Sabtu, 11 Agustus 2018

Perbedaan Kejang Demam, Meningitis dan Ensefalitis

Perbedaan Kejang Demam, Meningitis dan Ensefalitis


1. Kejang Demam 

Definisi   
  • Bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium

Etiologi   
  • Belum diketahui secara pasti

Patofisiologi   
  • Kenaikan suhu  metabolisme basal ↑  perubahan keseimbangan dari membran sel neuron  difusi ion K dan ion Na melalui membran sel  lepas muatan listrik  meluas melalui neurotransmitter  kejang

Manifestasi Klinis   
a. Kejang demam sederhana
    -berlangsung kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri
    -tidak terulang dalam waktu 24 jam
    -Kejang umum tonik dan/atau klonik
b. Kejang demam kompleks
    -berlangsung >15 menit, fokal/ multipel (kejang >1 dalam 24 jam)

Diagnosis   
  • -Anamnesa (demam, serangan kejang, RPD, RPK, dll)
  • -Pemeriksaan Fisik (vital sign, neurologik)
  • -Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Penunjang   
-Pemeriksaan Laboratorium: Darah rutin, glukosa darah, elektrolit, urin dan feses rutin (makroskopis dan mikroskopik), kultur darah
-Pemeriksaan LP
•    Sangat dianjurkan : < 12 bulan
•    Dianjurkan : 12-18 bulan
•    Dipertimbangkan : > 18 bulan
-EEG : Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas & tidak menunjukan kelainan likuor. Pemeriksaan EEG dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas, misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal
-Foto X-ray, CT-Scan, MRI dilakukan atas indikasi : Kelainan neurologic fokal yang menetap (hemiparesis), Paresis nervus VI, Papiledema

Penatalaksanaan   
-Penanganan Pada Saat Kejang
•    Menghentikan kejang:
  • Diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/KgBB/dosis IV (perlahan-lahan) atau 0,4-0,6mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA
•    Bila kejang masih belum teratasi dapat diulang dengan dosis yang sama 20 menit kemudian
•    Turunkan demam:
  • Antipiretika: Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 5-10 mg/KgBB/dosis PO, keduanya diberikan 3-4 kali perhari Kompres: suhu > 39C: air hangat; suhu >38C: air biasa
•    Pengobatan penyebab:
  • antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya
•    Penanganan suportif lainnya meliputi:
  • 1. Bebaskan jalan nafas. 2. Pemberian oksigen. 3. Menjaga keseimbangan air dan elektrolit. 4. Pertahankan keseimbangan tekanan darah
-Pencegahan Kejang
•    Pencegahan berkala (intermiten)
  • untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam 0,3 mg/KgBB/dosis PO dan antipiretika pada saat anak menderita penyakit yang disertai demam
•    Pencegahan kontinu
  • untuk kejang demam komplikasi dengan Asam Valproat 15-40 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 2-3 dosis

Diagnosis Banding   

  • Meningitis
  • Ensefalitis

Komplikasi   
  • -Pneumonia aspirasi
  • -Asfiksia
  • -Retardasi mental

Prognosis   
Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi:
  • -Kejang demam berulang
  • -Epilepsi
  • -Kelainan motorik
  • -Gangguan mental dan belajar


2. Ensefalitis

Definisi   
Radang pada selaput otak (meningen)

Etiologi   

  • Bakteri (Mycobacterium tuberculosa, Neisseria meningitis, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae)
  • Penyebab lainnya lues
  • Virus
  • Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan
  • Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
  • Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan

Patofisiologi   
  • Virus/bakteri  hematogen 
  • selaput otak, misalnya pada penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia,
  • Bronchopneumonia dan Endokarditis
  • Penyebaran bakteri/virus dapat pula secara perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput otak, misalnya Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus dan Sinusitis.
  • Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur
  • terbuka atau komplikasi bedah otak.
  • Invasi kuman-kuman menuju ruang
  • subaraknoid menuju radang pada pia dan araknoid, CSS (Cairan Serebrospinal) & sistem ventrikulus

Manifestasi Klinis   
- Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
- Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma
- Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
  • Rigiditas nukal (kaku leher).Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
  • Tanda kernik positif : ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna
  • Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan
- Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.

- Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan perubahan karakteristik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan pulse dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
- Adanya ruam (Meningitis meningococal)
- Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata

Diagnosis   
  • -Anamnesa (didapatkan trias meningitis : sakit kepala, demam, kaku kuduk, RPD, dll)
  • -Pemeriksaan fisik (vital sign, didapatkan meningeal sign, neurologik)
  • -Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Penunjang   
1.Analisis CSS dari Pungsi lumbal:
  • Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh, sel darah putih (PMN) dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri. Pada Meningitis TBC, ada gambaran pleiositosis
  • Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan jernih, sel darah putih (MN) meningkat, glukosa normal, protein menurun, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus, Pellicle
2. Pemeriksaan Laboratorium: Elektrolit darah, ESR/LED
3. MRI/ CT Scan : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik/tumor
4. Rontgen dada/kepala/ sinus :mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.

Penatalaksanaan   

  • -Terapi umum : tirah baring total, pemberian cairan yang adekuat, terapi 5B (Blood, Brain, Barrier, Bowel, Bladder), terapi simptomatik (antikonvulsan, analgetik)
  • -Terapi abortif : Antibiotik (sesuai dengan etiologi)

Diagnosis Banding   
  • Perdarahan subarachnoidal
  • Meningismus
  • Ensefalitis
  • Abses Otak
  • Abses ekstradural, abses subdural

Komplikasi   
  • - Hidrosefalus obstruktif
  • - Meningococcal Septicemia (mengingocemia)
  • - Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral)
  • - SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
  • - Efusi subdural
  • - Kejang
  • - Edema dan herniasi serebral
  • - Cerebral palsy
  • - Gangguan mental
  • - Gangguan belajar
  • - Attention deficit disorder.

Prognosis   
  • Prognosis pada meningitis bakteri bila tidak diobati dengan baik dapat berakibat fatal.


3. Ensefalitis

Definisi   
Radang pada jaringan otak

Etiologi   
  • -Bakteri
  • -Virus (sering)
  • -Parasit
  • -Fungus
  • -Riketsia

Patofisiologi   
Virus masuk menuju kulit, saluran nafas, dan saluran pencernaan menuju menyebar:
  1. Setempat : virus hanya menginfeksi selaput lendir, permukaan/organ tertentu
  2. Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah kemudian menyebar ke berbagai organ dan berkembang biak pada organ tersebut.
  3. Penyebaran hematogen sekunder : virus berkembang biak di daerah pertama kali ia masuk (permukaan selaput lendir) kemudian menyebar ke organ lain.
  4. Penyebaran melalui syaraf : virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem syaraf.

Kelainan pada pasien ensefalitis disebabkan oleh:
  1. Invasi dan perusakan langsung pada jaringan otak oleh virus yang sedang berkembang biak
  2. Reaksi jaringan saraf pasien terhadap antigen virus yang akan berakibat kerusakan vaskular sedangkan virusnya sendiri sudah tidak ada dalam jaringan otak
  3. Reaksi aktivasi virus neurotropik yang bersifat laten

Manifestasi Klinis   
-Masa prodromal berlangsung 1-14 hari, ditandai dengan:
   -demam
   -sakit kepala
   -mual-muntah
   -nyeri tenggorokan
   -malaise
   -nyeri ekstremitas
   -pucat
-Tanda ensefalitis yang berat ringannya tergantung pada distribusi dan luas lesi pada neuron. Gejalanya:
    -gelisah
    -irritable
    -screaming attack
    -perubahan perilaku
    -gangguan kesadaran
    -kejang
-Terkadang disertai juga dengan tanda neurologis fokal berupa afasia, hemifaresis, hemiplegia, ataksia, dan paralysis saraf otak.

Diagnosis   
  • -Anamnesa (demam, sakit kepala,  riwayat pemaparan selama 2-3 minggu terakhir terhadap penyakit melalui kontak, RPD, dll)
  • -Pemeriksaan fisik (vital sign, neurologik
  • -Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Penunjang   
  • -Pemeriksaan Laboratorium: Darah rutin lengkap, gula darah, elektrolit dan biakan darah
  • -Analisis Pungsi lumbal: cairan jemih, jumlah sel diatas normal, hitung jenis didominasi oleh limfosit, protein dan glukosa normal atau meningkat
  • -Pemeriksaan CT atau MRI kepala menunjukan gambaran edema otak
  • -Pada pemeriksaan EEG didapatkan gambaran penurunan aktivitas atau perlambatan

Penatalaksanaan   
  • Tangani kejang yaitu beri Fenobarbital 5-8 mg/kgBB/24 jam. Jika kejang sering terjadi, perlu diberikan Diazepam (0,1-0,2 mg/kgBB) IV, dalam bentuk infus selama 3 menit.
  • Memperbaiki homeostatis, dengan infus cairan D5 - 1/2 S atau D5 - 1/4 S (tergantung umur) dan pemberian oksigen.
  • Mengurangi edema serebri serta mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh anoksia serebri dengan Deksametason 0,15-1,0 mg/kgBB/hari i.v dibagi dalam 3 dosis.
  • Menurunkan tekanan intrakranial yang meninggi dengan Manitol diberikan intravena dengan dosis 1,5-2,0 g/kgBB selama 30-60 menit. Pemberian dapat diulang setiap 8-12 jam. Dapat juga dengan Gliserol, melalui pipa nasogastrik, 0,5-1,0 ml/kgbb diencerkan dengan dua bagian sari jeruk. Bahan ini tidak toksik dan dapat diulangi setiap 6 jam untuk waktu lama.
  • Pengobatan kausatif.

Diagnosis Banding   
  • Meningitis TB
  • Abses otak
  • Abses ekstradural, abses subdural
  • Infiltrasi neoplasma
  • Tumor otak
  • Ensefalopati

Komplikasi   
  • -Retardasi mental
  • -Epilepsy
  • -Halusinasi
  • -Enuresis
  • -Berakibat anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain

Prognosis   
  • Prognosis bergantung pada kecepatan dan ketepatan pertolongan. Disamping itu perlu dipertimbangkan pula mengenai kemungkinan penyulit yang dapat muncul selama perawatan. Edema otak dapat sangat mengancam kehidupan penderita.
  • Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung pada etiologi penyakit dan usia penderita. Bayi biasanya mengalami penyulit dan gejala sisa yang berat.

No.
Sub
Kejang Demam
Meningitis
Ensefalitis
1
Definisi
Bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium
Radang pada selaput otak (meningen)
Radang pada jaringan otak
2
Etiologi
Belum diketahui secara pasti
-Bakteri (Mycobacterium tuberculosa, Neisseria meningitis, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae)
-Penyebab lainnya lues
-Virus
- Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan
-Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
-Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan
-Bakteri
-Virus (sering)
-Parasit
-Fungus
-Riketsia
3
Patofisiologi
Kenaikan suhu à metabolisme basal ↑ à perubahan keseimbangan dari membran sel neuron à difusi ion K dan ion Na melalui membran sel à lepas muatan listrik à meluas melalui neurotransmitter à kejang
-Virus/bakteri à hematogen à
selaput otak, misalnya pada penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia,
Bronchopneumonia dan Endokarditis
-Penyebaran bakteri/virus dapat pula secara perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput otak, misalnya Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus dan Sinusitis.
-Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur
terbuka atau komplikasi bedah otak.
-Invasi kuman-kuman à ruang
subaraknoid à radang pada pia dan araknoid, CSS (Cairan Serebrospinal) & sistem ventrikulus

Virus masuk à kulit, saluran nafas, dan saluran pencernaan à menyebar:
1. Setempat : virus hanya menginfeksi selaput lendir, permukaan/organ tertentu
2. Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah kemudian menyebar ke berbagai organ dan berkembang biak pada organ tersebut.
3. Penyebaran hematogen sekunder : virus berkembang biak di daerah pertama kali ia masuk (permukaan selaput lendir) kemudian menyebar ke organ lain.
4. Penyebaran melalui syaraf : virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem syaraf.

Kelainan pada pasien ensefalitis disebabkan oleh:
1. Invasi dan perusakan langsung pada jaringan otak oleh virus yang sedang berkembang biak
2. Reaksi jaringan saraf pasien terhadap antigen virus yang akan berakibat kerusakan vaskular sedangkan virusnya sendiri sudah tidak ada dalam jaringan otak
3. Reaksi aktivasi virus neurotropik yang bersifat laten
4
Manifestasi Klinis
a. Kejang demam sederhana
    -berlangsung kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri
    -tidak terulang dalam waktu 24 jam
    -Kejang umum tonik dan/atau klonik
b. Kejang demam kompleks
    -berlangsung >15 menit, fokal/ multipel (kejang >1 dalam 24 jam)
-Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
-Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma
-Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
·         Rigiditas nukal (kaku leher).Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
·         Tanda kernik positif : ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna
·         Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan
-Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
-Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan perubahan karakteristik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan pulse dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
-Adanya ruam (Meningitis meningococal)
-Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata
-Masa prodromal à berlangsung 1-14 hari, ditandai dengan:
   -demam
   -sakit kepala
   -mual-muntah
   -nyeri tenggorokan
   -malaise
   -nyeri ekstremitas
   -pucat
-Tanda ensefalitis yang berat ringannya tergantung pada distribusi dan luas lesi pada neuron. Gejalanya:
    -gelisah
    -irritable
    -screaming attack
    -perubahan perilaku
    -gangguan kesadaran
    -kejang
-Terkadang disertai juga dengan tanda neurologis fokal berupa afasia, hemifaresis, hemiplegia, ataksia, dan paralysis saraf otak.
5
Diagnosis
-Anamnesa (demam, serangan kejang, RPD, RPK, dll)
-Pemeriksaan Fisik (vital sign, neurologik)
-Pemeriksaan penunjang
-Anamnesa (didapatkan trias meningitis : sakit kepala, demam, kaku kuduk, RPD, dll)
-Pemeriksaan fisik (vital sign, didapatkan meningeal sign, neurologik)
-Pemeriksaan penunjang
-Anamnesa (demam, sakit kepala,  riwayat pemaparan selama 2-3 minggu terakhir terhadap penyakit melalui kontak, RPD, dll)
-Pemeriksaan fisik (vital sign, neurologik
-Pemeriksaan penunjang
6
Pemeriksaan Penunjang
-Pemeriksaan Laboratorium: Darah rutin, glukosa darah, elektrolit, urin dan feses rutin (makroskopis dan mikroskopik), kultur darah
-Pemeriksaan LP
      Sangat dianjurkan : < 12 bulan
      Dianjurkan : 12-18 bulan
      Dipertimbangkan : > 18 bulan
-EEG : Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas & tidak menunjukan kelainan likuor. Pemeriksaan EEG dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas, misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal
-Foto X-ray, CT-Scan, MRI dilakukan atas indikasi : Kelainan neurologic fokal yang menetap (hemiparesis), Paresis nervus VI, Papiledema
-Analisis CSS dari Pungsi lumbal:
      Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh, sel darah putih (PMN) dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri. Pada Meningitis TBC, ada gambaran pleiositosis
      Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan jernih, sel darah putih (MN) meningkat, glukosa normal, protein menurun, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus, Pellicle
-Pemeriksaan Laboratorium: Elektrolit darah, ESR/LED
-MRI/ CT Scan : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik/tumor
-Rontgen dada/kepala/ sinus :mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.
-Pemeriksaan Laboratorium: Darah rutin lengkap, gula darah, elektrolit dan biakan darah
-Analisis Pungsi lumbal: cairan jemih, jumlah sel diatas normal, hitung jenis didominasi oleh limfosit, protein dan glukosa normal atau meningkat
-Pemeriksaan CT atau MRI kepala menunjukan gambaran edema otak
-Pada pemeriksaan EEG didapatkan gambaran penurunan aktivitas atau perlambatan

7
Penatalaksanaan
-Penanganan Pada Saat Kejang
      Menghentikan kejang: 
Diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/KgBB/dosis IV (perlahan-lahan) atau 0,4-0,6mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA
      Bila kejang masih belum teratasi dapat diulang dengan dosis yang sama 20 menit kemudian
      Turunkan demam: 
Antipiretika: Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 5-10 mg/KgBB/dosis PO, keduanya diberikan 3-4 kali perhari Kompres: suhu > 39C: air hangat; suhu >38C: air biasa
      Pengobatan penyebab: 
antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya
      Penanganan suportif lainnya meliputi: 1. Bebaskan jalan nafas. 2. Pemberian oksigen. 3. Menjaga keseimbangan air dan elektrolit. 4. Pertahankan keseimbangan tekanan darah 
-Pencegahan Kejang
      Pencegahan berkala (intermiten) 
untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam 0,3 mg/KgBB/dosis PO dan antipiretika pada saat anak menderita penyakit yang disertai demam
      Pencegahan kontinu 
untuk kejang demam komplikasi dengan Asam Valproat 15-40 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 2-3 dosis
-Terapi umum : tirah baring total, pemberian cairan yang adekuat, terapi 5B (Blood, Brain, Barrier, Bowel, Bladder), terapi simptomatik (antikonvulsan, analgetik)
-Terapi abortif : Antibiotik (sesuai dengan etiologi)
-Tangani kejang à beriFenobarbital 5-8 mg/kgBB/24 jam. Jika kejang sering terjadi, perlu diberikan Diazepam (0,1-0,2 mg/kgBB) IV, dalam bentuk infus selama 3 menit.
-Memperbaiki homeostatis, dengan infus cairan D5 - 1/2 S atau D5 - 1/4 S (tergantung umur) dan pemberian oksigen.
-Mengurangi edema serebri serta mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh anoksia serebri dengan Deksametason 0,15-1,0 mg/kgBB/hari i.v dibagi dalam 3 dosis.
-Menurunkan tekanan intrakranial yang meninggi dengan Manitol diberikan intravena dengan dosis 1,5-2,0 g/kgBB selama 30-60 menit. Pemberian dapat diulang setiap 8-12 jam. Dapat juga dengan Gliserol, melalui pipa nasogastrik, 0,5-1,0 ml/kgbb diencerkan dengan dua bagian sari jeruk. Bahan ini tidak toksik dan dapat diulangi setiap 6 jam untuk waktu lama.
-Pengobatan kausatif.

8
Diagnosis Banding
Meningitis
Ensefalitis
Perdarahan subarachnoidal
Meningismus
Ensefalitis
Abses Otak
Abses ekstradural, abses subdural
Meningitis TB
Abses otak
Abses ekstradural, abses subdural
Infiltrasi neoplasma
Tumor otak
Ensefalopati

9
Komplikasi
-Pneumonia aspirasi
-Asfiksia
-Retardasi mental

-Hidrosefalus obstruktif
-Meningococcal Septicemia (mengingocemia)
-Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral)
-SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
- Efusi subdural
-Kejang
-Edema dan herniasi serebral
-Cerebral palsy
-Gangguan mental
- Gangguan belajar
- Attention deficit disorder.
-Retardasi mental
-Epilepsy
-Halusinasi
-Enuresis
-Berakibat anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain
10
Prognosis
Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi:
-Kejang demam berulang 
-Epilepsi 
-Kelainan motorik 
-Gangguan mental dan belajar

Prognosis pada meningitis bakteri bila tidak diobati dengan baik dapat berakibat fatal.
Prognosis bergantung pada kecepatan dan ketepatan pertolongan. Disamping itu perlu dipertimbangkan pula mengenai kemungkinan penyulit yang dapat muncul selama perawatan. Edema otak dapat sangat mengancam kehidupan penderita.
Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung pada etiologi penyakit dan usia penderita. Bayi biasanya mengalami penyulit dan gejala sisa yang berat.

0 komentar

Posting Komentar