Selasa, 14 Agustus 2018

Tinjauan Teoritis Askep Anak dengan BBLR

Tinjauan Teoritis Askep Anak dengan BBLR


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.      Definisi
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. (Atika P & Cahyo I dalam BBLR ,2010 hal: 1)

BBLR adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan umur kehamilan. (Kapita Selekta Kedokteran,2001 hal: 362)

BBLR adalah kelahiran bayi dengan berat badan <2500 gram pada kurun waktu satu tahun. (Kemenkes,2002)

B.       Etiologi
Menurut Buku Ajar Neonatus, Bayi & Balita hal: 169 (2011) penyebab BBLR antara lain :
1.         Faktor Ibu
a.        Penyakit
Mengalami komplikasi kehamilan seperti : perdarahan antepartum, anemia berat, hipertensi, preeklampia berat, eklampsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal). Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, HIV/AIDS, dan malaria.
b.         Usia Ibu
Angka kejadian BBLR tertinggi adalah usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, kehamilan ganda (multi gravida)
c.         Keadaan  Sosial Ekonomi
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada gologan social ekonomi rendah.


Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah, ternyata lebih tinggi bila di bandingkan dengan bayi yang lahir perkawinan yang sah.
d.        Sebab lain : ibu perokok, ibu peminum alcohol dan pecandu obat narkotik
2.   Faktor Janin/fetal
Hidramion, kehamilan ganda (Gemeli) dan kelainan kromosom, radiasi infeksi janin kronik
3.   Faktor Lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasidan zat – zat racun.

C.      Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit yang diawali dengan keadaan premature yang dapat menyebabkan bayi mengalami Berat Badan Lahir Rendah adalah pada saat janin dalam kandungan dihubungkan dengan kondisi medis yaitu ketidakmampuan uterus untuk mempertahankan janin yang di sebabkan oleh rangsangan berlebih dari hormone estrogen dan progesteron dan merangsang pecahnya ketuban dini sebelum usia gestasi yang cukup sehingga menimbulkan kontraksi uterus untuk melahirkan sebelum waktunya. Rangsangan berlebih dari hormone estrogen dan progesterone dapat terjadi dengan adanya salah satu atau lebih dari factor pencetus seperti  fetus ganda (kembar), adanya penyakit yang di derita ibu pada saat kehamilan, kurangnya asupan nutrisi, usia ibu, aktifitas ibu yang berlebihan pada saat kehamilan, kelainan kromosom, hidramnion, ibu yang merokok/minum alcohol serta beberapa faktor lingkungan.
Sehingga semakin awal bayi lahir (preterm), semakin belum sempurna perekembangan organ – organ di dalam tubuhnya maka semakin rendah berat badan bayi saat lahir.

Dari berat badan lahir rendah yang disebbakan karena premature itulah akan menyebabkan beberapa gangguan dalam tubuh yang dikarenakan imaturitas organ tubuh. Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi yang premature harus di rawat dalam inkubator agar terhindar dari masalah hipotermi

D.    Manifestasi Klinis
Secara umum gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai berikut:
1.         Berat badan kurang dari 2500 gram
2.         Panjang kurang dari 45 cm
3.         Lingkar dada kurang dari 30 cm
4.         Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5.         Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6.         Kepala lebih besar
7.         Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak.
8.         Lemak pada bawah kulit berkurang.
9.         Otot hipotonik lemah
10.     Pernafasan tak teratur dan dapat terjadi apneu
11.     Ekstremitas : paha abduksi, sendi/lutut kaki refleksi- lurus
12.     Kepala tidak mampu tegak
13.     Pernafasan 40 – 50 kali/menit
14.     Nadi 100 – 140 kali/menit
BBLR menunjukkan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaan lemah , yaitu sebagai berikut:
1.         Tanda – tanda bayi Kurang Bulan (KB):
a.        Kulit tipis dan mengkilap
b.       Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan sempurna
c.        Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan terutama pada punggung
d.       Jaringan payudara belum terlihat, putting masih berupa titik
e.        Pada bayi perempuan, labia mayora belum menutupi labia minora
f.        Pada bayi laki – laki skrotum belum banyak lipatan, testing kadang belum turun
g.       Rajah telapak tangan kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk
h.       Kadang disertai dengan pernafasan tidak teratur
i.         Aktifitas dan tangisnya lemah
j.         Refleks menghisap dan menelan tidak efektif atau lemah.
2.   Tanda – tanda bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK)
a.        Umur bayi dapat cukup,kurang atau lebih bulan, tetapi beratnya kurang dari 2500 gram
b.        Gerakannya cukup aktif, tangis cukup kuat
c.        Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis
d.       Bila kurang bulan, jaringan payudara kecil, putting kecil. Bila cukup bulan, payudara putting sesuai masa kehamilan
e.        Bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menuutupi labia minora
f.         Bayi laki – laki mungkin testis sudah turun
g.        Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian
h.        Menghisap cukup kuat

E.       Komplikasi
Masalah yang sering dijumpai pada BBLR kurang bulan antara lain adalah sebagai berikut :
1.    Ketidakstabilan suhu
2.    Kesulitan pernafasan
3.    Kelainan gastrointestinal dan nutrisi
4.    Imaturitas hati
5.    Imaturitas ginjal
6.    Imaturitas imunologis
7.    Kelainan neurologis
8.    Kelainan kardiovaskuler
9.    Kelainan hematologis

F.       Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR, yaitu:
1.    Menurut harapan hidupnya :
a.         Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500 – 2500 gram
b.         Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 1000 – 1500 gram
c.         Bayi berat lahir ekstrim (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram
2.    Menurut masa gestasinya:
a.         Prematuritas murni: masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa disebut neonates kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB – SMK)
b.         Dismaturitas: bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK)

G.      Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pada BBLR adalah sebagai berikut :
1.         Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine serta menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultrasonografi pada bayi indikasi BBLR yang masih berada dalam kandungan.
2.         Memeriksa kadar gula darah (true glucose) dengan dextrostix atau dengan pemeriksaan laboratorium kalau hipoglikemia perlu diatasi dengan pemberian terapi IVFD Dextrose.
3.         Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
4.         Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK (sesuai masa kehamilan)
5.         Melakukan tracheal – washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi meconium
6.         Sebaiknya setiap jam dihitung frekuensi pernafasan dan bila frekuensi lebih dari 60x/menit di buat foto thoraks.

H.      Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa pemeriksaan penunjang di lakukan untuk BBLR sebagai berikut :
1.         Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000 – 24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis)
2.         Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal).
3.         Hemoglobin (Hb) : 15 – 20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebihan).
4.         Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1 – 2 hari dan 12 mg/dl pada 3 – 5 hari.
5.         Destrosix : pemeriksaan glukosa pertama selama 4 – 6 jam pertama setelah kelahiran rata – rata 40 – 50 mg/dl meningkat 60 – 70 mg/dl pada hari ketiga.
6.         Pemantauan elektrolit (Na, K,Cl) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.
7.         Pemeriksaan analisa gas darah.

I.       Konsep tumbuh kembang pada usia neonatus (Bayi 0 – 1 bulan)
Pertumbuhan adalah suatu peningkatan jumlah dan ukuran, sedangkan Perkembangan adalah menitik beratkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran. (Whaley dan Wong,2000)
Pertumbuhan dan perkembangan selama usia sebelum satu bulan, antara lain :
1.         Pertumbuhan
Penambahan berat badan 150 gram setiap minggu selama enam bulan bulan pertama. Penambahan tinggi badan 2,5 cm setiap bulan selama enam bulan pertama. Peningkatan lingkar kepala sebesar 1,5 cm setiap bulan selama enam bulan pertama. Ada refleks primitive dan kuat refleks mata boneka dan refleks dansa menghilang. Pernafasan hidung harus terjadi (pada kebanyakan bayi normal).
2.      Perkembangan
a.         Motorik kasar
Memilih posisi fleksi dengan perlvis tinggi tetapi lutut tidak di bawah abdomen bila telungkup (pada saat lahir, lutut fleksi di bawah abdomen). Dapat memutar kepala dari satu sisi ke sisi lain bila telungkup ; mengangkat kepala sebentar dari tempat tidur. Mengalami head lag yang nyata khususnya bila menarik kepala dari posisi berbaring ke posisi duduk. Menahan kepala sebentar secara parallel dan dalam garis tengah dan tertahan dalam posisi telungkup. Menunjukkan posisi refleks leher tonik asimetris bila telentang. Bila menahan dalam posisi berdiri, tubuh lemas pada lutut dan panggul. Pada posisi duduk, punggung memutar bersamaan, tidak ada control kepala
b.         Motorik halus
Motorik halusnya adalah tangan tertutup secara umum. Refleks menggenggam kuat. Tangan mengatup pada kontak dengan mainan.
c.         Respon sensori
Respon bayi pada usia Infan adalah mampu memfiksasi objek bergerak kedalam rentang 45 derajat bila di gendong pada jarak 20 cm sampai 25 cm, ketajaman penglihatan mendekati 20 / 100, mengikuti sinar sampai garis tengah, diam mendengar suara.
d.        Respon Vokalisasi
Respon vokalisasi bayi pada usia infan adalah menangis untuk mengekspresikan ketidaksenangan, membuat bunyi kecil dengan suara tenggorok, membuat bunyi tenang selama makan
e.         Respon Sosialisasi/Kognitif
Respon sosialisasi atau kognitif pada bayi usia infan adalah ada dalam fase sensorimotorik – tahap I, penggunaan refleks – refleks (lahir sampai 1 bulan), dan tahap II, reaksi sirkular utama (1 samapai 4 bulan), memandang wajah orang tua secara terun menerus saat mereka bicara pada bayi. (Wong L. Donna,2004 ; hal 182)

J.        Konsep Hospitalisasi Pada Anak Usia Neonatus (2 hari)
Konsep hospitalisasi pada usia neonates (0-1 bulan) yaitu adanya dampak dari perpisahan anak dengan orangtua sehingga ada gangguan pembentukkan rasa percaya dan kasih sayang. Pada anak usia ini terjadi stranger anxiety atau cemas apabila berhadapan dengan orangtua yang tidak dikenalnya dan cemas karena perpisahan. Reaksi yang sering muncul pada anak usia ini adalah menangis keras dan banyak melakukan gerakan sebagai sikap stranger anxiety. Bila ditinggalkan ibunya ,bayi akan merasakan cemas karena perpisahan dan perilaku yang ditujukan adalah menangis keras. Respons terhadap nyeri atau adanya perlukaan biasanya menangis keras, pergerakan tubuh yang banyak dan ekspresi wajah yang tidak menyenangkan. (Supartini Yupi,Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak,2004, hal:189)

K.      Pengkajian pada Neonatus
1.     Aktifitas/istirahat
Bayi sadar mungkin 2 – 3 jam beberapa hari pertama tidur sehari rata – rata 20 jam.
2.     Pernafasan
Takipneu sementara dapat dilihat, khusuanya setelah kelahiran caesarea atau persentasi bokong.
3.     Makanan/cairan
Berat badan rata – rata 2500 – 4000 gram: kurang dari 2500 gram menunjukkan kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberikan infus. Beri minum dengan tetes ASI/sonde karena refleks menelan BBLR belum sempurna, kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120 – 150ml/kg BB/hari.
4.     Berat badan
Kurang dari 2500 gram.
5.    Suhu
Suhu pada bayi dengan BBLR biasanya dibawah 36,5°C
6.    Integumen
Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan kering.

L.       Diagnosa Keperawatan
1.         Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan/neuromuskular.
2.         Resiko hipotermi berhubungan dengan penurunan lemak subkutan di dalam tubuh
3.         Resiko infeksi berhubungan dengan defisiensi pertahanan tubuh (imunologi)
4.         Resiko kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna)
5.         Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tipisnya jaringan kulit, imobilisasi.

M.     Rencana Tindakan Keperawatan
1.         Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan/neuromuskular.
Tujuan                    :    Pola nafas kembali efektif
Kriteria Hasil         :    Tanda – tanda vitasl dalam batas normal (Nadi 110-160 x/menit, RR: 30 – 40 x/menit, Suhu axila 36,5 – 37,5°C), sesak berkurang, suplai oksigen ke jaringan terpenuhi, Rr dalam batas normal, tidak ada retraksi dada dan tidak ada pernafasan cuping hidung.
Rencana tindakan :
Mandiri
a.    Observasi tanda – tanda vital
b.    Observasi adanya sianosis
c.    Kaji keadaan kondisi klien (adanya deviasi, tanda – tanda distress pernafasan)
d.   Observasi pola,frekuensi dan bunyi nafas
e.    Cegah posisi leher yang hiperektensi
f.     Gunakan teknik suction yang tepat
g.    Observasi respon bayi terhadap pemberian O2
h.    Gunakan asisiten saat melakukan suction
i.      Cegah posisi tredenbelg
j.      Berikan posisi side lying
k.    Observasi distress respirasi, misalnya: retraksi, takipnu, apneu, sianosis, Sa O2 rendah.
l.      Jaga suhu lingkungan tetap netral
m.  Monitor Po2 serta Sa O2.
Kolaborasi
a.    Berikan terapi oksigen sesuai program dokter
b.    Pemeriksaaan darah/ hematologi

2.      Resiko hipotermi berhubungan dengan imaturitas pengaturan suhu dan keterbatasan lemak subkutan.
Tujuan                      : Suhu tubuh kembali normal (suhu axila >36°C)
Kriteria hasil             : Ekstremitas hangat, kulit hangat, tidak terjadi sianosis, kulit hangat, suhu tubuh dalam batas normal (suhu axila 36,5 – 37,5)
Rencana tindakan    :
Mandiri
a.    Letakkan bayi di inkubator atau memakaikan pakaian yang cukup hangat serta penutup kepala
b.    Observasi tanda – tanda vital
c.    Awasi temperature dalam incubator sesuai kebutuhan.
d.   Hindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan suhu tubuh
e.    Observasi adanya sianosis
f.     Observasi suhu aksila secara teratur
g.    Monitor adanya tanda – tanda hipertermi, misalnya : warna kemerahan dan keringat dingin
h.    Ganti pakaian setiap basah
     Kolaborasi :
i.       Monitor glukosa serum

3.      Resiko infeksi berhubungan dengan imaturitas kekebakan tubuh
Tujuan                 :  Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil        :  Suhu dalam batas normal (36,5 – 37,5), Tidak ada tanda-tanda infeksi, Leukosit 5000 – 10.000 ul
Rencana tindakan:
Mandiri
a.          Meyakinkan semua petugas kesehatan mencuci tangan sebelum melakukan intervensi, memakai masker serta gaun
b.         Kaji tanda – tanda infeksi
c.          Meyakinkan semua alat yang akan di gunakan dalam keadaan bersih
d.         Menganjurkan ibu untuk memakai gaun sebelum masuk ruangan bayi
e.          Mengajarka ibu untuk mengelap payudara dengan air sebelum meneteki bayi
f.          Mengajarkan keluarga untuk menjaga kebersihan diri saat masuk ruangan.
g.         Membatasi waktu kunjungan
Kolaborasi
a.         Berikan antibiotic sesuai program
b.        Pemeriksaan hematologi (leukosit)

4.      Resiko kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna)
Tujuan                    :    Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil         :    Reflek hisap dan menelan baik, tidak muntah, tidak kembung, berat badan naik 10 – 30 gram/hari, tugor kulit elastic
Rencana tindakan (intervensi) :
Mandiri
a.    Timbang berat badan bayi setiap hari
b.    Observasi ,lingkar lengan,lingkar dada, lingkar perut,panjang badan bayi setiap hari
c.    Observasi pemberian PASI
d.   Monitor tanda intoleransi TPN, terutama protein dan glukosa
e.    Kaji kesiapan untuk menghisap putting susu ibu, serta kemampuan untuk bernafas saat itu
f.     Observasi refleks hisap dan menelan
g.    Pasang NGT bila refleks hisap dan menelan tidaka ada
h.    Menambar dengan PASI bila asupan ASI masih kurang
i.      Kaji kesiapan untuk pemberian  nutrisi enteral
Kolaborasi
a.    Observasi pemberian cairan melalui IVFD

5.      Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tipisnya jaringan kulit, imobilisasi
Tujuan               :    Gangguan integritas kulit tidak terjadi
Kriteria Hasil     :    Suhu tuubuh dalam batas normal, tidak ada lecet atau kemerahan pada kulit.
Rencana tindakan (intervensi) :
Mandiri
a.    Segera ganti popok atau pakaian bayi bila basah
b.    Berikan pakaian yang lembut dan menyerap keringat
c.    Menjaga kebersihan bayi
d.   Monitor tanda-tanda lecet atau kemerahan pada saat memandikan atau mengganti popok bayi


N.      Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan yang terdapat inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik ( Nursalam,2000 ). Tahap pelaksanaan di mulai setelah rencana tindakan di susun dan di tujukan oleh klien.
Dalam pelaksanaan terdiri dari 3 tahap tindakan keperawatan yaitu :
1.         Tahap persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap awal tindakan keperawatan yang menuntut perawat untuk mempersiapkan segala sesuatu dalam tindakan. Antisipasi tindakan keperawatan, di susun unutk mempertahankan dan memulihkan kesehatan pasien, menganalisa pengetahuan dan ketrampilan yang di perlukan untuk menangani masalah pasien, mengetahui komplikasi yang mungkin timbul jika penyakit tidak di tangani dengan segera, mempersiapkan lingkungan yang kondusif untuk mendukung kesembuhan pasien, mempersiapkan lingkungan yang kondusif untuk mendukung kesembuhan pasien, mempersiapkan peralatan yang di perlukan untuk melakukan tindakan keperawatan.
 2.         Tahap intervensi
Tahap intervensi adalah kegiatan pelaksanaan tindakan perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik klien dan emosional.
3.      Tahap dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus di ikuti oleh pencatatan lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

Jenis – jenis pelaksanaan keperawatan :
1.    Secara mandiri (independent)           : adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu klien dalam mengatasi masalahnya atau menggapai reaksi karena adanya stressor (penyakit), misalnya :
a.    Membantu klien dalam kegiatan sehari – hari
b.    Memberi perawatan kulit untuk mencegah decubitus
c.    Memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara wajar
d.   Menciptakan lingkungan terapeutik

2.      Saling ketergantungan (interdependent / kolaborasi) : adalah tindakan keperawatan atas dasar kerja sama sesame tim perawat atau tim kesehatan lainnya seperti dokter, fisioterapi, analisa kesehatan dan sebagainya, misalnya dalam hal :
a.    Pemberian obat – obatan sesuai dengan instruksi dokter
b.    Pemberian infus
3.      Rujukan / ketergantungan (dependent) : adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain, diantaranya dokter, psikolog, psikiater, ahli gizi, fisioterapi, dan sebagainya, misalnya :
a.    Pemberian makan pada klien sesuai dengan diit yang telah di buat oleh ahli gizi
b.    Latihan fisik : ahli terapi

O.      Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dapat diperoleh dengan cara wawancara, pengamatan langsung dan studi dokumentasi, sehingga didapatkan data baru ditafsirkan, kemudian dibandingkan dengan standar yang berlaku.
Proses evaluasi ada dua yaitu
1.         Formatif (proses)
Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan secara terus – terus menerus selama melakukan tindakan keperawatan perdiagnosa keperawatan.
2.         Sumatif (akhir)
Evaluasi akhir adalah dimana evaluasi dilakukan dengan waktu yang telah ditetapkan dalam tujuan untuk dapat menilai bahwa tujuan itu tercapai. Sebagian tercapai atau belum tercapai dan dapat dibuktikan dari perilaku klien.
a.    Tujuan tercapai
Bila masalah teratasi yang ditandai dengan jika klien menunjukkan perilaku pada waktu atau tanggal yang telah di tentukan, sesuai dengan pernyataan tujuan.
b.    Tujuan tercapai sebagian
Bila masalah teratasi sebagian yang ditandai dengan klien telah mampu menunjukkan perilaku tetapi tidak seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah ditentukan.
c.  Tujuan belum tercapai
Bila masalah belum teratasi yang ditandai dengan klien tidak mampu atau tidak sama sekali menunjukkan perilaku yang diharapkan atau tidak sesuai dengan tujuan yang telah ditemukan.



0 komentar

Posting Komentar