Ensefalopati
Komplikasi
- -Retardasi mental
- -Epilepsy
- -Halusinasi
- -Enuresis
- -Berakibat anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain
Prognosis
- Prognosis bergantung pada kecepatan dan ketepatan pertolongan. Disamping itu perlu dipertimbangkan pula mengenai kemungkinan penyulit yang dapat muncul selama perawatan. Edema otak dapat sangat mengancam kehidupan penderita.
- Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung pada etiologi penyakit dan usia penderita. Bayi biasanya mengalami penyulit dan gejala sisa yang berat.
No.
|
Sub
|
Kejang Demam
|
Meningitis
|
Ensefalitis
|
1
|
Definisi
|
Bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal diatas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium
|
Radang
pada selaput otak (meningen)
|
Radang
pada jaringan otak
|
2
|
Etiologi
|
Belum
diketahui secara pasti
|
-Bakteri (Mycobacterium tuberculosa, Neisseria meningitis, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae)
-Penyebab lainnya lues
-Virus
- Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan -Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin. -Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan |
-Bakteri
-Virus
(sering)
-Parasit
-Fungus
-Riketsia
|
3
|
Patofisiologi
|
Kenaikan
suhu à
metabolisme basal ↑ à
perubahan keseimbangan dari membran sel neuron à
difusi ion K dan ion Na melalui membran sel à lepas
muatan listrik à
meluas melalui neurotransmitter à kejang
|
-Virus/bakteri
à
hematogen à
selaput
otak, misalnya pada penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia,
Bronchopneumonia
dan Endokarditis
-Penyebaran
bakteri/virus dapat pula secara perkontinuitatum dari peradangan organ atau
jaringan yang ada di dekat selaput otak, misalnya Abses otak, Otitis Media,
Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus dan Sinusitis.
-Penyebaran
kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur
terbuka
atau komplikasi bedah otak.
-Invasi
kuman-kuman à ruang
subaraknoid
à
radang pada pia dan araknoid, CSS (Cairan Serebrospinal) & sistem ventrikulus
|
Virus masuk à kulit, saluran nafas, dan saluran pencernaan à menyebar:
1. Setempat : virus hanya menginfeksi selaput
lendir, permukaan/organ tertentu
2. Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam
darah kemudian menyebar ke berbagai organ dan berkembang biak pada organ
tersebut.
3. Penyebaran hematogen sekunder : virus berkembang
biak di daerah pertama kali ia masuk (permukaan selaput lendir) kemudian
menyebar ke organ lain.
4. Penyebaran melalui syaraf : virus berkembang biak
di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem syaraf.
Kelainan pada pasien ensefalitis
disebabkan oleh:
1. Invasi dan perusakan langsung pada jaringan otak oleh virus yang sedang
berkembang biak
2. Reaksi jaringan saraf pasien terhadap antigen
virus yang akan berakibat kerusakan vaskular sedangkan virusnya sendiri sudah
tidak ada dalam jaringan otak
3. Reaksi aktivasi virus neurotropik yang bersifat
laten
|
4
|
Manifestasi
Klinis
|
a.
Kejang demam sederhana
-berlangsung
kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri
-tidak
terulang dalam waktu 24 jam
-Kejang umum
tonik dan/atau klonik
b.
Kejang demam kompleks
-berlangsung
>15 menit, fokal/ multipel (kejang >1 dalam 24 jam)
|
-Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
-Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma
-Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
·
Rigiditas nukal (kaku
leher).Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme
otot-otot leher.
·
Tanda kernik positif :
ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah abdomen,
kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna
·
Tanda brudzinki :
bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila
dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka
gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan
-Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
-Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan perubahan karakteristik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan pulse dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran. -Adanya ruam (Meningitis meningococal) -Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata |
-Masa prodromal à berlangsung 1-14 hari, ditandai dengan:
-demam
-sakit
kepala
-mual-muntah
-nyeri tenggorokan
-malaise
-nyeri ekstremitas
-pucat
-Tanda ensefalitis yang berat ringannya
tergantung pada distribusi dan luas lesi pada neuron. Gejalanya:
-gelisah
-irritable
-screaming attack
-perubahan
perilaku
-gangguan kesadaran
-kejang
-Terkadang disertai juga dengan tanda neurologis
fokal berupa afasia, hemifaresis, hemiplegia, ataksia, dan paralysis saraf
otak.
|
5
|
Diagnosis
|
-Anamnesa
(demam, serangan kejang, RPD, RPK, dll)
-Pemeriksaan
Fisik (vital sign, neurologik)
-Pemeriksaan
penunjang
|
-Anamnesa
(didapatkan trias meningitis : sakit kepala, demam, kaku kuduk, RPD, dll)
-Pemeriksaan
fisik (vital sign, didapatkan meningeal sign, neurologik)
-Pemeriksaan
penunjang
|
-Anamnesa
(demam, sakit kepala, riwayat
pemaparan selama 2-3 minggu terakhir terhadap penyakit melalui kontak, RPD,
dll)
-Pemeriksaan
fisik (vital sign, neurologik
-Pemeriksaan
penunjang
|
6
|
Pemeriksaan
Penunjang
|
-Pemeriksaan
Laboratorium: Darah rutin, glukosa darah, elektrolit, urin dan
feses rutin (makroskopis dan mikroskopik), kultur darah
-Pemeriksaan LP
• Sangat dianjurkan : < 12 bulan
• Dianjurkan : 12-18 bulan
• Dipertimbangkan : > 18 bulan
-EEG : Pemeriksaan EEG dibuat
10-14 hari setelah bebas panas & tidak menunjukan kelainan likuor. Pemeriksaan EEG dilakukan pada keadaan kejang demam yang
tidak khas, misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun
atau kejang demam fokal
-Foto X-ray, CT-Scan, MRI dilakukan atas indikasi : Kelainan
neurologic fokal yang menetap (hemiparesis), Paresis nervus VI, Papiledema
|
-Analisis CSS dari Pungsi lumbal:
•
Meningitis bakterial
: tekanan meningkat, cairan keruh, sel darah putih (PMN) dan protein
meningkat, glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri.
Pada Meningitis TBC, ada gambaran pleiositosis
•
Meningitis virus :
tekanan bervariasi, cairan jernih, sel darah putih (MN) meningkat, glukosa normal,
protein menurun, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan
prosedur khusus, Pellicle
-Pemeriksaan
Laboratorium: Elektrolit darah, ESR/LED
-MRI/ CT Scan : dapat membantu dalam melokalisasi
lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik/tumor
-Rontgen dada/kepala/ sinus :mungkin ada indikasi
sumber infeksi intra kranial.
|
-Pemeriksaan Laboratorium: Darah rutin lengkap, gula
darah, elektrolit dan biakan darah
-Analisis Pungsi lumbal: cairan jemih, jumlah sel
diatas normal, hitung jenis didominasi oleh limfosit, protein dan glukosa
normal atau meningkat
-Pemeriksaan CT atau MRI kepala menunjukan gambaran
edema otak
-Pada pemeriksaan EEG didapatkan gambaran penurunan
aktivitas atau perlambatan
|
7
|
Penatalaksanaan
|
-Penanganan Pada Saat Kejang
•
Menghentikan
kejang:
Diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/KgBB/dosis IV (perlahan-lahan) atau 0,4-0,6mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA
•
Bila kejang masih belum teratasi
dapat diulang dengan dosis yang sama 20 menit kemudian
•
Turunkan
demam:
Antipiretika: Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 5-10 mg/KgBB/dosis PO, keduanya diberikan 3-4 kali perhari Kompres: suhu > 39C: air hangat; suhu >38C: air biasa
•
Pengobatan
penyebab:
antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya
•
Penanganan
suportif lainnya meliputi: 1. Bebaskan jalan nafas. 2. Pemberian oksigen. 3. Menjaga
keseimbangan air dan elektrolit. 4. Pertahankan keseimbangan tekanan
darah
-Pencegahan Kejang
•
Pencegahan
berkala (intermiten)
untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam 0,3 mg/KgBB/dosis PO dan antipiretika pada saat anak menderita penyakit yang disertai demam
•
Pencegahan
kontinu
untuk kejang demam komplikasi dengan Asam Valproat 15-40 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 2-3 dosis |
-Terapi
umum : tirah baring total, pemberian cairan yang adekuat, terapi 5B (Blood, Brain, Barrier, Bowel, Bladder),
terapi simptomatik (antikonvulsan, analgetik)
-Terapi
abortif : Antibiotik (sesuai dengan etiologi)
|
-Tangani
kejang à beriFenobarbital 5-8 mg/kgBB/24 jam. Jika kejang sering
terjadi, perlu diberikan Diazepam (0,1-0,2 mg/kgBB) IV, dalam bentuk infus
selama 3 menit.
-Memperbaiki homeostatis, dengan infus cairan D5 - 1/2 S atau D5 - 1/4 S (tergantung umur) dan pemberian oksigen. -Mengurangi edema serebri serta mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh anoksia serebri dengan Deksametason 0,15-1,0 mg/kgBB/hari i.v dibagi dalam 3 dosis. -Menurunkan tekanan intrakranial yang meninggi dengan Manitol diberikan intravena dengan dosis 1,5-2,0 g/kgBB selama 30-60 menit. Pemberian dapat diulang setiap 8-12 jam. Dapat juga dengan Gliserol, melalui pipa nasogastrik, 0,5-1,0 ml/kgbb diencerkan dengan dua bagian sari jeruk. Bahan ini tidak toksik dan dapat diulangi setiap 6 jam untuk waktu lama. -Pengobatan kausatif. |
8
|
Diagnosis
Banding
|
Meningitis
Ensefalitis
|
Perdarahan
subarachnoidal
Meningismus
Ensefalitis
Abses
Otak
Abses ekstradural,
abses subdural
|
Meningitis TB
Abses otak
Abses ekstradural,
abses subdural
Infiltrasi neoplasma
Tumor otak
Ensefalopati
|
9
|
Komplikasi
|
-Pneumonia
aspirasi
-Asfiksia
-Retardasi
mental
|
-Hidrosefalus obstruktif
-Meningococcal Septicemia (mengingocemia) -Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral) -SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
- Efusi subdural
-Kejang -Edema dan herniasi serebral -Cerebral palsy -Gangguan mental - Gangguan belajar - Attention deficit disorder. |
-Retardasi mental
-Epilepsy
-Halusinasi
-Enuresis
-Berakibat anak menjadi perusak dan melakukan
tindakan asosial lain
|
10
|
Prognosis
|
Apabila tidak diterapi dengan baik,
kejang demam dapat berkembang menjadi:
-Kejang demam berulang
-Epilepsi
-Kelainan motorik
-Gangguan mental dan belajar
|
Prognosis pada meningitis bakteri bila tidak diobati dengan
baik dapat berakibat fatal.
|
Prognosis bergantung pada kecepatan dan ketepatan
pertolongan. Disamping itu perlu dipertimbangkan pula mengenai kemungkinan
penyulit yang dapat muncul selama perawatan. Edema otak dapat sangat
mengancam kehidupan penderita.
Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung pada etiologi penyakit dan usia penderita. Bayi biasanya mengalami penyulit dan gejala sisa yang berat. |
0 komentar
Posting Komentar