Selasa, 14 Agustus 2018

Asuhan Keperatan Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah

Asuhan Keperatan (ASKEP) Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah 


LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH

A.    Konsep Dasar Penyakit
1.    Definisi
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500  gram (berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir).
Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) adalah : bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants ( BBLR).
Berdasarkan pengertian di atas maka bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan :
a.       Prematuritas murni
Prematuritas murni adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan–Sesuai Masa Kehamilan ( NKB- SMK).
b.      Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga digolongkan : Neonatus Kurang Bulan–Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK), Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NCB-KMK), dan Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NLB- KMK).
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam:
a.      Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), beratlahir 1500-2499 gram.
b.      Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.
c.      Bayi Berat Lahir Ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.

Berdasarkan berat badan menurut usia kehamilan dapat digolongkan:
a.       Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB dibawah persentil ke-10 kurva pertumbuhan janin.
b.      Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diantara persentil ke-10 dan ke-90 kurva pertumbuhan janin.
c.       Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diatas persentil ke-90 pada kurvapertumbuhan janin.

2.    Etiologi
a.    Faktor Ibu :
1)   Paritas
2)   Infertilitas
3)   Abortus spontan sebelumnya
4)   Bahan teratogonik (alkohol, radiasi, obat)
5)   Penyakit kronis
6)   Keadaan penyebab Infusifiensi plasenta (penyakit jantung, ginjal, paru, hipertensi, dll)
b.   Faktor Plasenta
1)   Penyakit Vaskuler
2)   Kehamilan ganda
3)   Malformasi
4)   Tumor
c.    Faktor Janin
1)   Kelainan kromosom
2)   Malformasi
3)   Infeksi kongenital (misal: rubella)
4)   Kehamilan  ganda
3.         Tanda dan Gejala
Gambaran klinis menunjukkan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaannya lemah :
a.   Fisik
1)   Bayi kecil
2)   Pergerakan kurang dan masih lemah
3)   Kepala lebih besar daripada badan
4)   Berat badan < 2500 gram
5)   Panjang kurang dari 45 cm
6)   Lingkar dada kurang dari 30 cm
7)   Lingkar kepala kurang dari 33 cm
                                                        
b.   Kulit dan kelamin
1)   Kulit tipis dan transparan
2)   Lanugo banyak
3)   Rambut halus dan tipis
4)   Genitalia belum sempurna

c.    Sistem syaraf
1)   Refleks moro
2)   Refleks menghisap, menelan, batuk belum sempurna

d.   Sistem muskuloskeletal
1)   Axifikasi tengkorak sedikit
2)   Ubun-ubun dan sutura lebar
3)   Tulang rawan elastis kurang
4)   Otot-otot masih hipotonik
5)   Tungkai abduksi
6)   Sendi lutut dan kaki fleksi
7)   Kepala menghadap satu arah

e.    Sistem pernafasan
1)   Pernafasan belum teratur sering apneu
2)   Frekuensi nafas bervariasi




4.    Pemeriksaan Diagnostik
a.    Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
b.   Hematokrit (Ht) : 43%-61 % (peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal).
c.    Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebihan).
d.   Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
e.    Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
f.     Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.
g.    Pemeriksaan Analisa gas darah.

5.    Penatalaksanaan
a.    Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin prematur bayi, maka semakin besar perawatan yang diperlukan karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam inkubator.
b.   Pengaturan suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan jika suhu rektal dipertahankan antara 35,50 c s/d 370 c.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolik yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram.

c.    Penggunaan inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah harus dirawat didalam inkubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam inkubator, terlebih dahulu dihangatkan sampai suhu sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
d.   Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi terlalu lama menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
e.    Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah mempunyai sistem imunologi yang kurang berkembang, mereka mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
f.     Pemberian nutrisi
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter (sonde), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relatif memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.
Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan
Umur/hari
Jmlh ml/kg BB
1
50- 65
2
100
3
125
4
150
5
160
6
175
7
200
14
225
21
175
28
150

B.   Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian dasar neonates
a.      Aktivitas/ istirahat
Bayi sadar mungkin 2-3 jam, beberapa hari pertama tidur sehari rata-rata 20 jam.
b.      Pernafasan
Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria atau presentasi bokong.
Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari dada dan abdomen, perhatikan adanya sekret yang mengganggu pernafasan, mengorok, pernafasan cuping hidung,
c.       Makanan/cairan
Berat badan rata-rata 2500-4000 gram, kurang dari 2500gr menunjukkan kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberi infus. Beri minum dengan tetes ASI/ sonde karena refleks menelan BBLR belum sempurna, kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150ml/kg BB/ hari.
d.      Berat badan
Kurang dari 2500 gram
e.       Suhu
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan.
f.       Integumen
Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan kering.

2.      Diagnosa Keperawatan
a.      Pola nafas tidak efektif  b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
b.      Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan
c.       Resiko ketidakseimbangan volume cairan b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
d.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat
e.       Hipotermia b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan
f.       Resiko infeksi b/d imaturitas fungsi imunologik
g.      Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit

3.      Rencana Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan/Kriteria
Rencana Tindakan
1.




2.

Pola nafas tidak efektif  b/d tidak adekuatnya ekspansi paru



Kerusakan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan

Pola nafas  efektif
Kriteria :
§  Kebutuhan oksigen menurun
§  Nafas spontan, adekuat
§  Tidak sesak.

Pertukaran gas adekuat
Kriteria :
§  Tidak sianosis.
§  Analisa gas darah normal
§  Saturasi oksigen normal.

§  Berikan posisi kepala sedikit ekstensi
§  Berikan oksigen dengan metode yang sesuai
§  Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan

§  Lakukan isap lendir kalau perlu
§  Berikan oksigen dengan metode yang sesuai
§  Observasi warna kulit
§  Ukur saturasi oksigen
§  Observasi tanda-tanda perburukan pernafasan
§  Lapor dokter apabila terdapat  tanda-tanda perburukan pernafasan
§  Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah
§  Kolaborasi dalam pemeriksaan surfaktan

3.






4.







5.
Resiko ketidakseimbangan volume cairan b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit




Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi, intake yang kurang adekuat



Hipotermia b /d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan
Hidrasi baik
Kriteria:
§  Turgor kulit elastik
§  Tidak ada edema
§  Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam
§  Elektrolit darah dalam batas normal

Nutrisi adekuat
Kriteria :
§  Berat badan naik 10-30 gram / hari
§  Tidak ada edema
§  Protein dan albumin darah dalam batas normal


Suhu bayi stabil
§  Suhu 36,5 0C -37,2 0C
§  Akral hangat



Bayi tidak terinfeksi
Kriteria :
§  Suhu 36,5 0C -37,2 0C
§  Darah rutin normal







Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Kriteria :
§  Tidak ada rash
§  Tidak ada iritasi
§  Tidak phlebitis


§  Observasi turgor kulit.
§  Catat intake dan output
§  Kolaborasi dalam pemberian cairan intra vena dan elektrolit
§  Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit darah


§  Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat
§  Observasi dan catat toleransi minum
§  Timbang berat badan setiap hari
§  Catat intake dan output
§  Kolaborasi dalam pemberian total parenteral nutrisi kalau perlu

§  Rawat bayi dengan suhu lingkungan sesuai
§  Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panas
§  Ukur suhu bayi setiap 3 jam atau kalau perlu
§  Ganti popok bila basah

§  Observasi tanda-tanda vital
§  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
§  Hindari bayi dari orang-orang yang terinfeksi kalau perlu rawat dalam inkubator
§  Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik bila melakukan prosedur invasif
§  Lakukan perawatan tali pusat
§  Kolaborasi pemeriksaan darah rutin
§  Kolaborasi pemberian antibiotika

§  Kaji kulit bayi dari tanda-tanda kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet pada daerah yang tertekan
§  Gunakan plester non alergi dan seminimal mungkin
Ubah posisi bayi dan pemasangan elektrode





6.










7.










Resiko infeksi b/d imaturitas fungsi imunologik










Resiko kerusakan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit





0 komentar

Posting Komentar