Tinjauan Teoritis Askep Anak dengan BBLR
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Definisi
BBLR
adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang 2500 gram tanpa memandang masa
kehamilan. (Atika P & Cahyo I dalam
BBLR ,2010 hal: 1)
BBLR adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari
2500 gram tanpa memperhatikan umur kehamilan. (Kapita Selekta Kedokteran,2001
hal: 362)
BBLR
adalah kelahiran bayi dengan berat badan <2500 gram pada kurun waktu satu
tahun. (Kemenkes,2002)
B.
Etiologi
Menurut Buku Ajar Neonatus, Bayi & Balita
hal: 169 (2011) penyebab BBLR antara
lain :
1.
Faktor Ibu
a.
Penyakit
Mengalami
komplikasi kehamilan seperti : perdarahan antepartum, anemia berat, hipertensi,
preeklampia berat, eklampsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih
dan ginjal). Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
HIV/AIDS, dan malaria.
b.
Usia Ibu
Angka
kejadian BBLR tertinggi adalah usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
kehamilan ganda (multi gravida)
c.
Keadaan Sosial Ekonomi
Keadaan
ini sangat berperan terhadap timbulnya
prematuritas.
Kejadian tertinggi terdapat pada gologan social ekonomi rendah.
Hal
ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang
kurang.Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang
lahir dari perkawinan yang tidak sah, ternyata lebih tinggi bila di bandingkan
dengan bayi yang lahir perkawinan yang sah.
d.
Sebab lain : ibu
perokok, ibu peminum alcohol dan pecandu obat narkotik
2. Faktor
Janin/fetal
Hidramion,
kehamilan ganda (Gemeli) dan kelainan kromosom, radiasi infeksi janin kronik
3. Faktor
Lingkungan
Tempat
tinggal di dataran tinggi, terkena radiasidan zat – zat racun.
C.
Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit yang diawali dengan keadaan
premature yang dapat menyebabkan bayi mengalami Berat Badan Lahir Rendah adalah
pada saat janin dalam kandungan dihubungkan dengan kondisi medis yaitu
ketidakmampuan uterus untuk mempertahankan janin yang di sebabkan oleh
rangsangan berlebih dari hormone estrogen dan progesteron dan merangsang
pecahnya ketuban dini sebelum usia gestasi yang cukup sehingga menimbulkan kontraksi
uterus untuk melahirkan sebelum waktunya. Rangsangan berlebih dari hormone
estrogen dan progesterone dapat terjadi dengan adanya salah satu atau lebih
dari factor pencetus seperti fetus ganda
(kembar), adanya penyakit yang di derita ibu pada saat kehamilan, kurangnya
asupan nutrisi, usia ibu, aktifitas ibu yang berlebihan pada saat kehamilan,
kelainan kromosom, hidramnion, ibu yang merokok/minum alcohol serta beberapa
faktor lingkungan.
Sehingga semakin awal bayi lahir (preterm), semakin
belum sempurna perekembangan organ – organ di dalam tubuhnya maka semakin
rendah berat badan bayi saat lahir.
Dari berat badan lahir rendah yang disebbakan karena premature itulah akan menyebabkan beberapa gangguan dalam tubuh yang dikarenakan imaturitas organ tubuh. Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi yang premature harus di rawat dalam inkubator agar terhindar dari masalah hipotermi
D.
Manifestasi
Klinis
Secara umum gambaran klinis dari bayi BBLR adalah
sebagai berikut:
1.
Berat badan
kurang dari 2500 gram
2.
Panjang kurang
dari 45 cm
3.
Lingkar dada
kurang dari 30 cm
4.
Lingkar kepala
kurang dari 33 cm
5.
Umur kehamilan
kurang dari 37 minggu
6.
Kepala lebih
besar
7.
Kulit tipis,
transparan, rambut lanugo banyak.
8.
Lemak pada bawah
kulit berkurang.
9.
Otot hipotonik
lemah
10. Pernafasan tak teratur dan dapat terjadi apneu
11. Ekstremitas : paha abduksi, sendi/lutut kaki refleksi-
lurus
12. Kepala tidak mampu tegak
13. Pernafasan 40 – 50 kali/menit
14. Nadi 100 – 140 kali/menit
BBLR menunjukkan belum
sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaan lemah , yaitu sebagai berikut:
1.
Tanda – tanda
bayi Kurang Bulan (KB):
a.
Kulit tipis dan
mengkilap
b. Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum
terbentuk dengan sempurna
c.
Lanugo (rambut
halus/lembut) masih banyak ditemukan terutama pada punggung
d. Jaringan payudara belum terlihat, putting masih berupa
titik
e.
Pada bayi
perempuan, labia mayora belum menutupi labia minora
f.
Pada bayi laki –
laki skrotum belum banyak lipatan, testing kadang belum turun
g. Rajah telapak tangan kurang dari 1/3 bagian atau belum
terbentuk
h. Kadang disertai dengan pernafasan tidak teratur
i.
Aktifitas dan
tangisnya lemah
j.
Refleks
menghisap dan menelan tidak efektif atau lemah.
2. Tanda – tanda bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK)
a.
Umur bayi dapat
cukup,kurang atau lebih bulan, tetapi beratnya kurang dari 2500 gram
b.
Gerakannya cukup
aktif, tangis cukup kuat
c.
Kulit keriput,
lemak bawah kulit tipis
d. Bila kurang bulan, jaringan payudara kecil, putting
kecil. Bila cukup bulan, payudara putting sesuai masa kehamilan
e.
Bayi perempuan
bila cukup bulan labia mayora menuutupi labia minora
f.
Bayi laki – laki
mungkin testis sudah turun
g.
Rajah telapak
kaki lebih dari 1/3 bagian
h.
Menghisap cukup
kuat
E.
Komplikasi
Masalah
yang sering dijumpai pada BBLR kurang bulan antara lain adalah sebagai berikut
:
1. Ketidakstabilan
suhu
2. Kesulitan
pernafasan
3. Kelainan
gastrointestinal dan nutrisi
4. Imaturitas
hati
5. Imaturitas
ginjal
6. Imaturitas
imunologis
7. Kelainan
neurologis
8. Kelainan
kardiovaskuler
9. Kelainan
hematologis
F.
Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR,
yaitu:
1.
Menurut harapan
hidupnya :
a.
Bayi berat lahir
rendah (BBLR) berat lahir 1500 – 2500 gram
b.
Bayi berat lahir
sangat rendah (BBLSR) berat lahir 1000 – 1500 gram
c.
Bayi berat lahir
ekstrim (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram
2.
Menurut masa
gestasinya:
a.
Prematuritas
murni: masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa disebut neonates kurang bulan
sesuai untuk masa kehamilan (NKB – SMK)
b.
Dismaturitas:
bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK)
G.
Penatalaksanaan
Medis
Penatalaksanaan pada
BBLR adalah sebagai berikut :
1.
Pemeriksaan
pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine serta menemukan gangguan
pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultrasonografi pada bayi indikasi BBLR
yang masih berada dalam kandungan.
2.
Memeriksa kadar
gula darah (true glucose) dengan dextrostix atau dengan pemeriksaan laboratorium
kalau hipoglikemia perlu diatasi dengan pemberian terapi IVFD Dextrose.
3.
Pemeriksaan
hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
4.
Bayi membutuhkan
lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK (sesuai masa kehamilan)
5.
Melakukan tracheal
– washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi meconium
6.
Sebaiknya setiap
jam dihitung frekuensi pernafasan dan bila frekuensi lebih dari 60x/menit di
buat foto thoraks.
H.
Pemeriksaan
Diagnostik
Beberapa
pemeriksaan penunjang di lakukan untuk BBLR sebagai berikut :
1.
Jumlah sel darah
putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000 – 24.000/mm3, hari pertama
setelah lahir (menurun bila ada sepsis)
2.
Hematokrit (Ht)
: 43% - 61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan polisitemia,
penurunan kadar menunjukan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal).
3.
Hemoglobin (Hb)
: 15 – 20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau hemolisis
berlebihan).
4.
Bilirubin total
: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1 – 2 hari dan 12 mg/dl pada 3 –
5 hari.
5.
Destrosix :
pemeriksaan glukosa pertama selama 4 – 6 jam pertama setelah kelahiran rata –
rata 40 – 50 mg/dl meningkat 60 – 70 mg/dl pada hari ketiga.
6.
Pemantauan
elektrolit (Na, K,Cl) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.
7.
Pemeriksaan
analisa gas darah.
I.
Konsep
tumbuh kembang pada usia neonatus (Bayi 0 – 1 bulan)
Pertumbuhan
adalah suatu peningkatan jumlah dan ukuran, sedangkan Perkembangan adalah
menitik beratkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang
paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses
maturasi dan pembelajaran. (Whaley dan Wong,2000)
Pertumbuhan
dan perkembangan selama usia
sebelum satu bulan, antara lain :
1.
Pertumbuhan
Penambahan berat badan 150 gram setiap minggu selama
enam bulan bulan pertama. Penambahan tinggi badan 2,5 cm setiap bulan selama
enam bulan pertama. Peningkatan lingkar kepala sebesar 1,5 cm setiap bulan
selama enam bulan pertama. Ada refleks primitive dan kuat refleks mata boneka
dan refleks dansa menghilang. Pernafasan hidung harus terjadi (pada kebanyakan
bayi normal).
2.
Perkembangan
a.
Motorik kasar
Memilih posisi fleksi dengan
perlvis tinggi tetapi lutut tidak di bawah abdomen bila telungkup (pada saat
lahir, lutut fleksi di bawah abdomen). Dapat memutar kepala dari satu sisi ke
sisi lain bila telungkup ; mengangkat kepala sebentar dari tempat tidur.
Mengalami head lag yang nyata khususnya bila menarik kepala dari posisi
berbaring ke posisi duduk. Menahan kepala sebentar secara parallel dan dalam
garis tengah dan tertahan dalam posisi telungkup. Menunjukkan posisi refleks
leher tonik asimetris bila telentang. Bila menahan dalam posisi berdiri, tubuh
lemas pada lutut dan panggul. Pada posisi duduk, punggung memutar bersamaan, tidak
ada control kepala
b.
Motorik halus
Motorik halusnya adalah
tangan tertutup secara umum. Refleks menggenggam kuat. Tangan mengatup pada
kontak dengan mainan.
c.
Respon sensori
Respon bayi pada usia Infan
adalah mampu memfiksasi objek bergerak kedalam rentang 45 derajat bila di
gendong pada jarak 20 cm sampai 25 cm, ketajaman penglihatan mendekati 20 /
100, mengikuti sinar sampai garis tengah, diam mendengar suara.
d.
Respon
Vokalisasi
Respon vokalisasi bayi pada
usia infan adalah menangis untuk mengekspresikan ketidaksenangan, membuat bunyi
kecil dengan suara tenggorok, membuat bunyi tenang selama makan
e.
Respon
Sosialisasi/Kognitif
Respon sosialisasi atau
kognitif pada bayi usia infan adalah ada dalam fase sensorimotorik – tahap I,
penggunaan refleks – refleks (lahir sampai 1 bulan), dan tahap II, reaksi
sirkular utama (1 samapai 4 bulan), memandang wajah orang tua secara terun
menerus saat mereka bicara pada bayi. (Wong L. Donna,2004 ; hal 182)
J.
Konsep Hospitalisasi Pada Anak Usia Neonatus (2 hari)
Konsep hospitalisasi pada
usia neonates (0-1 bulan) yaitu adanya dampak dari perpisahan anak dengan
orangtua sehingga ada gangguan pembentukkan rasa percaya dan kasih sayang. Pada
anak usia ini terjadi stranger anxiety atau cemas apabila berhadapan dengan orangtua
yang tidak dikenalnya dan cemas karena perpisahan. Reaksi yang sering muncul
pada anak usia ini adalah menangis keras dan banyak melakukan gerakan sebagai
sikap stranger anxiety. Bila ditinggalkan ibunya ,bayi akan merasakan cemas
karena perpisahan dan perilaku yang ditujukan adalah menangis keras. Respons
terhadap nyeri atau adanya perlukaan biasanya menangis keras, pergerakan tubuh
yang banyak dan ekspresi wajah yang tidak menyenangkan. (Supartini Yupi,Buku
Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak,2004, hal:189)
K. Pengkajian
pada Neonatus
1.
Aktifitas/istirahat
Bayi sadar mungkin 2 – 3 jam
beberapa hari pertama tidur sehari rata – rata 20 jam.
2.
Pernafasan
Takipneu sementara dapat
dilihat, khusuanya setelah kelahiran caesarea atau persentasi bokong.
3.
Makanan/cairan
Berat badan rata – rata 2500
– 4000 gram: kurang dari 2500 gram menunjukkan kecil untuk usia gestasi,
pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberikan
infus. Beri minum dengan tetes ASI/sonde karena refleks menelan BBLR belum
sempurna, kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120 – 150ml/kg BB/hari.
4.
Berat badan
Kurang dari 2500
gram.
5.
Suhu
Suhu pada bayi dengan BBLR
biasanya dibawah 36,5°C
6.
Integumen
Pada BBLR mempunyai adanya
tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan kering.
L. Diagnosa
Keperawatan
1.
Tidak efektifnya
pola nafas berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan/neuromuskular.
2.
Resiko hipotermi
berhubungan dengan penurunan lemak subkutan di dalam tubuh
3.
Resiko infeksi
berhubungan dengan defisiensi pertahanan tubuh (imunologi)
4.
Resiko kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
nutrisi (imaturitas saluran cerna)
5.
Resiko kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan tipisnya jaringan kulit, imobilisasi.
M. Rencana
Tindakan Keperawatan
1.
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas
pusat pernafasan/neuromuskular.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif
Kriteria Hasil : Tanda – tanda vitasl dalam batas normal
(Nadi 110-160 x/menit, RR: 30 – 40 x/menit, Suhu axila 36,5 – 37,5°C), sesak
berkurang, suplai oksigen ke jaringan terpenuhi, Rr dalam batas normal, tidak
ada retraksi dada dan tidak ada pernafasan cuping hidung.
Rencana tindakan :
Mandiri
a.
Observasi tanda
– tanda vital
b.
Observasi adanya
sianosis
c.
Kaji keadaan
kondisi klien (adanya deviasi, tanda – tanda distress pernafasan)
d.
Observasi
pola,frekuensi dan bunyi nafas
e.
Cegah posisi
leher yang hiperektensi
f.
Gunakan teknik
suction yang tepat
g.
Observasi respon
bayi terhadap pemberian O2
h.
Gunakan asisiten
saat melakukan suction
i.
Cegah posisi
tredenbelg
j.
Berikan posisi
side lying
k.
Observasi
distress respirasi, misalnya: retraksi, takipnu, apneu, sianosis, Sa O2 rendah.
l.
Jaga suhu
lingkungan tetap netral
m. Monitor Po2 serta Sa O2.
Kolaborasi
a.
Berikan terapi
oksigen sesuai program dokter
b.
Pemeriksaaan
darah/ hematologi
2. Resiko
hipotermi berhubungan dengan imaturitas pengaturan suhu dan keterbatasan lemak
subkutan.
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal (suhu axila >36°C)
Kriteria
hasil : Ekstremitas hangat, kulit hangat,
tidak terjadi sianosis, kulit hangat, suhu tubuh dalam batas normal (suhu axila
36,5 – 37,5)
Rencana
tindakan :
Mandiri
a.
Letakkan bayi di
inkubator atau memakaikan pakaian yang cukup hangat serta penutup kepala
b.
Observasi tanda
– tanda vital
c.
Awasi
temperature dalam incubator sesuai kebutuhan.
d.
Hindari bayi
dari pengaruh yang dapat menurunkan suhu tubuh
e.
Observasi adanya
sianosis
f.
Observasi suhu
aksila secara teratur
g.
Monitor adanya
tanda – tanda hipertermi, misalnya : warna kemerahan dan keringat dingin
h.
Ganti pakaian
setiap basah
Kolaborasi :
i.
Monitor glukosa
serum
3. Resiko infeksi
berhubungan dengan imaturitas kekebakan tubuh
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria
hasil : Suhu dalam batas normal (36,5 – 37,5), Tidak ada tanda-tanda
infeksi, Leukosit 5000 – 10.000 ul
Rencana
tindakan:
Mandiri
a.
Meyakinkan semua
petugas kesehatan mencuci tangan sebelum melakukan intervensi, memakai masker
serta gaun
b.
Kaji tanda –
tanda infeksi
c.
Meyakinkan semua
alat yang akan di gunakan dalam keadaan bersih
d.
Menganjurkan ibu
untuk memakai gaun sebelum masuk ruangan bayi
e.
Mengajarka ibu
untuk mengelap payudara dengan air sebelum meneteki bayi
f.
Mengajarkan
keluarga untuk menjaga kebersihan diri saat masuk ruangan.
g.
Membatasi waktu
kunjungan
Kolaborasi
a.
Berikan
antibiotic sesuai program
b.
Pemeriksaan
hematologi (leukosit)
4. Resiko
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna)
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil : Reflek hisap dan menelan baik, tidak muntah,
tidak kembung, berat badan naik 10 – 30 gram/hari, tugor kulit elastic
Rencana tindakan (intervensi) :
Mandiri
a.
Timbang berat
badan bayi setiap hari
b.
Observasi ,lingkar
lengan,lingkar dada, lingkar perut,panjang badan bayi setiap hari
c.
Observasi
pemberian PASI
d.
Monitor tanda
intoleransi TPN, terutama protein dan glukosa
e.
Kaji kesiapan
untuk menghisap putting susu ibu, serta kemampuan untuk bernafas saat itu
f.
Observasi
refleks hisap dan menelan
g.
Pasang NGT bila
refleks hisap dan menelan tidaka ada
h.
Menambar dengan
PASI bila asupan ASI masih kurang
i.
Kaji kesiapan
untuk pemberian nutrisi enteral
Kolaborasi
a.
Observasi
pemberian cairan melalui IVFD
5. Resiko
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tipisnya jaringan kulit,
imobilisasi
Tujuan : Gangguan
integritas kulit tidak terjadi
Kriteria
Hasil : Suhu tuubuh dalam batas normal, tidak ada lecet atau kemerahan
pada kulit.
Rencana
tindakan (intervensi) :
Mandiri
a.
Segera ganti
popok atau pakaian bayi bila basah
b.
Berikan pakaian
yang lembut dan menyerap keringat
c.
Menjaga
kebersihan bayi
d.
Monitor
tanda-tanda lecet atau kemerahan pada saat memandikan atau mengganti popok bayi
N. Pelaksanaan
Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan tahap keempat dalam
proses keperawatan yang terdapat inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik ( Nursalam,2000 ). Tahap pelaksanaan di mulai setelah
rencana tindakan di susun dan di tujukan oleh klien.
Dalam pelaksanaan terdiri dari 3 tahap tindakan
keperawatan yaitu :
1.
Tahap persiapan
Tahap persiapan merupakan
tahap awal tindakan keperawatan yang menuntut perawat untuk mempersiapkan
segala sesuatu dalam tindakan. Antisipasi tindakan keperawatan, di susun unutk
mempertahankan dan memulihkan kesehatan pasien, menganalisa pengetahuan dan
ketrampilan yang di perlukan untuk menangani masalah pasien, mengetahui
komplikasi yang mungkin timbul jika penyakit tidak di tangani dengan segera,
mempersiapkan lingkungan yang kondusif untuk mendukung kesembuhan pasien,
mempersiapkan lingkungan yang kondusif untuk mendukung kesembuhan pasien,
mempersiapkan peralatan yang di perlukan untuk melakukan tindakan keperawatan.
2.
Tahap intervensi
Tahap intervensi adalah
kegiatan pelaksanaan tindakan perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik klien
dan emosional.
3.
Tahap
dokumentasi
Pelaksanaan tindakan
keperawatan harus di ikuti oleh pencatatan lengkap dan akurat terhadap suatu
kejadian dalam proses keperawatan.
Jenis – jenis pelaksanaan
keperawatan :
1.
Secara mandiri
(independent) : adalah tindakan
yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu klien dalam mengatasi
masalahnya atau menggapai reaksi karena adanya stressor (penyakit), misalnya :
a.
Membantu klien
dalam kegiatan sehari – hari
b.
Memberi
perawatan kulit untuk mencegah decubitus
c.
Memberikan
dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara wajar
d.
Menciptakan
lingkungan terapeutik
2.
Saling
ketergantungan (interdependent / kolaborasi) : adalah tindakan keperawatan atas
dasar kerja sama sesame tim perawat atau tim kesehatan lainnya seperti dokter,
fisioterapi, analisa kesehatan dan sebagainya, misalnya dalam hal :
a.
Pemberian obat –
obatan sesuai dengan instruksi dokter
b.
Pemberian infus
3.
Rujukan /
ketergantungan (dependent) : adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan
dari profesi lain, diantaranya dokter, psikolog, psikiater, ahli gizi,
fisioterapi, dan sebagainya, misalnya :
a.
Pemberian makan
pada klien sesuai dengan diit yang telah di buat oleh ahli gizi
b.
Latihan fisik :
ahli terapi
O. Evaluasi
Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan
yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dapat diperoleh dengan cara wawancara,
pengamatan langsung dan studi dokumentasi, sehingga didapatkan data baru
ditafsirkan, kemudian dibandingkan dengan standar yang berlaku.
Proses evaluasi ada dua
yaitu
1.
Formatif
(proses)
Evaluasi proses adalah
evaluasi yang dilakukan secara terus – terus menerus selama melakukan tindakan
keperawatan perdiagnosa keperawatan.
2.
Sumatif (akhir)
Evaluasi akhir adalah dimana
evaluasi dilakukan dengan waktu yang telah ditetapkan dalam tujuan untuk dapat
menilai bahwa tujuan itu tercapai. Sebagian tercapai atau belum tercapai dan
dapat dibuktikan dari perilaku klien.
a.
Tujuan tercapai
Bila masalah
teratasi yang ditandai dengan jika klien menunjukkan perilaku pada waktu atau
tanggal yang telah di tentukan, sesuai dengan pernyataan tujuan.
b.
Tujuan tercapai
sebagian
Bila masalah
teratasi sebagian yang ditandai dengan klien telah mampu menunjukkan perilaku
tetapi tidak seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah ditentukan.
c. Tujuan belum tercapai
Bila masalah
belum teratasi yang ditandai dengan klien tidak mampu atau tidak sama sekali
menunjukkan perilaku yang diharapkan atau tidak sesuai dengan tujuan yang telah
ditemukan.
0 komentar
Posting Komentar