Laporan Akhir Asuhan Keperawatan Pada Bayi BBLR Lengkap Teori dan Kasus
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan
pada masa neonatus sangat rawan karena
memerlukan penyesuaian fisiologis agar bayi di luar kandungan dapat hidup
sebaik-baiknya. Peralihan kehidupan dari intrauterin ke ekstrauterin memerlukan
berbagai perubahan biokimia dan faali. Banyak masalah pada bayi baru lahir yang
berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang
disebabkan oleh prematuritas, kelainan anatomik dan lingkungan yang kurang baik
dalam kandungan, baik dalam proses persalinan maupun sesudah lahir.
Bayi yang dilahirkan dalam keadaan berat
badan lahir rendah (BBLR) merupakan hal yang tidak menyulitkan bila
kelahirannya sesuai dengan masa gestasi
karena memiliki struktur anatomik dan fungsi tubuh yang sama dengan bayi
yang dilahirkan dengan berat badan yang normal tetapi mereka tetap memiliki kerentanan terhadap
infeksi jauh lebih rendah daripada bayi yang dilahirkan dengan berat badan yang
normal.
Menurut Abdurachman Sukadi (1997) kejadian
BBLR di negara maju seperti USA dilaporkan sebesar 9% dari populasi jumlah
kelahiran bayi secara keseluruhan di negara tersebut. Di negara berkembang
khususnya kawasan Asia angka kejadian
BBLR termasuk tinggi tercatat
pada tahun 1999 yaitu sebesar 20% dari
angka keseluruhan jumlah kelahiran. sebelumnya di Indonesia tercatat 13% pada tahun yang sama.
DI pusat rujukan Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung jumlah bayi yang dilahirkan
dalam keadaan BBLR adalah sekitar 21,71% pada tahun 1994 sedangkan pada tahun 1998 dilaporkan angka tersebut
menurun menjadi sekitar 20,23% dari jumlah total kelahiran. Pada tahun yang sama di Jakarta
khususnya di RSCM terdapat angka
kejadian yang lebih kecil yaitu tercatat sekitar 13,5%.
Berdasarkan
pencatatan dan pelaporan di Ruang A1 bagian Perinatologi Rumah Sakit Hasan
Sadikin Bandung dalam kurun waktu 6 bulan, yaitu terhitung dari bulan februari
sampai dengan 12 Agustus 2005, data bayi yang dirawat dengan berbagai kondisi
penyakit tercantum dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 1
DISTRIBUSI JUMLAH BAYI
SAKIT YANG DI RAWAT PERIODE
FEBRUARI S.D 12 AGUSTUS
2005 DI RUANG A1
RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG
Penyakit
|
Februari
|
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
Agustus
|
Jumlah
|
%
|
Hiperbilirubin
|
5
|
2
|
2
|
4
|
1
|
3
|
1
|
18
|
42,85
|
Asfiksia
|
3
|
1
|
-
|
1
|
2
|
2
|
-
|
9
|
21,42
|
Tetanus
|
1
|
1
|
2
|
-
|
3
|
2
|
-
|
9
|
21,42
|
Sepsis
|
2
|
-
|
-
|
1
|
1
|
1
|
-
|
5
|
11,93
|
BBLR
+ Sepsis
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
-
|
1
|
2,38
|
Jumlah
|
11
|
4
|
4
|
6
|
7
|
9
|
1
|
42
|
100
|
Hal
tersebut menunjukan angka yang sedikit selama 6 bulan terakhir ini mengenai
jumlah BBLR dengan komplikasi sepsis
(2,38%) yang di rawat di Ruang A1 unit
Perinatologi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Tetapi dampak yang ditimbulkan
akibat keadaan tersebut sangatlah besar. Apabila tidak diberikan penanganan
yang serius akan berpengaruh terhadap
proses pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya bahkan hal yang fatal adalah dapat menyebabkan kematian.
Berdasarkan
data tersebut maka penulis tertarik untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada
bayi dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY. W ( 29 HARI) LAHIR BBLR
DENGAN SEPSIS DI RUANG A1 RUMAH SAKIT
HASAN SADIKIN BANDUNG”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum
yang ingin di capai dalam penyusunan karya tulis ini adalah agar penulis dapat
melaksanakan asuhan keperawatan pada bayi Ny W (29 hari) lahir BBLR dengan
Sepsis di Ruang A1 Rumah sakit Hasan Sadikin Bandung dengan pendekatan proses
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Sedangkan
tujuan khusus yang ingin dicapai oleh penulis dalam melakukan asuhan
keperawatan pada bayi Ny. W lahir BBLR dengan Sepsis adalah agar penulis dapat :
a. Melakukan pengkajian pada bayi Ny.W (29
hari) lahir BBLR dengan sepsis di Ruang A1 Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.
b. Membuat perencanaan tindakan yang akan
dilakukan pada bayi Ny.W (29 hari) lahir BBLR dengan sepsis.
c. Melakukan tindakan keperawatan pada bayi
NY W (29 hari) lahir BBLR dengan sepsis.
d. Melakukan evaluasi pada bayi Ny W (29
hari) lahir BBLR dengan Sepsis.
C. Metode penulisan dan Tekhnik pengumpulan Data
1. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah
metode deskriptif analitik, yaitu menggambarkan dan menganalisa kasus dengan
menggunakan pendekatan proses
keperawatan.
2. Tekhnik Pengumpulan Data
a. Observasi
Yaitu
tekhnik pengumpulan data dengan cara mengamati perilaku bayi dan keluarganya
secara langsung.
b. Wawancara
Yaitu tekhnik
pengumpulan data dengan cara menggali riwayar kesehatan bayi dan keluarganya
secara langsung, untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan masalah
kesehatan klien dan keluarga.
c. Pemeriksaan Fisik
Yaitu
tekhnik pengumpulan data dengan cara infeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
d. Studi Dokumentasi
Yaitu
tekhnik pengumpulan data dengan cara mempelajari data penunjang dan
riwayat-riwayat kesehatan dari status klien.
e. Studi Kepustakaan
Yaitu cara
mendapatkan informasi dan teori yang relevan dari literature berhubungan dengan kasus sebagai dasar acuan
penulisan.
D. Sistematika Penulisan
Karya tulis
ini tersusun menjadi 4 bab yang terdiri dari :
BAB I
|
PENDAHULUAN yang
terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode dan tekhnik pengumpulan
data serta sistematika penulisan.
|
BAB II
|
TINJAUAN TEORITIS yang terbagi menjadi konsep dasar BBLR,
konsep dasar penyakit, konsep dasar
Keluarga dan Konsep dasar asuhan keperawatan.
|
BAB III
|
TINJAUAN KASUS DAN
PEMBAHASAN, meliputi pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, sedangkan pembahasan yaitu mengenai
kesenjangan antara teori dan praktek lapangan mulai dari pengkajian hingga
evaluasi serta penyebab terjadinya kesenjangan tersebut.
|
BAB IV
|
KESIMPULAN DAN SARAN, meliputi kesimpulan akhir dari seluruh kegiatan asuhan keperawatan yang
dilengkapi saran dari penulis terhadap instansi maupun pihak terkait
|
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Konsep Dasar bayi berat
badan lahir rendah ( BBLR )
1.
Pengertian
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang berat lahirnya sama dengan atau
lebih rendah dari 10 th persentil untuk masa kehamilan pada Denver
intrauterine growth curves atau bayi Small Gestational Age (Sarwono
Prawirohardjo, 1999 : 771 )
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang berat badannya
kurang dari 2500 gram pada saat lahir (Pincus Catzel dan Ian R, 1991 : 36)
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan masa gestasi (
Donna L Wong 2000 : 124).
Dari
pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa berat badan lahir rendah
adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 gram dapat
sesuai dengan masa kehamilan, masa gestasi yang diperpendek, maupun pertumbuhan
intrauterus yang kurang diharapkan.
Sepsis adalah Suatu gambaran respon sistemik terhadap
infeksi pada bayi baru lahir ( Behrman et al, 2000 : 653).
Sepsis adalah infeksi sistemik berat pada masa
neonatal dengan tanda-tanda klinis sepsis (minimal 4 gejala) dan kultur /
perbenihan darah didapatkan kuman (+),
(Abdurachman Sukadi, 2002 :125).
2.
Klasifikasi BBLR
Menurut
Rosa Sacharin (2000) bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dapat di
klasifikasikan menjadi dua yaitu :
a.
Bayi Lahir Kecil Kurang Bulan ( Prematur )
Bayi
lahir hidup, dilahirkan sebelum 37 minggu dari hari pertama menstruasi
terakhir.
b.
Bayi Lahir Kecil Untuk Masa Kehamilan ( KMK )
Bayi
dengan berat 2500 gram atau kurang saat lahir dianggap sebagai mengalami masa
gestasi yang diperpendek, maupun pertumbuhan intra-uterus kurang dari yang
diharapkan, atau keduanya.
3.
Etiologi BBLR terinfeksi Sepsis
1.
Faktor host (penjamu)
a.
Kemampuan kemotaksis leukosit belum sempurna.
b.
Kemampuan fagositosis dan digesti leukosit belum
sempurna.
c.
Komplemen serum dan aktifitas opsonisasi masih rendah.
d.
Kemampuan detoksifikasi endotoksin rendah.
e.
Kadar IgA dan IgM rendah.
f.
Si-IgA masih kurang.
g.
Imunitas seluler masih belum sempurna.
h.
Refleks muntah dan menghisap belum sempurna.
i.
Luka tali pusat (belum sembuh).
j.
Kulit BBL tipis dan mudah lecet.
k.
Trauma lahir.
l.
Manipulasi dan tindakan invasif pada BBL.
m.
Nutrisi parenteral.
n.
Asfiksia neonatorum.
o.
Bayi laki-laki.
p.
Bayi dengan ibu DM.
2.
faktor agen.
Streptococcus group B (SGB) dan bkteri enteric dari
saluran kelamin ibu, bakteri, virus, jamur dan protozoa, infeksi dari candida
dan stafilococus koangulase-negatif (CONS).
3.
Faktor environment (lingkungan).
a.
Faktor predisposisi ibu.
1)
KPSW.
2)
Partus lama.
3)
Infeksi peripartum.
4)
Infeksi intrapartum.
5)
Perawatan antenatal yang tidak baik.
b.
Faktor
lingkungan pascanatal.
1)
Lingkungan perawatan bayi yang tidak baik.
2)
Manipulasi pemeriksaan.
3)
Tindakan invasif.
4)
Kesadaran dan tindakan petugas yang kurang baik.
5)
Pemberian minum bayi dengan formula.
4.
Manifestasi Klinik BBLR dengan Sepsis.
a.
Gejala umum : Bayi tampak tidak sehat, tidak mau minum,
suhu labil biasanya hipotermi dan jarang hipertermia, pengerasan tubuh mulai
dari ekstremitas bawah.
b.
Gejala susunan saraf pusat : Letargi, iritabel, kejang,
ubun-ubun menonjol, hipotermi, hipertermi, refleks primitif menghilang.
c.
Gejala saluran pernafasan : dispnoe, takipneu, apneu
dan sianosis.
d.
Gejala sistem kardiovaskuler : Takikardi, hipotensi,
edema, dehidrasi, sianosis.
e.
Gejala gastrointestinal : Muntah, diare, hepatomegali,
perut kembung / distensi abdomen, feses berdarah.
f.
Gejala hematologis : Ikterus, pucat, ptekiae, ekimosis,
purpura, perdarahan difus, splenomegali.
g.
Gejala kulit : ikterus, pucat, sianosis, perdarahan.
5.
Patofisiologi
Endotoksin merupakan suatu kompleks lipopolisakarida
yang membentuk sebagian dinding sel dan mikroorganisme terutama kuman gram
negatif. Lipid A terdiri atas asam lemak rantai panjang yang berikatan dengan
disakarida komponen aktifnya dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh.
Polisakarida merupakan antigen utama yang sifatnya berbeda
pada setiap kuman / mikroorganisme.
Endotoksemia dapat melalui tiga cara yaitu bila kuman
dalam fokus septik mati, maka komponen endotoksin akan dikeluarkan ke dalam
sirkulasi darah sehingga menimbulkan kerusakan organ tubuh. Kuman gram negatif
dari usus besar bisa masuk ke dalam sirkulasi portal melalui barier mukosa usus
yang mengalami kerusakan akibat proses inflamasi iskemia. Apabila timbul
gangguan hati yang hebat ataupun jika ada hubungan portasistemik maka akan
banyak endotoksin yang mencapai sirkulasi.
6.
Pemeriksaan Penunjang
1)
Didapatkan dari biakan darah biasanya ditemukan kuman
(+).
2)
Adanya leukositosis (> 24 000/mm3) atau leukopeni
(< 3000/mm3).
3)
Ditemukan anemia.
4)
Trombositopenia (< 100 000/mm3).
5)
Laju endap darah meninggi.
6)
Toraks foto menunjukan adanya pneumonia.
7)
Pemeriksaan terhadap igM dan igA dapat menunjang adanya
infeksi antenatal, tetapi tidak spesifik.
8)
Adanya riwayat selama kehamilan, persalinan misalnya
infeksi ibu selama kehamilan atau saat persalinan, umur kehamilan / berat badan
lahir, kelahiran banyak, lama robekan membran, persalinan dengan penyulit,
takikardia janin (distress).
7.
Dampak BBLR Terhadap Sistem Tubuh
1.
Sistem pernafasan
Pada
BBLR organ-organ pernafasan belum matang menyebabkan pengembangan paru kurang
adekuat, otot-otot pernafasan masih lemah dan pusat pernafasan belum
berkembang, kurangnya zat surfaktan dapat mengurangi tegangan pada permukaan
paru. Anatomi dari organ pernafasan yang belum matang menyebabkan ritme dari
pernafasan tidak teratur seringkali
ditemukan apneu dan sianosis. Kecepatan pernafasan bervariasi mencapai 60
sampai 80 kali per menit berangsur menurun mendekati 34 sampai 36 per menit.
2.
Sistem pengaturan suhu tubuh
BBLR cenderung
memiliki suhu tubuh yang subnormal, hal ini disebabkan oleh produksi
panas yang buruk , peningkatan kehilangan panas, kegagalan untuk menghasilkan
panas yang adekuat karena tidak adanya brown fat, pernafasan yang lemah
dan pembakaran oksigen yang buruk,
aktivitas otot-otot yang buruk dan masukan makanan yang rendah.
Kehilangan panas dapat disebabkan adanya
permukaan tubuh yang relatif lebih luas dan tidak adanya jaringan lemak
subkutan.
3.
Sistem sirkulasi
Pada BBLR jantung biasanya
relatif kecil saat lahir sehingga kerjanya lambat dan lemah, sirkulasi perifer
seringkali buruk dan dinding pembuluh darah juga lemah. Tekanan darah rendah,
penurunan tersebut sesuai dengan menurunnya berat badan. Tekanan sistolik dapat mencapai 45 sampai 60
mmhg, tekanan diastolik secara proporsional rendah bervariasi dari 30 sampai 45
mmhg. Frekuensi nadi bervariasi antara 100 dan 160 kali per menit, cenderung
terjadi aritmia.
4.
Sistem pencernaan
Hal
paling menonjol dalam sistem pencernaan ini yaitu kelemahan refleks bayi dalam
menghisap dan menelan sehingga pemenuhan minum tidak efektif dan regurgitasi
sering terjadi. Lipatan mukosa, glandula sekretori, otot lambung kurang
berkembang, otot usus yang masih lemah sering menimbulkan distensi dan retensi
bahan yang dicerna. Hepar yang relatif kecil
kurang berkembang merupakan predisposisi terjadinya ikterus akibat
ketidakmampuan melakukan konjugasi bilirubin.
5.
Sistem urinarius
BBLR
sering mengalami gangguan keseimbangan air dan elektrolit disebabkan penurunan
kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasi urine sedikit akibat filtrasi glomerulus
yang menurun, kliren urea dan bahan yang terlarut rendah.
6.
Sistem persarafan
Perkembangan
susunan saraf sebagian tergantung pada derajat maturitas, bayi menjadi lemah,
lebih sulit untuk dibangunkan dan mempunyai tangisan yang lemah. Refleks
seperti refleks moro dan tonik neck ditemukan, tetapi refleks tendon
bervariasi.
7.
Sistem muskuloskeletal
Semakin rendah masa gestasi memungkinkan bayi
kurang aktif, bila kondisi umum
baik bayi terkecil pun akan
memperlihatkan adanya aktivitas dari otot terutama jika tidak dibatasi oleh pakaian.
8.
Sistem genitalia
Pada wanita labia minora tidak ditutupi oleh
labia mayora hingga aterm sedangkan pada laki-laki testis terdapat dalam
abdomen, kanalis inguinalis atau dalam skrotum.
9.
Sistem imunologi
BBLR sangat mudah mengalami infeksi, akibat kedua imunoglobulin yang masih rendah, aktifitas bakterisidal,
neutrofil serta efek sitotoksik limfosit masih rendah.
8.
Penatalaksanaan BBLR dengan Sepsis
a.
Merawat bayi di ruang isolasi / inkubator.
b.
Mempertahankan suhu tubuh optimal (36,5 ÂșC– 37,5Âș C).
c.
Mempertahankan oksigenasi yang adekuat (Sianosis,
sesak, berikan 02 sungkup, nasal prong jika sesak / distress, jika saturasi 02
< 90 berikan CPAP jika ada indikasi ventilasi mekanik).
d.
Mengatur posisi bayi.
e.
Pemeriksaan / tindakan harus aseptik / antiseptik.
f.
Petugas harus memakai pakaian khusus dan cuci tangan
sebelum dan sesudah pegang / periksa bayi.
g.
Memperbaiki keadaan umum termasuk koreksi hipotensi,
tanda-tanda syok, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
h.
Pemberian antibiotik.
i.
Jika ada kejang berikan obat anti kejang.
j.
Bila ada indikasi dapat diberikan tranfusi darah.
9.
Komplikasi BBLR
a.
BBLR kurang bulan sesuai masa kehamilan, komplikasi
yang dapat terjadi :
1)
Asfiksia perinatal
2)
Susunan Syaraf pusat
3)
Komplikasi pada saluran pernafasan
4)
Termoregulasi dan sumber panas
5)
Komplikasi pada kardiovaskuler
6)
Komplikasi saluran pencernaan
7)
Metabolisme
8)
Komplikasi hematologis
9)
Imunologis
10) Komplikasi
/ penyakit pada ginjal
11) Ophtalmologis
b.
BBLR cukup bulan
kecil masa kehamilan dapat terjadi komplikasi:
1)
Depresi perinatal
2)
Aspirasi mekonium
3)
Perdarahan paru
4)
Hipertensi paru-paru persisten (HPP)
5)
Hipoksemia
6)
Hipoglikemia
7)
Hipokalsemia
8)
Hiponatremia
9)
Polisitemia
KARAKTERISTIK BBLR DAN DAMPAK HOSPITALISASI
1.
Karakteristik BBLR
Proporsi bentuk tubuh yang relatif lebih kecil
mempunyai sedikit perbedaan dengan bayi lain baik bentuk maupun fungsi
tubuhnya, seperti bentuk organ pernafasan yang lebih kecil biasanya fungsi
pernafasan mengalami hambatan, organ cerna
masih lemah seperti halnya refleks menelan menyebabkan hambatan dalam
pemenuhan nutrisi.
a.
kulit yang tipis, kering berlipat-lipat dan keriput
seperti orang tua.
b.
Abdomen tampak cekung atau rata.
c.
Jaringan lemak bawah kulit sedikit.
d.
Tali pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan.
e.
pergerakan terbatas
dapat menangis kuat.
f.
Refleks ,menghisap dan menelan lemah.
g.
Respon sosial lemah bayi tampak letargi.
Meskipun lebih mudah hidup di luar rahim tetap mereka
lebih peka terhadap infeksi dan hipotermi dibandingkan bayi matur dengan berat
badan normal.
2.
Dampak hospitalisasi
a.
Pengertian
Hospitalisasi adalah suatu proses karena suatu alasan yang berencana atau
darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. (Yupi Supatini, 2001: 188).
b.
Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi (0 Sampai 1
Tahun)
Pada masa bayi ini masalah utama yang terjadi adalah dampak dari perpisahan dengan orang tua
sehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya diri dan kasih sayang. Apabila
bayi ditinggalkan ibunya akan merasakan cemas ditunjukan dengan menangis kuat
karena perpisahan. Respon terhadap nyeri atau adanya perlukaan biasanya dengan
menangis keras, pergerakan tubuh yang banyak dan ekspresi wajah yang tidak
menyenangkan.
E. C. KONSEP DASAR KELUARGA
Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang
tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam
perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan ( Salvicion
G Bailon dan Aracelis Maglaya, 1998 : 32 ).
Konsep Dasar Keluarga Inti Dengan Tahapan Infant
Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga
yang hanya terdiri ayah, ibu dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya, ( Suprajitno Skp,
2004 : 2 )
Dapat disimpulkan bahwa keluarga inti tahap infant
adalah keluarga terdiri dari suami pencari nafkah, ibu dan anak tertua dalam
keluarga dalam periode umur setelah
lahir sampai usia 30 bulan.
Tahap ini mulai dengan kelahiran anak pertama dan
melibatkan integrasi bayi ke dalam keluarga, desain dan penerimaan peran baru
serta memelihara hubungan suami istri. Penurunan kepuasan hubungan perkawinan
umum terjadi selama tahap ini, khususnya jika bayinya sakit atau mempunyai
cacat.
Perkembangan fisik anak pada tahap infant ini termasuk
proses pertumbuhan dan perkembangan yang cepat, fungsi alat tubuh bertambah
terutama sistem persarafan. Berat badan meningkat dengan cepat yaitu mencapai 4
kali lipat dari berat badan lahir.
Terdapat tugas-tugas perkembangan yang melanjutkan masa neonatus yaitu
dari segi fisiologis anak mulai dapat
mengkonsumsi makanan padat,
mengendalikan alat-alat pembuangan serta diharapkan mulai belajar berjalan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap infant ini adalah membentuk keluarga muda sebagai sebuah
unit yang mantap (mengintegrasikan bayi baru ke dalam keluarga), rekonsiliasi
tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga,
mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya, memperluas
persahabatan dengan keluarga besar melalui peran-peran orangtua dan kakek atau
nenek, mempersiapkan menjadi orangtua, adaftasi dengan perubahan adanya anggota
keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual dan kegiatan.
Dalam hal ini keluarga mengasuh , mendidik dan
memberikan kasih sayang kepada anak, karena pada tahap ini kehidupannya sangat tergantung kepada kedua
orangtua karena kondisinya masih sangat lemah.
Karakteristik infant (1 bulan)
Menurut Joyce Angel (1999) penambahan berat badan tiap
minggu adalah 140 – 220 gram untuk 6 bulan pertama, bila bayi dilahirkan dengan
berat badan 1000 gram maka pada umur 1 bulan berat badan bayi tersebut berkisar antar 640 – 880 gram.
Tinggi badan bertambah 2,5 cm bulan untuk 6 bulan pertama.
Menurut A. H Markum (1999) usia 3 bulan pertama bayi mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat, diantaranya meliputi : kemampuan
mengelola bola mata untuk mengikuti suatu obyek, kemampuan mengenal dan
membedakan seseorang atau benda berkembang sejak umur 2 minggu, kemampuan dari
segi bahasa yaitu melakukan senyum naluri yang terwujud mulai usia 3 minggu,
kemampuan untuk mengeluarkan suara yang lemah pada usia 4 minggu.. Beberapa
kemampuan intelektual dan neurologik yang dapat ditemukan khususnya pengelolaan terhadap gerakan
kepala, dalam keadaan telungkup bayi dapat memutarkan kepalanya ke arah satu
sisi, sedangkan dalam keadaan telentang bayi lebih suka kepalanya dimiringkan
ke samping. Refleks jalan terlihat dengan memegang ketiak saat bayi berdiri
selama berjalan kepala bayi biasanya dalam keadaan fleksi. Refleks genggam
timbul sejak lahir dengan lebih matangnya fungsi gerak mata, gerak genggam akan
bersifat lebih aktif.
D. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN SEPSIS
1.
Pengkajian
a.
Pengumpulan data
1)
Biodata
a)
Klien
Meliputi
nama, jenis kelamin, tanggal lahir dan jam serta umur dan diagnosa medis.
b)
Orang tua klien
Biodata orang tua ini
terdiri dari biodata ayah dan ibu klien meliputi : Nama, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan pendidikan.
2)
Riwayat kesehatan
a)
Keluhan utama
Keluhan utama yang muncul
pada BBLR diantaranya bayi kecil, tidak aktif, sulit menetek, malas menetek.
b)
Riwayat kesehatan sekarang
Dikembangkan dari keluhan
utama dengan menggunakan :
P ( paliatif / provokatif
) merupakan faktor yang memperingan dan memperberat keluhan utama yang meliputi
umur kehamilan, berat badan bayi saat lahir, penyakit yang pernah diderita ibu
sehingga menimbulkan bayi lahir prematur atau BBLR.
Q ( quality ) hal-hal yang
menyebabkan bayi mau menetek dan malas menetek pada keadaan prematur dan BBLR.
R ( region / radian ) mengkaji refleks hisap bayi ada atau tidak, serta
ditunjang oleh refleks menelan ada atau tidak ada, biasanya pada bayi prematur
seringkali tidak didapatkan refleks hisap maupun menelan.
S ( skala ) mengkaji adanya refleks hisap dan menelan, seberapa kuat
refleks hisap dan menelan pada bayi prematur dan BBLR tersebut.
T ( timing ) meliputi kemajuan atau penurunan dari keluhan utama dari
mulai munculnya keluhan saat dikaji.
c)
Riwayat kesehatan dahulu
(1)
Riwayat prenatal
Meliputi kehamilan ibu
yang keberapa, frekuensi pemeriksaan kehamilan, imunisasi TT, konsumsi
tablet Fe, keluhan utama selama kehamilan, kebiasaan ibu tentang obat-obatan,
alkohol. Kenaikan BB selama kehamilan, jarak kelahiran sebelumnya, tempat ibu
memeriksakan kehamilannya (tempat PNC ).
Kaji : Meliputi penyakit yang diderita ibu pada waktu
hamil misalnya toxamie gravidarum, perdarahan antepartun, trauma fisik, DM,
usia ibu pada waktu hamil dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun, adanya
gangguan psikologis dan keadaan sosial ekonomi yang rendah. Apakah kehamilan
kembar atau hidramnion. Apakah pernah terpapar zat-zat beracun atau terkena
infeksi.
(2)
Riwayat Intra Natal
Persalinan yang keberapa, jenis persalinan, umur kandungan, penolong
persalinan, lamanya, APGAR SCORE, lilitan tali pusat serta komplikasi pada saat
persalinan. Kaji adanya infeksi dijalan lahir.
(3)
Riwayat post Natal
Berat badan bayi saat lahir, tinggi badan, ukuran
proporsi kepala, lingkar dada, pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama,
riwayat asfiksia. refleks yang terdapat pada bayi dengan umur 1 bulan seperti
refleks menghisap, refleks menelan, refleks rooting, grasping, babinsky dan
refleks lainnya yang umum terdapat pada bayi, perawatan bayi segera setelah
lahir, apakah segera diberi ASI, pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama.
(4)
Neonatal
Refleks yang terdapat pada bayi dengan umur 1 bulan seperti refleks
menghisap, refleks menelan, refleks rooting, grasping, babyinski dan refleks
lainnya yang terdapat pada bayi umunya, pemberian ASI, imunisasi, aktivitas
tumbuh kembang, nutrisi, istirahat, eliminasi BAB dan BAK, personal hygiene.
d)
Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji struktur internal
membuat diagram struktur keluarga untuk mengklarifikasi informasi yang
berhubungan dengan komposisi keluarga, aspek yang dikaji dalam struktur
internal : Komposisi dalam keluarga, siapa saja yang ada dalam keluarga, urutan
tingkatan, jenis kelamin. Selain itu riwayat kesehatan keluarga dapat tergambar
melalui ecomap yaitu mengkaji budaya keluarga : pandangan hidup, bahasa yang
digunakan, berapa lama keluarga tersebut tinggal di daerah tersebut, kelompok
suku tertentu yang diikuti, latar belakang etnis yang mempengaruhi, agama,
status kelas sosial dan mobilitas
lingkungan : rumah, tetangga, komunitas keluarga besar : asal-usul keluarga dan
saudara angkat, mengkaji kemungkinan adanya perbedaan RH atau ABO
incompability, riwayat penyakit keturunan maupun menular yang sedang diderita
didalam keluarga inti, riwayat keluarga dengan kehamilan kembar atau prematur,
cara mengatasi kesehatan dalam keluarga, fungsi penolong, fungsi ekspresif,
komunikasi emosional, komunikasi verbal, komunikasi sirkuler, penyelesaian
masalah, peran, pengawasan.
e)
Riwayat psikologis, sosial, spiritual dan keluarga
Secara psikologis orang
tua yang mermiliki BBLR mengalami kecemasan terhadap anaknya karena keadaan
fisik yang kecil dan berada dalam inkubator.
Spiritual ditunjukan pada
harapan keluarga terhadap kesembuhan dan kepercayaan keluarga mengenai keadaan
yang diderita anaknya.
Data
sosial didapatkan dari interaksi keluarga klien antara anggota keluarga,
tetangga, keadaan lingkungan keluarga klien, peran dan pekerjaan dari tiap-tiap
anggota keluarga.
f)
Pemeriksaan fisik
(1) Kepala
dan leher
Bentuk kepala bulat, ukuran proporsi kepala biasanya lebih besar daripada
dada kira-kira 3 cm lebih besar dari
pada lingkar dada), lingkar kepala rata-rata dengan umur gestasi 32 minggu
adalah 29 cm, ditemukan pemisahan antara fontanel dan garis sutura tampak jelas
dan tulang fontanel agak lunak, cekung dan belum menutup. Keadaan rambut biasa,
sedikit dan jarang. Muka warna kulit merah muda, kaji adanya refleks rooting.
Sklera mata warna putih dan Konjuntiva
tampak pucat dan refleks-refleks mata kurang terangsang karena belum
maturnya fungsi mata.. Kaji kebersihan hidung, kelembaban mukosa hidung, kaji milia
epitelia. Kaji refleks-refleks pada mulut seperti sucking, rooting dan gag
lemah, refleks batuk biasanya tidak ada, kaji apakah ada lesi ataupun jamur,
ranula. Kaji tulang kartilago telinga, biasanya kurang berkembang, keadaan
lunak dan lembut ditumbuhi lanugo. Fleksibilitas kurang baik. Pada leher
ditemukan adanya refleks tonik neck, penurunan refleks menelan (swallow
refleks).
(2)
Dada
Bentuk dada relatif kecil dibandingkan ukuran lingkaran kepala tulang
rusuk masih agak lemah. Pernafasan ditemukan ritme dan dalamnya pernafasan
cenderung tidak teratur, seringkali ditemukan apneu, dalam keadaan ini timbul
sianosis karena refleks batuk belum ada, sehingga resiko untuk masuk cairan ke
dalam paru tinggi. Pada jantung dapat didengar suara murmur.
(3)
Abdomen
Abdomen buncit atau kembung dan
pembuluh darah tampak terlihat, peristaltik usus dapat terdengar antara 9-30 x
/ menit, tampak kuning dan perlu dilakukan palpasi hepar, karena relatif besar,
meski fliksura belum berkembang, bila bayi masih berumur di bawah satu minggu
kaji apakah tali pusat telah puput atau belum.
(4)
Punggung dan bokong
Lengkung sakral tampak jelas dan pengkajian diarahkan terhadap adanya
iritasi dan kemerahan, kulit tampak kuning, kaji bercak biru Mongolia.
(5)
Genitalia
Pada perempuan labia mayora dan klitoris kurang berkembang dan tampak
menonjol. Kaji kebersihannya, vulva tag dan sekret vagina. Anus kaji
apakah ada iritasi, lubang anus dan pengeluaran BAB. Pola BAK biasanya
didapatkan testis yang belum turun.
(6)
Ekstremitas
Atas : Massa otot tidak ada, aktivitas lemah, refleks morro dan strartle
tidak ada keadaan letargi dan spastis.
Bawah : Massa dan kekuatan otot tidak ada, aktivitas lemah. Refleks plantargraf
tidak ada. Biasanya refleks tidak aktif, garis tangan dari kaki sedikit, kuku
tampak transparan dan tertutup lanugo, perkembangan gerak kurang sempurna,
ekstremitas hipotonia, gerak refleks lemah.
b.
Analisa data
Merupakan kemampuan dalam mengaitkan data-data fokus secara
konsep teori dan prinsip yang relevan untuk mengupulkan data, menentukan masalah
keperawatan yang mungkin muncul pada klien dan keluarga.
c.
Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul Pada
Bayi Dengan Resiko Tinggi
Menurut Donna L Wong (2002), diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul pada bayi dengan resiko tinggi adalah :
1)
Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas paru dan neuromuskular,
penurunan energi dan keletihan.
2)
Termoregulasi tidak efektif b.d kontrol suhu yang
imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan.
3)
Resiko tinggi infeksi b.d pertahanan imunologis yang
kurang.
4)
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (
resiko tinggi ) b.d ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas dan atau
penyakit.
5)
Resiko tinggi kekurangan aatau kelebihan volume cairan
b.d karakteristik fisiologis imatur dan bayi preterm dan atau imaturitas atau penyakit.
6)
Resiko tinggi gangguan integritas kulit b.d struktur
kulit imatur, imobilitas, penurunan status nutrisi, prosedur invasif
7)
Resiko tinggi cedera karena peningkatan tekanan
intrakranial b.d sistem saraf pusat imatur dan respon stress fisiologis.
8)
Nyeri b.d prosedur, diagnosis dan tindakan.
9)
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelahiran
preterm, lingkungan NICU tidak alami, perpisahan dari orang tua.
10) Perubahan
proses keluarga b.d krisis situasi / maturasi, kurang pengetahuan ( kelahiran
bayi preterm dan atau sakit, gangguan proses kedekatan orang tua.
11) Antisipasi
berduka b.d kelahiran bayi beresiko tinggi yang tidak diperkirakan, prognosis
kematian dan atau kematian bayi.
2.
Perencanaan
a.
Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas paru dan neuromuskular,
penurunan energi dan keletihan.
Tujuan
: Klien menunjukan oksigenasi yang adekuat
Hasil
yang diharapkan :
1)
Jalan nafas tetap paten.
2)
Pernafasan memberikan oksigenasi dan pembuangan CO2
yang adekuat.
3)
Frekuensi dan pola nafas dalam batas yang dengan usia
dan berat badan.
4)
Gas darah arteri dan keseimbangan asam basa dalam batas
normal sesuai usia pasca konsepsi.
5)
Oksigenasi jaringan adekuat.
Intervensi:
1)
Posisikan untuk pertukaran udara yang optimal.
2)
Hindari hiperekstensi leher karena akan mengurangi
diameter trakea.
3)
Observasi adanya penyimpangan dari fungsi yang
diinginkan, kenali tanda-tanda distress misalnya mengorok, sianosis, PCH,
apneu.
4)
Lakukan penghisapan untuk menghilangkan mukus yang
terakumulasi dari nasofaring, trakea dan selang endotrakeal.
5)
Penghisapan seperlunya berdasarkan pengkajian misalnya
dada, bukti penurunan oksigenasi, peningkatan kepekaan bayi.
6)
Jangan pernah melakukan penghisapan secara rutin karena
akan menyebabkan bronchospasme, bradikardia, hipoksia, peningkatan TTIK,
haemoragi intraventrikel.
7)
Gunakan tekhnik pemasangan yang tepat karena dapat
menyebabkan infeksi, kerusakan jalan nafas, pneumotoraks dan haemoragi
intraventrikel.
8)
Gunakan tekhnik penghisapan dua orang karena asisten
dapat memberikan hiperoksigenasi dengan cepat.
9)
Observasi adanya tanda-tanda distress pernafasan.
10) Pertahankan
suhu lingkungan yang netral untuk menghemat penggunaan 02.
11) Pantau
dengan ketat pengukuran AGD dan pembacaan sa02.
12) Berikan
dan atur alat monitor dengan benar.
13) Observasi
dan kaji Lakukan perkusi, vibrasi dan drainase postural untuk memudahkan drainase sekret.
14) Hindari
posisi trendelenburg karena dapat menurunkan kapasitas paru akibat gravitasi
yang mendorong organ ke arah diafragma.
15) Gunakan
posisi semi telungkup atau miring untuk mencegah aspirasi.
16) respons
bayi terhadap terapi ventilasi dan oksigenasi.
b.
Termoregulasi tidak efektif b.d kontrol suhu yang
imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan.
Tujuan :Klien mempertahankan suhu tubuh stabil.
Hasil yang diharapkan :
1)
Suhu aksila bayi tetap dalam rentang normal untuk usia
pascakonsepsi.
Intervensi
:
1)
Tempatkan bayi di dalam inkubator untuk mempertahankan
suhu tubuh stabil.
2)
Pantau suhu aksila pada bayi yang tidak stabil.
3)
Pantau tanda-tanda hipertermi misalnya kemerahan, ruam
diaforesis.
4)
Hindari situasi yang mempredisposisikan bayi pada
kehilangan panas.
5)
Pantau glukosa darah untuk memastikan euglikemia.
6)
Gunakan
pelindung panas plastik untuk menurunkan kehilangan panas.
7)
Periksa
suhu tubuh bayi dalam hubungannya
dengan suhu unit pemanas untuk
kehilangan panas radian langsung.
8)
Atur unit sevokontrol atau kontrol suhu udara sesuai
kebutuhan untuk mempertahankan suhu kulit.
c.
Resiko tinggi infeksi b.d pertahanan imunologis yang
kurang.
Tujuan :Klien tidak menunjukan tanda-tanda infeksi
nasokomial.
Hasil yang diharapkan :
1)
Klien tidak menunjukan tanda-tanda infeksi nosokomial.
Intervensi
:
1)
Pastikan bahwa setiap pemberi perawatan mencuci tangan.
2)
Pastikan bahwa semua alat yang kontak dengan bayi sudah
bersih dan steril.
3)
Cegah personel dengan infeksi saluran pernafasan atas
atau infeksi menular agar tidak
mengadakan kontak langsung dengan bayi.
4)
Isolasi bayi lain yang mengalami infeksi sesuai
kebijakan institusional.
5)
Instruksikan pekerja perawatan kesehatan dan orang tua
dalam prosedur kontrol infeksi..
6)
Beri antibiotik sesuai infeksi.
7)
Pastikan asepsis ketat atau sterilitas seperti terapi
IV atau pemasangan kateter arteri / vena.
d.
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (
resiko tinggi ) b.d ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas dan atau
penyakit.
Tujuan : Klien mendapatkan nutrisi yang adekuat.
Hasil yang diharapkan :
1)
Klien mendapat kalori dan nutrien esensial yang
adekuat.
2)
Klien menunjukan penambahan berat badan yang mantap.
Intervensi
:
1)
Pertahankan cairan parenteral atau nutrisi parenteral
total sesuai instruksi.
2)
Pantau adanya tanda-tanda intoleransi terhadap terapi
parenteral total terutama protein dan
glukosa.
3)
Kaji kesiapan klien untuk menyusu pada payudara ibu,
khususnya kemampuan untuk mengkoordinasikan menelan dan pernafasan.
4)
Susukan bayi pada payudara ibu bila pengisapan kuat
serta menelan dan refleks muntah ada.
5)
Ikuti protokol unit untuk meningkatkan volume dan
konsentrasi formula untuk menghindari intoleransi pemberian makan.
6)
Gunakan pemberian makan orogastrik bila bayi dalam
keadaan lemah.
7)
Bantu ibu untuk mengeluarkan ASI untuk menciptakan dan
mempertahankan laktasi sampai bayi dapat menyusu ASI.
8)
Bantu ibu dengan menyusui bila mungkin dan diinginkan.
e.
Resiko tinggi kekurangan atau kelebihan volume cairan
b.d karakteristik fisiologis imatur dan bayi preterm dan atau imaturitas atau
penyakit.
Tujuan
: Klien menunjukan status hidrasi kuat.
Hasil yang diharapkan :
1)
Klien menunjukan bukti homeostasis.
Intervensi
:
1)
Pantau dengan ketat cairan dan elektrolit dengan terapi
yang meningkatkan kehilangan air.
2)
Implementasikan strategi untuk meminimalkan IWL seperti
penutup plastik, peningkatan kelembaban ambient.
3)
Pastikan masukan cairan oral / parenteral yang adekuat.
4)
Kaji status hidrasi misalnya turgor kulit, berat badan,
membran mukosa.
5)
Atur cairan parenteral dengan ketat untuk menghindari
dehidrasi ,hidrasi berlebihan atau ekstravasasi.
6)
Hindari pemberian cairan hipertonik untuk mencegah
beban berlebihan pada ginjal imatur dan
vena yang rapuh.
7)
Pantau keluaran urin dan nilai laboratorium untuk bukti
dehidrasi atau hidrasi berlebihan.
f.
Resiko tinngi gangguan integritas kulit b.d struktur
kulit imatur, imobilitas, penurunan status nutrisi, prosedur invasiv.
Tujuan
: Klien mempertahankan integritas kulit.
Hasil
yang diharapkan :
1)
Kulit tetap bersih dan utuh tanpa tanda-tanda iritasi
atau cedera.
Intervensi
:
1)
Bersihkan kulit dengan air bersih atau pembersih yang
tersedia.
2)
Hindari penggunaan basa alkalin terhadap kulit jika
kulit terpasang elektroda atau plester.
3)
Lakukan persiapan pencegahan terhadap kulit yang akan
terpasang dengan elektroda atau plester.
4)
Letakan bayi di atas bantal air atau woll.
5)
Rubah posisi setiap 2 jam.
6)
Gunakan matras agar tempat tidur bayi tetap tegang.
g.
Resiko tinggi cedera karena peningkatan tekanan
intrakranial b.d sistem saraf pusat imatur dan respon stress fisiologis.
Tujuan
: Klien menunjukan tekanan intrakranial normal.
Hasil
yang diharapkan :
1)
Klien tidak menunjukan tanda-tanda peningkatan TIK dan
hemoragi intraventrikuler.
Intervensi
:
1)
Kurangi stimulasi lingkungan karena meningkatkan resiko
peningkatan TIK.
2)
Hindari obat hipertonik dan cair karena meningkatkan
aliran darah serebral.
3)
Tinggikan kepala tempat tidur untuk menurunkan TIK.
4)
Pertahankan oksigenasi yang adekuat karena hipoksia
akan meningkatkan aliran darah serebral.
5)
Hindari membalik, memiringkan kepala dengan tiba-tiba
karena menghalangi oksigenasi yang adekuat ke otak.
h.
Nyeri b.d prosedur, diagnosis dan tindakan.
Tujuan
: Klien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun.
Hasil
yang diharapkan:
1)
Tanda-tanda nyeri pada bayi minimal tidak ada.
Intervensi :
1)
Kenali bahwa bayi tanpa memperhatikan usia.
2)
Bedakan antara manifestasi klinik nyeri dan stress /
letih.
3)
Gunakan tindakan nyeri non farmakologis misalnya
membedong, menimang, atur posisi.
4)
Kaji efektifitas tindakan nyeri non farmakologis.
5)
Anjurkan keluarga untuk memberi tindakan kenyamanan
bila mungkin.
6)
Tunjukan sikap sensitivitas dan perhatian terhadap
ketidaknyamanan bayi.
7)
Diskusikan dengan keluarga tentang kekhawatiran mereka
terhadap nyeri bayi.
8)
Dorong keluarga untuk bicara dengan praktisi kesehatan
tentang kekhawatiran mereka.
i.
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelahiran
preterm, lingkungan NICU tidak alami, perpisahan dari orang tua.
Tujuan :
Klien mecapai pertumbuhan dan perkembangan potensial yang normal.
Hasil yang
diharapkan :
1)
Klien menunjukan penambahan berat badan mantap saat
melewati fase akut penyakit.
2)
Klien hanya terpapar stimulus yang tepat.
Intervensi
:
1)
Berikan nutrisi optimal untuk menjamin penambahan berat
badan yang mantap dan pertumbuhan otak.
2)
Berikan periode istirahat yang teratur tanpa gangguan
untuk menurunkan penggunaan kalori dan 02 yang tidak perlu.
3)
Berikan intervensi perkembangan sesuai usia.
4)
Kenali adanya tanda-tanda stimulasi yang berlebihan
sehingga bayi dibiarkan untuk istirahat.
5)
Tingkatkan interaksi orangtua dan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan normal.
j.
Perubahan proses keluarga b.d krisis situasi /
maturasi, kurang pengetahuan kelahiran
bayi preterm dan atau sakit, gangguan proses kedekatan orang tua.
Tujuan
: Keluarga mendapat informasi tentang kemajuan bayi.
Hasil yang
diharapkan :
1)
Orangtua mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran
mengenai bayi dan prognosis, serta menunjukan pemahaman dan keterlibatan dalam
perawatan.
Intervensi :
1)
Prioritaskan informasi untuk membantu orangtua memahami
aspek paling penting dari perawatan, tanda perbaikan atau penyimpangan pada
kondisi bayi.
2)
Dorong orangtua untuk mengajukan pertanyaan mengenai
status bayi.
3)
Jawab pertanyaan, fasilitasi ekspresi kekhawatiran
mengenai perawatan dan prognosis.
4)
Bersikap jujur, berespons pada pertanyaan dengan
jawaban yang benar untuk menciptakan rasa percaya.
5)
Dorong ibu dan ayah untuk berkunjung sehingga mereka
mendapat informasi tentang kemajuan bayi.
6)
Tekankan aspek positif dari status bayi untuk mendorong
rasa penghargaan.
Tujuan
: Keluarga menunjukan perilaku kedekatan yang positif.
Hasil
yang diharapkan :
1)
Orangtua mengunjungi bayi segera setelah kelahiran dan
pada interval sering.
2)
Orangtua berhubungan secara positif dengan bayi.
3)
Orangtua memberikan perawatan untuk bayi dan menunjukan
sikap nyaman dalam hubungannya dengan bayi.
4)
Orangtua mengdentifikasi tanda-tanda stress atau
keletihan pada bayi.
Intervensi
:
1)
Dorong kunjungan orangtua sesegera mungkin sehingga
proses kedekatan dimulai.
2)
Dorong keluarga untuk melakukan hal-hal berikut :
mengunjungi bayi, menggendong, terlibat dalam perawatan bayi.
3)
Bantu orangtua dengan cara mendemonstrasikan tekhnik
perawatan bayi.
4)
Izinkan keluarga untuk menghabiskan waktunya sendiri
bersama bayi.
Tujuan : saudara kandung menunjukan perilaku
kedekatan yang positif
Hasil yang diharapkan :
1)
Saudara kandung mengunjungi bayi di NICU atau ruang
perawatan
2)
Saudara kandung menunjukan pemahaman tentang
penjelasan.
3)
Saudara kandung mendapatkan benda yang berhubungan
dengan bayi.
Intervensi :
1)
Dorong saudara kandung untuk mengunjungi bayi bila
mungkin.
2)
Jelaskan lingkungan, kejadian bayi dan mengapa bayi
tidak dapat pulang ke rumah untuk menyiapkan mereka untuk berkunjung.
3)
Berikan foto bayi atau benda-benda lain bila saudara
kandung tidak dapat berkunjung.
4)
Anjurkan saudara kandung untuk membuat foto atau
membawa benda kecil lainnya seperti surat untuk bayi dan diletakkan pada
inkubator atau keranjang bayi.
Tujuan : Keluarga siap untuk perawatan di rumah.
Hasil yang diharapkan :
1)
Keluarga menunjukan kemampuan melakukan perawatan untuk
bayi.
2)
Anggota keluarga menyebutkan bagaimana dan kapan
menghubungi pelayanan yang tersedia.
3)
Anggota keluarga mengenali pentingnya tindak lanjut
perawatan medis.
Intervensi :
1)
Kaji kesiapan keluarga untuk merawat bayi di lingkungan
rumah untuk mempermudah transisi orangtua ke rumah bersama bayi.
2)
Ajarkan tekhnik perawatan bayi dan observasi yang
diperlukan.
3)
Dorong orangtua bila mungkin untuk menghabiskan waktu
di ruang perawatan sebelum pulang untuk mengembangkan kepercayaan diri dalam
merawat bayi di rumah.
4)
Kuatkan tindak lanjut perawatan medis.
5)
Rujuk pada lembaga atau pelayanan yang tepat sehingga
bantuan yang diperlukan dapat diberikan.
6)
Dorong dan fasilitasi keterlibatan dengan kelompok
pendukung orangtua atau rujuk ke kelompok pendukung yang tepat agar mendapatkan
dukungan yang terus menerus.
7)
Beri kesempatan pada keluarga untuk mempelajari
resusitasi jantung paru bayi dan respon pada insiden tersedak.
k.
Antisipasi berduka b.d kelahiran bayi beresiko tinggi
yang tidak diperkirakan, prognosis
kematian dan atau kematian bayi.
Tujuan : Keluarga mengakui kemungkinan kematian anak dan menunjukan
perilaku berduka yang sehat.
Hasil yang diharapkan :
1)
Keluarga berduka atas kematian bayi dengan tepat.
2)
Keluarga menunjukan perilaku berduka yang tepat.
Intervensi :
1)
Selalu ada untuk keluarga untuk memberikan dukungan.
2)
Berikan dukungan religius yang tepat misalnya
rohaniawan.
3)
Diskusikan penyakit bayi dan kematiannya dengan
keluarga.
4)
Bicara dengan keluarga secara terbuka dengan jujur
tentang pengaturan pemakaman.
5)
Berikan kesempatan pada keluarga untuk menghubungi unit
bila mereka mempunyai pertanyaan mengenai penyakit bayi dan kematiannya.
6)
Dapat menghubungi keluarga setelah kematian untuk
mengkaji koping dan status proses berduka.
7)
Rujuk keluarga pada pendukung yang tepat untuk
mendapatkan dukungan terus menerus.
b.
Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tindakan dari rencana yang telah
diterapkan bersama keluarga, dilakukan bersama-sama dengan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan dasar bayi,( iyer et.al, 2001).
c.
Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan dari
rencana keperawatan dengan cara membandingkan hasil pengukuran dengan kriteria
evaluasi pada tujuan untuk mengetahui terpenuhinya kebutuhan klien pada hari
pertama melakukan implementasi dan untuk hari-hari selanjutnya dalam catatan
perkembangan, (Nursalam, 2001).
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A.TINJAUAN KASUS
Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Biodata
a. Klien
Nama
|
:
|
By W
|
Umur / tanggal lahir
|
:
|
29 hari / 09
juli 2005
|
Jenis kelamin
|
:
|
Laki-laki
|
Anak ke
|
:
|
3 ( tiga )
|
No Medrec
|
:
|
05 03 29 34
|
Diagnosa medis
|
:
|
BBLR dengan Sepsis awitan lanjut
|
Tanggal masuk RS
|
:
|
26 Juli 2005
|
Tanggal pengkajian
|
:
|
8 Agustus 2005
|
Alamat
|
:
|
Jl Kubang selatan No 132 Sekeloa - Bandung
|
b.
Orang
tua Klien
Ayah |
Ibu |
||||
Nama
|
:
|
Tn A
|
Nama
|
:
|
Ny W
|
Umur
|
:
|
37 th
|
Umur
|
:
|
35 th
|
Pendidikan
|
:
|
SMP
|
Pendidikan
|
:
|
SD
|
Suku
|
:
|
Jawa
|
Suku
|
:
|
Jawa
|
Agama
|
:
|
Islam
|
Agama
|
:
|
Islam
|
Pekerjaan
|
:
|
wiraswasta
|
Pekerjaan
|
:
|
IRT
|
Alamat
|
:
|
Jl Kubang selatan No 132 Sekeloa -Bandung.
|
Alamat
|
:
|
Jl Kubang selatan No 132 Sekeloa - Bandung
|
c. Sumber Informasi
Sumber informasi
|
:
|
Ny W
|
Hubungan dengan klien
|
:
|
Ibu kandung
|
2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Ibu klien mengatakan bayinya muntah
sesudah diberi minum pagi.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu
klien mengatakan bayinya muntah sebanyak dua kali, keluar sedikit-sedikit,
kurang lebih 3 sendok makan, muntah terjadi pagi hari sesudah diberi minum
PASI.
3) Riwayat kesehatan dahulu
(a). Prenatal
By W adalah anak
ketiga ( G3 P2 A0 ). HPHT diketahui tanggal 12 0ktober 2004 dan taksiran
persalinannya tanggal 19-juli 2005.
Sebelum hamil ibu mengatakan pernah memelihara kucing Persia sewaktu
tinggal bersama kakaknya. Selama hamil
selalu memeriksakan kandungannya ke Bidan satu bulan sekali dan mendapat
imunisasi TT pada usia kehamilan empat
bulan dan lima bulan, tablet penambah darah diminum satu tablet satu
hari. Pada trimester pertama ibu mengalami muntah-muntah sampai usia empat
bulan tetapi masih dalam batas yang wajar dan
dapat diatasi. BB sebelum hamil 49 Kg sedangkan pada akhir
kehamilan menjadi 62 Kg. Pernah minum obat-obatan dari warung untuk
pusing yaitu Paramex tetapi lupa habis berapa tablet, tidak pernah mengkonsumsi
jamu-jamuan kecuali vitamin dari dokter, tidak memiliki kebiasaan merokok,
minum alkohol ataupun kopi. Pada akhir kehamilan pernah memeriksakan
kandungannya ke dokter spesialis
dilakukan pemeriksaan USG hasilnya keadaan bayi sehat serta berat badan
sesuai dengan usia kehamilan.
(b). Intranatal
Tanggal 09 juli
2005 pukul 19.00 ibu dibawa ke Rumah bersalin dengan keluhan mules yang semakin
sering dan keluar cairan dari jalan lahir sejak pukul 14.00. Saat dilakukan
pemeriksaan oleh bidan pembukaan sudah enam sentimeter dan ketuban sudah pecah,
ibu tidak mendapat suntikan ataupun pemberian infus, keadaan bayi baik. Ibu disuruh istirahat menunggu saat
persalinan. By Ny. W lahir tanggal 09 juli 2005 pukul 21. 00 WIB dengan jenis
persalinan normal ditolong oleh Bidan. BB saat lahir 2200 gram, PB 46 cm. Menurut ibu waktu lahir bayinya tidak
langsung menangis karena keracunan air ketuban yang warnanya sudah hijau.
(c). Postnatal
Sesudah mendapat pertolongan di Rumah
Bersalin, 10 menit kemudian klien langsung dibawa ke Rumah Sakit Islam karena
sesak, Setelah keadaan membaik untuk memantau perkembangan kondisinya klien
diharuskan menjalani perawatan. Dengan alasan peralatan yang kurang memadai
klien dipindahkan ke Rumah Sakit Gunung Jati. Selama dirawat klien mendapat
0ksigen tetapi tidak jelas apakah mendapat antibiotik atau tidak. Ibu juga
tidak mengirimkan ASI sehingga klien minum susu formula. Setelah tiga hari perawatan akhirnya klien
diperbolehkan pulang.
(d). Neonatal
Sejak lahir ibu tidak memberikan ASI
karena bayinya sakit dan tidak berada didekatnya. Setelah klien pulang ke rumah
keadaannya baik, mau menetek susu formula dengan menggunakan dot, menurut ibu bayinya dapat menghisap dengan
kuat setiap minum susu selalu habis, klien belum mendapat imunisasi BCG. Saat usia
17 hari klien mulai malas menetek tubuhnya panas kemudian oleh
keluarga dibawa ke RS Borromeus dan
dirujuk ke RSHS. Saat dikaji keadaan klien tampak menangis lemah, minum menggunakan sonde dengan jumlah dalam 1
kali pemberian 45 cc jenis susu enfalac. Klien tidak dapat tersenyum meskipun
sudah diberi rangsangan suara dengan menggunakan mainan dan saat dipanggil. BB
saat dikaji 2300 gram dan BB 46 cm.
4) Riwayat kesehatan keluarga
(a). Type keluarga
Keluarga Tn. A
termasuk nuclear family yang terdiri dari ayah, ibu dan anak sehingga
tahap perkembangan menurut Duvall termasuk keluarga dengan bayi yaitu tahap
dua. By Ny. W adalah anak ketiga tetapi kedua anak sebelumnya telah meninggal
dunia.
Menurut keterangan ibu anak pertama meninggal
dalam usia 2 hari setelah dirawat di RSHS karena kelainan kromosom sedangkan
anak kedua meninggal setelah 1 minggu sakit panas. Keluarga mengatakan tidak ada anggota
keluarga lain yang mempunyai penyakit menular ataupun penyakit keturunan.
(b). Struktur internalenogram
Keterangan :
:
laki - laki :
hidup dan sehat
:
perempuan :
tinggal serumah
:
meninggal :
garis pernikahan
:
klien
(c). Struktur eksternal
Ibu
mengatakan sesudah menikah tinggal bersama suaminya. Saat hamil anak ketiga karena orangtuanya di
Bandung sakit terpaksa ibu sering bolak-balik antar kota Bandung dan Indramayu.
Ketika usia kehamilan menginjak 7 bulan ibu
menetap di Indramayu menunggu saat kelahiran.
Hubungan
keluarga dengan kerabat / saudara-saudara, mertua dan orang tuanya baik, selama
bayinya dirawat di RS banyak anggota keluarga yang datang menjenguk bergantian.
Secara kultural klien dilahirkan dari kebudayaan yang sama yaitu jawa. Peran
bapak dalam keluarga diantaranya sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah.
Kedua
orang tua klien adalah muslim, kedua orang tua klien meyakini bahwa semuanya
cobaan itu datangnya dari alloh dan mereka yakin di balik semua ujian yang
dijalaninya akan mendapatkan hikmah. Keluarga mengatakan untuk perawatan
bayinya di Rumah sakit diserahkan sepenuhnya kepada petugas di Rumah sakit.
Ecomap :
Keterangan
:
5) Pemeriksaan bayi
a.
Keadaan
umum
Kesadaran : Compos mentis
b. Pengukuran
fisiologis
Tanda-tanda vital :
Nadi
|
:
|
132 kali
per menit
|
Respirasi
|
:
|
64 kali per menit menit
|
Suhu
|
:
|
36,5° C
|
c. Penampilan
umum
Bentuk wajah
tampak simetris, daerah sekitar muka terdapat kotoran terutama daerah kantus
mata bagian luar. Klien tidak dapat menyeringai saat diberi rangsang suara dan
saat diajak berkomunikasi.
d. Data
fisik
(a). Kepala
Bentuk simetris, ukuran lingkar kepala 31
cm, distribusi rambut merata, tampak bersih, tidak ada lesi, tidak
lengket, fontanel anterior posterior
belum menutup.
(a) Mata
Mata terlihat simetris, kelopak mata tak
ada oedem konjunctiva warna merah muda, terdapat kotoran pada kantus mata
bagian luar, sklera tak ikterik, reflek kornea ada saat diberi sentuhan oleh
kapas, bila diberi rangsang cahaya pupil bereaksi melebar.
(b) Telinga
posisi pinna horizontal bersama bagian
luar kantus mata, bentuk lentur adanya kartilago, ketika di beri kejutan tampak
reflek moro, saat diberi rangsang suara keras tampak abduksi lengan dengan
gerak yang lemah.
(c) Hidung
Bentuk simetris, hidung tampak kokoh,
tidak ada sekret, pernafasan cuping hidup tidak ada, kepatenan kedua lubang
hidung sama baik, tidak ada septum deviasi, tampak selang NGT di lubang hidung
sebelah kanan yang sudah terpasang selama 2 hari, daerah sekeliling lubang
hidung kotor. Lubang hidung sebelah kiri terdapat selang 02 dalam keadaan
plesternya lepas.
(d) Mulut dan tenggorokan
Mulut utuh warna merah muda, mukosa mulut
tampak basah, uvula terdapat tepat di tengah, reflek menghisap lemah ketika
diberi rangsang oleh dot, reflek menelan lemah sewaktu diberi minum memakai
dot, klien tampak menangis lemah, dagu kecil dan tampak tertarik ke dalam.
(e) Leher
Leher tampak lemah, posisi leher selalu
dalam keadaan ekstensi, tidak tampak lipatan kulit, reflek tonik neck
ada, ketika klien terlentang kepala dipalingkan bahu dan batang tubuh mengikuti
menandakan reflek neck righting baik.
(f) Dada
Bentuk dada simetris, tulang iga tampak
terlihat jelas, terlihat prosesus xipoideus, retraksi sternal terlihat selama
inspirasi, Lingkar dada 29 cm.
(g) Paru-paru
Terdapat retraksi interkostal saat
inspirasi, tak terdengar suara nafas tambahan, klien dapat bernafas secara
lemah, pergerakan nafas sama antara kiri dan kanan, bunyi nafas inspirasi lebih
panjang dari ekspirasi.
(h) Jantung
Apeks
tepat pada ruang interkostal empat sampai kelima, sebelah lateral batas kiri
sternum, denyut apikal terdengar pada sela iga ke empat, bunyi jantung normal.
(i) Abdomen
Bentuk cekung lembut, tak tampak distensi,
lingkar perut 24 cm, kondisi turgor kulit baik umbilikus sudah tertutup
dengan sempurna, bising usus terdengar dengan frekuensi 8 kali per menit.
Terdapat retensi lambung sebanyak 8 cc saat cairan lambung diaspirasi sebelum
pemberian minum.
(j) Genitalia dan anus
Lubang uretra terdapat pada puncak gland
penis, testis dapat diraba di setiap skrotum dan terdapat rugae pigmentasi
lebih gelap. Lubang anal paten daerah sekitar anus tidak kemerahan, tidak ada
lecet, popok tampak bersih dan kering.
(k) Ekstremitas
Ekstremitas simetris jari tangan dan kaki
lengkap, rentang gerak penuh saat diberi ramgsangan oleh pensil pada telapak
kaki tampak reflek babynski. Punggung kuku merah muda, capillary
refill time kurang dari 3 detik. Fleksi ekstremitas atas dan bawah lemah,
terdapat pemasangan infus Dextrose 10% dengan kecepatan 6 tetes / menit pada
lengan sebelah kiri. Ketika klien ditelungkupkan daerah tulang belakang ditekan
oleh jari klien berespon menangis ekstremitas fleksi dan kepala ditengadahkan
menandakan reflek perez baik. Reflek menggenggam ada saat diberi sentuhan
pada telapak tangan menjadi fleksi.
(l) Punggung dan bokong
Posisi tulang belakang sempurna, spina
utuh tidak ada lubang, massa atau kurva menonjol. Bokong kiri dan kanan
simetris.
e. Data
eliminasi.
Klien BAB dua sampai tiga kali sehari, warna
kuning, konsistensi lembek, kadang cair. Sedangkan BAK dalam sehari tujuh
sampai delapan kali, warna kuning jernih klien tidak menggunakan pampers.
f.
Data
istirahat dan tidur.
Menurut ibu bayinya selalu tertidur sejak
pagi setelah dimandikan, terbangun apabila lapar dan BAK dan BAB, saat malam
hari klien jarang rewel.
g.
Data
psikologis dan sosial
Ibu klien selalu menjaganya setiap hari
memberikan perhatian dan kasih sayang, telaten, penuh kesabaran sehingga
kebutuhan rasa aman klien terpenuhi dengan keberadaan ibunya walaupun bapaknya
tidak selalu berada setiap saat karena harus mencari nafkah. Keadaan fisik yang lemah menyebabkan perkembangan
sosial agak terlambat, klien kurang berespon
terhadap rangsangan yang diberikan
misalnya sewaktu diajak berkomunikasi dan saat diberi rangsangan suara oleh
bunyi mainan.
6) Pengkajian ibu
a. Pengkajian fisik
Kesadaran
ibu compos mentis, BB 56 kg dan TB 155 cm, TD 120/80 Mm Hg, nadi 80 kali per
menit, respirasi 20 kali per menit, suhu 36,5° C. Distribusi rambut merata, tidak mudah dicabut,
konjunctiva warna merah muda, payudara lembek tidak bengkak, puting susu
menonjol keluar berwarna hitam, ASI tidak keluar. Menurut ibu sejak melahirkan
anak pertama ASI tidak pernah keluar.
Selama di Rumah sakit ibu makan 3 x sehari selalu habis satu porsi, minum 6-7
gelas sehari. Ibu mengatakan masih keluar darah dari jalan lahir tetapi sudah
berkurang.
b. Pengkajian psikososial
(a) Pengkajian psikososial
Hubungan interaksi
antar anggota keluarga dan tetangga baik, terlihat dengan banyaknya yang besuk
baik dari keluarga ibu maupun keluarga ayah serta tetangganya. Hubungan dengan
tenaga kesehatan terjalin dengan baik.
(b) Pengkajian spiritual
Keluarga klien
adalah muslim yang taat beribadah, mereka bersyukur telah diberi keturunan
meskipun pada saat-saat tertentu ibu selalu memikirkan kenapa kejadian ini
menimpa keluarga mereka. Ibu mengatakan ikhlas seandainya bayinya akan dibawa
kembali oleh alloh SWT mungkin itu yang terbaik tetapi sampai saat ini keluarga
akan mengusahakan semaksimal mungkin agar bayinya dapat selamat dan sembuh
serta tumbuh sehat seperti anak-anak yang lain.
c. Pengkajian tentang pengetahuan
Ibu
mengatakan apakah ASI itu sangat penting untuk bayinya. Selama perawatan ibu selalu mengetahui perkembangan kesehatan
anaknya karena sering bertanya pada dokter. Ibu juga mampu melakukan perawatan
pada bayinya seperti memandikan dan perawatan bayi di dalam inkubator.
7) Data penunjang
F. Hasil laboratorium tanggal 26 juli 2005
a. Mikrobiologi
Ditemukan bakteri gram (+) batang dan bakteri gram
(+) coccus
( apus
sekret mata ).
b. Haematologi
Jenis Pemeriksaan
|
Hasil Pemeriksaan
|
Nilai Normal
|
Haemoglobin
|
15,4
gr / dl
|
18,0-26,5
gr / dl
|
Leucocyt
|
12,280
/ mm3
|
20-30.000
/ mm3
|
Haematokrit
|
50%
|
31-35%
|
Trombocyt
|
198.000
/ mm3
|
150-440
000 / mm3
|
G. Hasil laboratorium tanggal 1 Agustus 2005
a. Haematologi
Jenis Pemeriksaan
|
Hasil Pemeriksaan
|
Nilai Normal
|
Haemoglobin
|
13,3
gr / dl
|
18,0-26,5
gr / dl
|
Leucocyt
|
17.100
/ mm3
|
20-30.000
/ mm3
|
Haematokrit
|
39%
|
31-35%
|
Trombocyt
|
112.000
/ mm3
|
150-440
000 / mm3
|
b. Pemeriksaan Buylon / Bacteri T Allert
Ditemukan kuman / Burkholderia
cepacia
Antibiotik |
Resistensi Kuman |
Amikasin
|
S
|
Amoxicillin
|
R
|
Ampicillin
|
R
|
Cefoperazone sulbactan
|
S
|
Cefotaxime
|
R
|
Ceftazidime
|
R
|
Cefriaxone
|
R
|
Chloramphenicol
|
S
|
Cifroflokxacin
|
R
|
Cotrimoxazole
|
S
|
Gentamycin
|
S
|
Keterangan :
S
|
:
|
Sensitif
|
R
|
:
|
Resistensi
|
I
|
:
|
Intermediate
|
Hasil laboratorium tanggal 10 agustus 2005
a. Haematologi
Jenis Pemeriksaan
|
Hasil Pemeriksaan
|
Nilai Normal
|
Haemoglobin
|
12,2
gr / dl
|
18,0-26,5
gr / dl
|
Leucocyt
|
11.100
/ mm3
|
20-30.000
/ mm3
|
Haematokrit
|
37%
|
31-35%
|
Trombocyt
|
358.000
/ mm3
|
150-440
000 / mm3
|
8) Pengobatan
Infus Dextrose 10%
|
6 gtt / menit
|
|
Cefotaxime 1 gram
|
3 x 100 mg
|
IV
|
Amikasin 200 mg
|
3 x 17,5 mg
|
IV
|
Ca Sandoz Susp
|
8 x 0,3 cc
|
Per NGT
|
Apyalis drops
|
1 x 0,3 cc
|
Per NGT
|
Enfalac
|
8 x 45 cc
|
Per NGT
|
Jadwal
pemberian :
Jam 06.00 –
09.00 – 12.00 – 15.00 – 18. 00 – 21.00 – 24.00 – 03.00
2. Analisa Data
No
|
Data Senjang
|
Kemungkinan
Penyebab dan Masalah
|
Masalah
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||||||||
1
|
DS :
DO :
·
BBLR usia 29 hari.
·
Respirasi 64 x / menit
·
Terpasang 02 lembab 2 lt.
·
Suhu 36,5 °C.
·
Terdapat retraksi interkostal.
·
Klien tampak lemah.
·
Hasil HB tgl 1-08-05 : 13,3 gr / dl.
·
CRT kurang dari 3 detik.
|
Infeksi sitemik
¯
Fungsi organ cerna lemah.
¯
Nutrisi kurang adekuat
¯
pembentukan hemoglobin
berkurang
¯
Suplai 02 ke jaringan
berkurang
¯
Gangguan oksigenasi :
transportasi
|
Gangguan oksigenasi : Transportasi
|
||||||||
2
|
DS :
DO :
·
BBLR usia 29 hari.
·
Berat badan : 2300 gr.
·
Suhu tubuh : 36,5 °C.
·
Klien dirawat di inkubator.
·
Meggunakan lampu sorot.
·
Klien tampak menggigil setelah dimandikan.
·
Terdapat bintik-bintik berwarna merah pada permukaan tubuh.
|
BBLR
¯
Lapisan lemak subkutan
tipis
¯
Bayi dirawat di inkubator
¯
Kemampuan menaikan suhu
tubuh belum baik
¯
Bayi belum bisa
beradaftasi dengan dunia luar
¯
Resiko
hipotermi
|
Resiko hipotermi
|
||||||||
3
|
DS :
·
Ibu mengatakan bayinya muntah setelah diberi minum pasi tadi pagi.
DO :
·
Berat badan : 2300 gram.
·
Klien muntah dua kali.
·
Tidak ada distensi abdomen
·
Bising usus (+) 8 x / menit.
·
Terpasang NGT.
·
Terdapat retensi cairan
lambung sebanyak 8 cc.
|
Infeksi sistemik dalam
perbaikan
¯
Invasi
kuman ke dalam sirkulasi portal
¯
Menyebabkan iskemia pada mukosa usus
¯
Daya serap organ cerna
melemah
¯
Gangguan
pemenuhan nutrisi
|
Gangguan pemenuhan nutrisi
|
||||||||
4
|
DS :
DO :
·
BBLR usia 29 hari.
·
Berat badan : 2300 gr
·
Adanya riwayat infeksi intranatal.
·
Klien tampak lemah.
·
Belum pernah mendapat ASI.
·
Klien dirawat di inkubator dalam waktu lama.
·
Kurang berespon terhadap rangsangan yang diberikan.
|
Riwayat
infeksi intranatal
¯
Bayi
harus menjalani perawatan RS
¯
Bayi tidak mendapat ASI
¯
Kekebalan tubuh rendah
¯
Kondisi fisik yang lemah
¯
Perubahan
pertumbuhan dan perkembangan.
|
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
|
||||||||
5.
|
DS :
DO :
·
BBLR usia 29 hari
·
Pada kantus luar mata terdapat
kotoran
·
Klien di rawat dalam inkubator dalam waktu lama
·
Kulit tampak lengket.
·
Klien BAB dan BAK
·
Suhu tubuh 36,5 ÂșC
|
¯
¯
←
Pemenuhan
PH
|
Pemenuhan PH : mandi
|
||||||||
6.
|
DS :
·
Ibu mengatakan belum pernah memberikan ASI pada bayinya.
·
Ibu mengatakan apakah ASI sangat penting untuk bayinya.
DO :
·
Klien belum pernah mendapat
ASI.
|
ASI tidak keluar
↓
Ibu
mengatakan apakah ASI sangat penting untuk bayi
↓
Ibu belum
mengetahui pentinghnya ASI
↓
Kurangnya
pengetahuan ibu mengenai nutrisi terbaik untuk bayi
|
Kurangnya pengetahuan ibu tentang nutrisi bayi.
|
Diagnosa
keperawatan berdasarkan prioritas masalah :
- Gangguan oksigenasi : Transportasi berhubungan dengan suplai oksigen yang berkurang.
- Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan melemahnya absorpsi organ cerna.
- Resiko terjadinya hipotermi berhubungan dengan proses adafatasi bayi dengan dunia luar.
- Pemenuhan kebutuhan personal hygiene berhubungan dengan ketergantungan klien.
- Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kondisi fisik yang lemah.
- Kurangnya pengetahuan ibu tentang nutrisi terbaik untuk bayi berhubungan dengan ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Setelah penulis melaksanakan asuhan
keperawatan pada BY Ny. W lahir BBLR dengan Sepsis di Ruang A1 Rumah Sakit
Hasan Sadikin Bandung dari tanggal 8 Agustus sampai dengan 12 Agustus 2005.
Maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Dalam tahap pengkajian, penulis dapat melakukan
pengumpulan data secara lengkap berkat kerjasama dari orang tua klien dan
perawat ruangan, sehingga data-data terkumpul, analisa data dapat dilaksanakan
serta diagnosa dapat ditegakan.
2.
Dalam tahap perencanaan, penulis harus melihat
literatur buku yang sesuai dengan kasus, walaupun demikian tahap perencanaan
dapat dilakukan.
3.
Dalam pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan pada By Ny.
W lahir BBLR dengan sepsis di Ruang A1 Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, semua
tindakan keperawatan dapat dilakukan sesuai dengan masalah keperawatan yang ada
pada By Ny. W lahir BBLR dengan Sepsis di ruang A1 Rumah Sakit Hasan Sadikin
bandung.
4.
Pada tahap Evaluasi, penulis dapat menilai hasil dari
asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada By Ny. W lahir BBLR dengan
sepsis di Ruang A1 Rumah Sakit Hasan Sadikin dengan melihat catatan
perkembangan selama 5 hari, hasilnya masalah keperawatan dapat teratasi
sebagian selama penulis melakukan perawatan 5 hari untuk selanjutnya masalah keperawatan yang muncul serta yang belum teratasi tersebut memerlukan
penanganan secara terus-menerus dan berkelanjutan supaya masalah keperawatan yang ada pada klien dapat
diatasi sebelum klien dibawa pulang ke
rumah.
SARAN
Sehubungan dengan adanya kesenjangan dalam
asuhan keperawatan pada By Ny. W lahir BBLR dengan sepsis dengan kenyataan di
lapangan maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
Pihak pendidikan
Perlu adanya penambahan buku sumber / literatur
mengenai keperawatan anak guna
mempermudah proses pengumpulan data dan perencanaan.
Pihak Rumah sakit
perlu adanya peninjauan ulang sarana dan
prasarana di ruangan sehingga pemberian
perawatan kepada klien dapat dilakukan dengan lancar tanpa adanya hambatan
secara teknis terutama penyediaan inkubator yang memadai.
Peran serta dari perawat ruangan dalam
memberikan pelayanan asuhan keperawatan pada klien diharapkan bisa lebih
maksimal terutama di unit Perinatologi karena memerlukan ketrampilan yang lebih
spesifik terutama dalam merawat bayi-bayi kecil yang beresiko tinggi dan
mempunyai komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Angel, Joyce. 1995. pengkajian pediatrik Edisi ke-2.
Alih bahasa Theresia, Jakarta: EGC.
Behrman, et al. 1991 Ilmu Kesehatan
Anak. Vol I. Jakarta: EGC.
Catzel , Pincus. et al. 1991. kapita Selekta Pediatri Edisi
II Jakarta: EGC.
Effendy, Nasrul 1998. Dasar-dasar
Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC.
Friedman, M. Marilyn. 1995. keperawatan
Keluarga Teori dan Praktik. Edisi ke-3 Alih bahasa Debora. Ina L. R & As. Yoakim. Jakarta: EGC.
Hurlock, Elizabeth. 1991. Psikologi
Perkembangan Edisi V .
Jakarta: Erlangga.
Markum, A. H.
1991. Buku ajar Ilmu Kesehatan Anak
jilid 1 .Jakarta: FKUI.
Mochtar,, Rustam. prof,
Dr, MPH, 1998. Sinopsis Obstetri Edisi 2 Jakarta: EGC.
Mulyadi. 2000. Petunjuk penulisan usulan penelitian dan
tesis. Yogyakarta:
Program Universitas Gadjah Mada.
Ngastiyah,, 1997, Perawatan
Anak Sakit. Jakarta, EGC.
Nursalam, 2001, Proses
dan Dokumentasi keperawatan konsep dan Praktik,Jakarta. Salemba Medika.
Prawirohardjo, Sarwono . 1999. Ilmu
Kebidanan yayasan Bina Pustaka. Jakarta: PT Gramedia.
Skidmore, Linda, RN, MSN. 1995. Panduan
Tindakan Keperawatan Klinis Praktis. Jakarta : EGC
Sukadi, Abdurachman. 2002. Diktat
Kuliah Perinatologi. Bandung bagian /SMF
Ilmu Kesehatan Anak FKUP - RSHS .
Sacharin,
M. Rosa. 1993. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi Ke-2. Alih Bahasa Maulani, R. Msc. d. Jakarta:
EGC.
Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam
Praktek, Jakarta
: EGC.
Supartini, Yupi.
2001. Konsep Dasar keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Wong, Donna l. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik
Edisi IV. alih bahasa Monica Ester, Skp.
Jakarta: EGC.
Weiler, et al. 1997. Nursing
care of Children Principle and Practise.
BY Wb Saunders Company.
0 komentar
Posting Komentar