BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)
A. Pengertian
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia
gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada
bayi cukup bulan (intrauterine growth
restriction).
B. Klasifikasi BBLR
Ada
beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR:
1.
Menurut harapan hidupnya:
a)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir
1500-2500 gram.
b)
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat
lahir 1000-1500 gram.
c)
Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat
lahir kurang dari 1000 gram.
2.
Menurut masa gestasinya :
a)
Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37
minggu dan berat badannya sesuai dengan berat
badan untuk masa gestasi atau biasa disebut neonatus kurang
bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
b)
Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang
dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
3.
Faktor Penyebab
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah:
a) Faktor
ibu
1) Penyakit
ü Mengalami
komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum, preekelamsi berat,
eklamsia, infeksi kandung kemih.
ü Menderita
penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS, TORCH,
penyakit jantung.
ü Penyalahgunaan
obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
ü Angka
kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun.
ü Jarak
kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
ü Mempunyai
riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan
sosial ekonomi
ü Kejadian
tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan keadaan gizi
dan pengawasan antenatal yang kurang.
ü Aktivitas
fisik yang berlebihan
ü Perkawinan
yang tidak sah
b) Faktor
janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin
kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c) Faktor
plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta
previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik),
ketuban pecah dini.
d) Faktor
lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di
dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun. Faktor lain yang masih belum diketahui
Menurut WHO (2007)
BBLR disebabkan oleh 7 (tujuh) faktor yaitu : genetik (faktor gen, interaksi
lingkungan, ukuran ayah, jenis kelamin), kecukupan gizi (nutrisi ibu ketika
hamil, kecukupan protein dan energi, kekurangan nutrisi), karakteristik dan
berat ibu (berat ibu ketika hamil, paritas, jarak kelahiran), penyakit (infeksi,
seperti : anaemia, syphilis,
rubella), komplikasi kehamilan (eklamsi, infeksi ketika melahirkan), gaya hidup
ibu (merokok dan mengkonsumsi alkohol) dan lingkungan (polusi, faktor sosial
ekonomi).
Gambar 1. Skema Faktor Penyebab BBLR
C. Patofisiologis
Patofisiologi : semakin kecil dan semakin premature bayi itu, maka akan
semakin tinggi resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada
masalah gizi:
1.
Menurunnya
simpanan zat gizi, padahal cadangan makanan di dalam tubuh sedikit, hampir
semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor dan Zeng di
deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm
mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dll. Hipoglikemia
menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR Prematur.
2.
Kurangnya
kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih sedikit simpanan
garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak
dibandingkan dengan bayi term.
3.
Belum
matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan koordinasi antara refleks
hisap dan menelan belum berkembang dengan baik. Padahal bayi BBLR kebutuhan
nutrisinya lebih tinggi karena target pencapaian BBnya lebih besar. Penundaan
pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
4.
Paru yang
belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori yang
meningkat.
5.
Potensial
untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding dengan BB
dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit kehilangan panas akan
meningkatkan kebutuhan kalori.
D. Tanda dan Gejala Klinis
Secara
umum gambaran klinis pada bayi berat badan lahir rendah sebagai berikut:
1. Berat
badan lahir < 2500 gram, panjang badan £
45 Cm, lingkar dada < 30 Cm, lingkar kepala <
33 Cm.
2. Masa
gestasi < 37 minggu
3. Penampakan
fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya gestasi; kepala relatif
lebih besar dari badan, kulit tipis, transparan, banyak lanugo, lemak sub kutan
sedikit, osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutu lebar, genetalia
immatur, otot masih hipotonik sehingga tungkai abduksi, sendi lutut dan kaki
fleksi, dan kepala menghadap satu jurusan.
4. Lebih
banyak tidur dari pada bangun, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan
sering terjadi apnea, refleks menghisap, menelan, dan batuk belum sempurna
Gangguan
yang mungkin terjadi pada bayi BBLR antara lain:
a.
Pusat pengaturan suhu tubuh yang belum matur.
b.
Sistem immunologi belum berkembang dengan baik sehingga
rentang infeksi.
c.
Sistem saraf pusat belum matur menyebabkan perdarahan
periventrikuler.
d.
Sistem pernafasan belum matur terutama paru-paru
menyebabkan mudah terkena penyakit membran hyalin.
e.
Immaturitas hepar sehingga metabolisme bilirubin
terganggu (hiperbilirubinemia).
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan skor ballard
2. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi
kurang bulan
- Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah.
- Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
- USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan
F.
Permasalahan
pada BBLR
BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai permasalahan
yang banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan kondisi tubuh yang belum
stabil.
a)
Ketidakstabilan suhu tubuh
b)
Gangguan pernafasan
c)
Imaturitas imunologis
d)
Masalah gastrointestinal dan nutrisi
e)
Imaturitas hati
f)
Hipoglikemi
G. Penatalaksanaan
BBLR
Konsekuensi
dari anatomi dan fisiologi yang belum matang menyebabkan bayi BBLR cenderung
mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada
masa neonatal. Penatalaksanaan yang
dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik maupun psikologis.
Adapun
penatalaksanaan BBLR meliputi
1.
Dukungan
respirasi
Tujuan
primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan mempertahankan
respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen dan bantuan ventilasi. Bayi
dengan atau tanpa penanganan suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan
oksigenasi karena pada BBLR beresiko mengalami defisiensi surfaktan dan
periadik apneu. Dalam kondisi seperti ini
diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang pernafasan, diposisikan miring
untuk mencegah aspirasi, posisikan tertelungkup jika mungkin karena posisi ini
menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan
kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian oksigen 100% dapat memberikan efek edema
paru dan retinopathy of prematurity.
2.
Termoregulasi
Kebutuhan
yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya respirasi adalah pemberian
kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan panas pada bayi distress sangat
dibutuhkan karena produksi panas merupakan proses kompleks yang melibatkan ibrop
kardiovaskular, neurologis, dan ibroplas. Bayi harus dirawat dalam suhu
lingkungan yang netral yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi oksigen dan
pengeluaran kalori minimal. Menurut Thomas (1994) suhu aksilar optimal bagi
bayi dalam kisaran 36,5°C – 37,5°C, sedangkan menurut Sauer dan Visser (1984)
suhu netral bagi bayi adalah 36,7°C – 37,3°C. Menghangatkan
dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan melalui beberapa cara,
yaitu:
a.
Kangaroo Mother
Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi dengan ibunya. Jika ibu tidak
ada dapat dilakukan oleh orang lain sebagai penggantinya.
b.
Pemancar pemanas
c.
Ruangan yang
hangat
d.
Inkubator
Tabel Suhu
ibroplas yang direkomendasikan menurut umur dan berat badan Bayi.
Bila jenis inkubatornya berdinding tunggal,
naikkan suhu ibroplas 1°C setiap perbedaan suhu 7°C antara suhu ruang dan ibroplas
e. Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian
integral asuhan semua bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit.
Pada bayi BBLR imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga sangat rentan
denan penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi antara
lain :
ü Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan
bayi harus melakukan cuci tangan terlebih dahulu.
ü Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi
harus dibersihkan secara teratur. Ruang perawatan bayi juga harus dijaga
kebersihannya.
ü Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi
tidak boleh memasuki ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh atau
disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti masker ataupun sarung tangan
untuk mencegah penularan.
f. Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat
cairan parenteral untuk asupan tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi
yang adekuat sangat penting pada bayi preterm karena kandungan air
ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada
bayi preterm). Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas ibropl
ibropla terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang sempurna
sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan cairan.
g. Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis
dalam manajemen bayi BBLR tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi merekakarena berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum
sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan
oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral
ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya.
Bayi preterm menuntut waktu yang
lebih lama dan kesabaran dalam pemberian makan dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme
oral-faring dapat terganggu oleh usaha ibrop makan yang terlalu cepat. Penting
untuk tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi kapasitas mereka dalam
menerima makanan. Toleransi yang berhubungan dengan kemampuan bayi menyusu
harus didasarkan pada evaluasi status respirasi, denyut jantung, saturasi
oksigen, dan variasi dari kondisi normal dapat menunjukkan stress dan
keletihan.Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap, menelan, dan
bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan penurunan saturasi oksigen.
Pada bayi dengan reflek menghisap dan menelan
yang kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke lambung. Kapasitas
lambung bayi ibroplas sangat terbatas dan mudah mengalami distensi abdomen yang
dapat mempengaruhi pernafasan. Kapasitas lambung berdasarkan umur dapat diukur
sebagai berikut:
Tabel 2
Kapasitas lambung berdasarkan umur
h. Penghematan energy
Salah satu tujuan utama perawatan
bayi resiko tinggi adalah menghemat ibrop, Oleh karena itu BBLR ditangani
seminimal mungkin. Bayi yang dirawat di dalam ibroplas tidak membutuhkan
pakaian , tetapi hanya membutuhkan popok atau alas. Dengan demikian kegiatan
melepas dan memakaikan pakaian tidak perlu dilakukan. Selain itu, observasi
dapat dilakukan tanpa harus membuka pakaian.
Bayi yang tidak menggunakan ibrop
tambahan untuk aktivitas bernafas, minum, dan pengaturan suhu tubuh, ibrop
tersebut dapat digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Mengurangi tingkat
kebisingan lingkungan dan cahaya yang tidak terlalu terang meningkatkan
kenyamanan dan ketenangan sehingga bayi dapat beristirahat lebih banyak.
Posisi telungkup merupakan posisi
terbaik bagi bayi pretermdan menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih
menoleransi makanan, pola tidur-istirahatnya lebih teratur. Bayi memperlihatkan
aktivitas fisik dan penggunaan ibrop lebih sedikit bila diposisikan telungkup.
PMK akan memberikan rasa nyaman
pada bayi sehingga waktu tidur bayi akan lebih lama dan mengurangi stress pada
bayi sehingga mengurangi penggunaan ibrop oleh bayi.
i.
Stimulasi
Sensori
Bayi baru lahir memiliki kebutuhan
stimulasi sensori yang khusus. Mainan gantung yang dapat bergerak dan mainan-
mainan yang diletakkan dalam unit perawatan dapat memberikan stimulasi visual.
Suara radio dengan volume rendah, suara kaset, atau mainan yang bersuara dapat
memberikan stimulasi pendengaran. Rangsangan suara yang paling baik adalah
suara dari orang tua atau keluarga, suara dokter, perawat yang berbicara atau
bernyanyi. Memandikan, menggendong, atau membelai memberikan rangsang
sentuhan.Rangsangan suara dan sentuhan juga dapat diberikan selama PMK karena
selama pelaksanaan PMK ibu dianjurkan untuk mengusap dengan lembut punggung
bayi dan mengajak bayi berbicara atau dengan memperdengarkan suara ibro untuk
memberikan stimulasi sensori motorik, pendengaran, dan mencegah ibropla apnea.
j.
Dukungan
dan Keterlibatan Keluarga
Kelahiran bayi preterm merupakan
kejadian yang tidak diharapkan dan membuat stress bila keluarga tidak siap
secara emosi. Orang tua biasanya memiliki kecemasan terhadap kondisi bayinya,
apalagi perawatan bayi di unit perawatan khusus mengharuskan bayi dirawat
terpisah dari ibunya. Selain cemas, orang tua mungkin juga merasa bersalah
terhadap kondisi bayinya, takut, depresi, dan bahkan marah. Perasaan tersebut
wajar, tetapi memerlukan dukungan dari perawat.Perawat dapat membantu keluarga
dengan bayi BBLR dalam menghadapi krisis emosional, antara lain dengan ibrop
kesempatan pada orang tua untuk melihat, menyentuh, dan terlibat dalam
perawatan bayi. Hal ini dapat dilakukan melalui metode kanguru karena melalui
kontak kulit antara bayi dengan ibu akan membuat ibu merasa lebih nyaman dan percaya diri dalam
merawat bayinya.
Dukungan lain yang dapat diberikan
perawat adalah dengan menginformasikan kepada orang
tua mengenai kondisi bayi secara rutin untuk meyakinkan orang tua bahwa bayinya
memperoleh perawatan yang terbaik dan orang tua selalu mendapat informasi yang
tepat mengenai kondisi bayinya.
H.
Komplikasi
1. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum,
sindrom distress respirasi, penyakit ibropla
hialin
2. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya
kurang dari 35 minggu
3. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus,
perdarahan ventrikel otak
4. Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi,
gangguan pembekuan darah.
5. Infeksi, retrolental ibroplasias, necrotizing
enterocolitis (NEC)
6. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi
konginetal
I. Diagnosa keperawatan
1.
Pola nafas
tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru dan neuromuskular,
penurunan energi dan keletihan.
2.
Tidak
efektifnya termoregulasi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau
perubahan suhu lingkungan
3.
Perubahan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake yang kurang adekuat.
4.
Resiko tinggi infeksi b/d imaturitas fungsi imunologik
5.
Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas
struktur kulit
6.
Kecemasan
orang tua b.d kurang pengetahuan orang tua dan kondisi krisis
J. Intervensi
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan/Kriteria
|
Rencana Tindakan
|
1.
|
Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
|
Pola nafas efektif
Kriteria :
§ Kebutuhan
oksigen
menurun
§ Nafas
spontan, adekuat
§ Tidak
sesak.
§ Analisa
gas darah normal
§ Saturasi
oksigen normal.
§ Tidak
ada retraksi
|
§ Kaji frekuensi dan pola pernapasan
§ Berikan
oksigen dengan metode yang sesuai
§ Observasi
irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan
§ Lakukan
isap lendir (suction) kalau perlu
§ Berikan
oksigen dengan metode yang sesuai
§ Observasi
warna kulit
§ Ukur
saturasi oksigen
§ Observasi
tanda-tanda perburukan pernafasan
§ Kolaborasi
dalam pemeriksaan analisa gas darah
|
2
|
Tidak efektifnya
termoregulasi b/d imaturitas fungsi termoregulasi
atau perubahan suhu lingkungan
|
Suhu bayi stabil / normal
Kriteria Hasil :
§ Suhu
36,5 0C -37,5 0C
§ Akral
hangat
§ Sianosis
(-)
|
§ Observasi
tanda-tanda vital sesering mungkin
§ Rawat
bayi dengan suhu lingkungan sesuai (inkubator).
§ Hindarkan
bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin / panas
§ Observasi
adanya tanda-tanda sianosis
§ Ganti
popok / sarung bila basah
|
3.
|
Perubahan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake yang kurang adekuat.
|
Nutrisi adekuat / Hidrasi baik
Kriteria Hasil :
§ Berat
badan naik 10-30 gram / hari
§ Refleks
hisap / menelan baik
§ Muntah
(-)
§ Kembung
(-)
§ BAB
lancar
§ Tidak
ada edema
§ Produksi
urin 1-2 cc/kgbb/jam
§ Tugor
kulit elastis
|
§ Berikan
ASI/PASI dengan metode yang tepat
§ Observasi
adanya muntah
§ Observasi
dan catat tanda-tanda dehidrasi
§ Observasi
turgor kulit.
§ Timbang
berat badan setiap hari
§ Catat
intake dan output
§ Kolaborasi
dalam pemberian total parenteral nutrition kalau perlu
|
4
|
Resiko tinggi infeksi b/d imaturitas fungsi
imunologik
|
Selama perawatan tidak terjadi komplikasi
(infeksi)
Kriteria Hasil :
§
Tidak
ada tanda-tanda infeksi
§
Tidak
ada gangguan infeksi
|
§ Hindari
bayi dari orang-orang yang terinfeksi kalau perlu rawat dalam inkubator
§ Observasi
adanya tanda-tanda infeksi
§ Cuci
tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
§ Lakukan
tehnik aseptik dan antiseptik bila melakukan prosedur invasif
§ Lakukan
perawatan tali pusar
§ Kolaborasi
dalam pemberian obat antibiotik
|
5.
|
Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d
imaturitas struktur kulit
|
Integritas kulit baik
Kriteria :
§ Tidak
ada rash
§ Tidak
ada iritasi
§ Tidak
plebitis
|
§ Kaji
kulit bayi dari tanda-tanda kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet pada
daerah yang tertekan
§ Ubah
posisi bayi dan pemasangan elektrode atau sensor
§ Jaga
kebersihan (badan / pakaian dan lingkungan) bayi
§ Anjurkan
menjaga personal hyegiene setiap melakukan tindakan
§ Hindari
penggunaan tissu basah yang mengandung alkohol pada kulit yang iritasi.
|
6.
|
Kecemasan orang tua
b.d kurang pengetahuan orang tua dan kondisi krisis
|
Cemas berkurang
Kriteria hasil :
§ Orang tua tampak tenang
§ Orang tua tidak bertanya-tanya
lagi.
§ Orang tua berpartisipasi dalam
proses perawatan.
|
§ Kaji tingkat pengetahuan orang tua
§ Beri penjelasan tentang keadaan bayinya.
§ Beri penjelasan tentang keadaan bayinya.
§ Berikan support dan reinforcement atas apa
yang dapat dicapai oleh orang tua.
§ Latih orang tua tentang cara-cara perawatan
bayi dirumah sebelum bayi pulang
|
|
|
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Depkes
RI.
2008. Manajemen Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Untuk Bidan Desa: Buku
Panduan. Direktorak Bina Kesehatan Masyarakat.
Amiruddin.
2014. Determinan Kesehatan Ibu dan Anak. Trans Info Media. Jakarta.
Hasnawati.
2011. Analisis Faktor Risiko Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada
keluarga Sejahtera di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar Tahun
2011. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin. Makassar.
Saada,
Maesanti. 2012. Analisis Faktor Resiko Kejadian BBLR di Rumah Sakit Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2012. Tesis Universitas Hasanuddin. Makassar.
Sitohang,
Nur Asnah. 2004. Asuhan Keperawatan pada Bayi Berat Lahir Rendah. Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan.
Surasmi,
Asrining, dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Penerbit EGC. Jakarta.
Yorita,
E, dkk. 2009. Resiko Kejadian BBLR pada Kehamilan yang tidak diinginkan di
Kabupaten Purworejo. Etd.ugm.ac.id
min itu skema tentang BBLR dari buku mana ya? apa ibu kerangka yang di modifikasi? makasih min
BalasHapus