Laporan Pendahuluan (LP) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada Bayi NANDA NIC NOC dan pathway pdf
BAB I
KONSEP DASAR MEDIS
A. Defenisi BBLR
Bayi berat
badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang
dari 2500 gram (WHO, 1961). Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan
berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi, 2013).
Menurut
Ribek dkk. (2011). Berat badan lahir rendah yaitu bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (dihitung satu jam
setelah melahirkan).
Bayi berat
badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada
waktu lahir. (Amru Sofian, 2012).
B. Klasifikasi BBLR
Berkaitan
dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat lahir rendah dibedakan dalam
beberapa macam (Abdul Bari saifuddin,2001) :
1.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR),
berat lahir 1500 gram-2500 gram.
2.
Bayi Berat Lahir Sangat Rendah
(BBLSR),berat alhir kurang dari 1500 gram.
3.
Bayi Berta Lahir Ekstrem Rendah
(BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram.
Sedangkan menurut
WHO membagi Umur kehamilan dalam
tiga kelompok :
1.
Preterm : kurang dari 37 minggu lengkap.
2.
Aterm : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari
42 minggu lengkap.
3.
Pos term : 42 minggu lengkap atau
lebih.
Ada dua macam BBLR yaitu :
1.
Prematuritas murni atau bayi yang
kurang bulan (KB/SMK) : bayi yang dilahirkan dengan umur kurang dari 37 minggu
dengan berat badan sesuai.
2.
Dismaturitas : bayi .lahir dengan
berat badan kurang dari seharusnya untuk masa gestasi itu.
C. Etiologi
Menurut Huda
dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2013). Penyebab kelahiran bayi berat badan
lahir rendah, yaitu:
1.
Faktor genetik atau kromosom
2.
Infeksi
3.
Bahan toksik
4.
Insufisiensi atau disfungsi plasenta
5.
Radiasi
6.
Faktor nutrisi
7.
Factor lain seperti merokok, peminum
alkohol, bekerja berat pada masa kehamilan, plasenta previa, kehamilan ganda,
obat-obatan, dan sebagainya.
Selain
penyebab diatas ada beberapa penyebab kelahiran berat badan lahir rendah yang
berhubungan, yaitu:
1.
Faktor ibu
a.
Paritas
b.
Abortus spontan sebelumnya
c.
Infertilitas
d.
Gizi saat hamil yang kurang, umur
kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
e.
Jarak hamil dan persalinan terlalu
dekat, pekerjaan yang terlalu berat
f.
Penyakit menahun ibu : hipertensi,
jantung, gangguan pembuluh darah, perokok
2.
Faktor kehamilan
a.
Hamil dengan hidramnion, hamil
ganda, perdarahan antepartum
b.
Komplikasi kehamilan :
preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
3.
Faktor janin
a.
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.
b.
Infeksi congenital (missal :
rubella)
4.
Faktor yang masih belum diketahui
D. Patofisiologi BBLR
Bayi berat
badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada
waktu lahir. Secara umum penyebab dari bayi berat badan lahir rendah
dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain gizi saat hamil yang kurang dengan
umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan persalinan
terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat, penyakit menahun ibu : hipertensi,
jantung, gangguan pembuluh darah, perokok.
BBLR
biasanya disebabkan juga oleh hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan,
cacat bawaan, infeksi dalam rahim. Hal ini akan menyebabkan bayi lahir dengan
berat 2500 gram dengan panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30
cm kepala lebih besar, kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak
kurang, otot hipotonik lemah, pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
biasanya terjadi pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
Kemungkinan
yang terjadi pada bayi dengan BBLR adalah Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia
neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin, dismatur
preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu,
hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak,
hipotermia, hipoglikemia, hipokalsemia, anemi, gangguan pembekuan darah,
infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC),
bronchopulmonary dysplasia, dan malformasi konginetal.
E. Manifestasi klinis BBLR
Menurut Huda
dan Hardhi. (2013), tanda dan gejala dari bayi berat badan lahir rendah adalah:
1.
Sebelum bayi lahir
a.
Pada anamnesa sering dijumpai adanya
riwayat abortus, partus prematurus, dan lahir mati.
b.
Pembesaran uterus tidak sesuai
tuanya kehamilan.
c.
Pergerakan janin pertama terjadi
lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak
lanjut
d.
Pertambahan berat badan ibu lambat
dan tidak sesuai menurut seharusnya. Sering dijumpai kehamilan dengan
oligradramnion gravidarum atau perdarahan anterpartum.
2.
Setelah bayi lahir
a.
Bayi dengan retadasi pertumbuhan
intra uterin
b.
Bayi premature yang lahir sebelum
kehamilan 37 minggu
c.
Bayi small for date sama dengan bayi
retardasi pertumbuhan intrauterine.
d.
Bayi premature kurang sempurna
pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.
Selain itu
ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1.
Berat kurang dari 2500 gram.
2.
Panjang kurang dari 45 cm.
3.
Lingkar dada kurang dari 30 cm.
4.
Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
5.
Umur kehamilan kurang dari 37
minggu.
6.
Kepala lebih besar.
7.
Kulit tipis, transparan, rambut
lanugo banyak, lemak kurang.
8.
Otot hipotonik lemah.
9.
Pernapasan tak teratur dapat terjadi
apnea.
10.
Eksremitas : paha abduksi, sendi
lutut / kaki fleksi-lurus.
11.
Kepala tidak mampu tegak.
12.
Pernapasan 40 – 50 kali / menit.
13.
Nadi 100 – 140 kali / menit.
F. Komplikasi
Ada beberapa
hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani secepatnya menurut
Mitayanti, 2009 yaitu :
1.
Sindrom aspirasi mekonium
(menyababkan kesulitan bernapas pada bayi).
2.
Hipoglikemia simtomatik.
3.
Penyakit membrane hialin disebabkan
karena surfaktan paru belum sempurna,sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi
mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga
selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk yang berikutnya.
4.
Asfiksia neonetorom.
5.
Hiperbulirubinemia
G. Pemeriksaan Diagnostik
1.
Pemeriksaan glucose darah terhadap
hipoglikemia.
2.
Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan.
3.
Titer torch sesuai indikasi.
4.
Pemeriksaan kromosom sesuai
indikasi.
5.
Pemantauan elektrolit.
6.
Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan
(mis : fhoto thorak)
H. Penatalaksaan
1.
Medis
a.
Resusitasi yang adekuat, pengaturan
suhu, terapi oksigen
b.
Pengawasan terhadap PDA (Patent
Ductus Arteriosus)
c.
Keseimbangan cairan dan elektrolit,
pemberian nutrisi yang cukup
d.
Pengelolaan hiperbilirubinemia,
penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat
2.
Penanganan secara umum:
a.
Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin
premature bayi, maka semakin besar perawatan yang diperlukan, karena
kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus
dilakukan didalam incubator
b.
Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah,
mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang
secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d
370 C.Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan
dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal.
Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga
memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas
25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300C
untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
c.
Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir
rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui
“jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator,
incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk
bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil.
Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang
adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap
pernafasan lebih mudah.
d.
Pemberin oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan
masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan
surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan
menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang
panjangakan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat
menimbulkan kebutaan
e.
Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah,
mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau
tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat
harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
f.
Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini
dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin.
ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ),
terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir
rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.
BAB II
KONSEP
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.
Biodata atau identitas pasien: meliputi
nama tempat tanggal lahir jenis kelamin
2.
Orangtua meliputi : nama (ayah dan
ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan
alamat
3.
Riwayat kesehatan
a.
Riwayat antenatal yang perlu dikaji
atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus BBLR yaitu:
1)
Keadaan ibu selama hamil dengan
anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan
penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
2)
Kehamilan dengan resiko persalinan
preterm misalnya kelahiran multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan
preterm.
3)
Pemeriksaan kehamilan yang tidak
kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada
petugas kesehatan.
4)
Hari pertama hari terakhir tidak
sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate atau preterm).
5)
Riwayat natalkomplikasi
persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan permasalahan pada bayi
baru lahir. Yang perlu dikaji :
6)
Kala I : perdarahan antepartum baik
solusio plasenta maupun plasenta previa.
7)
Kala II : Persalinan dengan tindakan
bedah caesar, karena pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan
sistem pusat pernafasan.
b.
Riwayat post natal
1)
Yang perlu dikaji antara lain
2)
Agar score bayi baru lahir 1 menit
pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS
(7-10) asfiksia ringan.
3)
Berat badan lahir : Preterm/BBLR
< 2500 gram, untu aterm ³ 2500 gram
lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
4)
Adanya kelainan kongenital :
Anencephal, hirocephalus anetrecial aesofagal.
4.
Pola nutrisi: Yang perlu dikaji pada
bayi dengan BBLR gangguan absorbsi gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan
menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan
kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga
untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk
pemberian obat intravena.
5.
Pola eliminasi: Yang perlu dikaji
pada neonatus adalah BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi. BAK : frekwensi,
jumlah
6.
Latar belakang sosial budaya: Kebudayaan
yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok, ketergantungan
obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropikaKebiasaan ibu mengkonsumsi
minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan
tertentu.
7.
Hubungan psikologis: Sebaiknya
segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi
bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih
sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan
bayi. Lain halnya dengan BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif
8.
Keadaan umum : pada neonates dengan
BBLR keadaannya lemah dan hanya merintih.kesadaran neonates dapat dilihat dari
responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan
usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukan kondisi neonatos
yang baik.
9.
Tanda-tanda vital : neonates post
asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan
cepat. Suhu normal pada tubuh bayi n (36 C-37,5C), nadi normal antara (120-140
x/m), untuk respirasi normal pada bayi (40-60 x/m), sering pada bayi post
asfiksia berat respirasi sering tidak teratur.
10.
Kulit : warna kulit tubuh merah,
sedangkan ekstremitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan
verniks.
11.
Kepala : kemungkinan ditemukan caput
succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung
kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
12.
Mata : warna conjungtiva anemis atau
tidak anemis, tidak ada bleeding conjungtiva, warna sklera tidak kuning, pupil
menunjukan refleksi terhadap cahaya.
13.
Hidung : terdapat pernafasan cuping
hidung dan terdapat penumpukan lender.
14.
Mulut : bibir berwarna pucat ataupun
merah, ada lendir atau tidak.
15.
Telinga : perhatiakan kebersihannya
dan adanya kelainan.
16.
Leher : perhatikan keberhasilannya
karena leher neonates pendek.
17.
Thorak : bentuk simetris,terdapat
tarikan intercostals,perhatikan suara wheezing dan ronchi,frekwensi bunyi
jantung lebih dari 100x/m.
18.
Abdomen : bentuk silindris,hepar
bayi terletak 1-2 cm dibawah ascus costae pada garis papilla mamae, lien tidak
teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya
hernia diafragma,bising usus timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering
terdapat retensi karena GI tract belum sempurna.
19.
Umbilicus : tali pusat layu,
perhatikan ada perdarahan atau tidak adanya tanda-tanda infeksi pada tali
pusat.
20.
Genetalia : pada neonates aterm
testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada neonates
laki-laki, neonates perempuan lihat labia mayir dan labia minor, adanya sekresi
mucus keputihan, kadang perdarahan.
21.
Anus : perhatikan adanya darah dalam
tinja,frekwensi buang air besar serta warna dari feces.
22.
Ekstremitas : warna biru,gerakan
lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan
syraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
23.
Reflex : pada neonates preterm post
asfiksia berat rflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat memberi
keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang.
B. Diagnosa Keperawatan
1.
Pola nafas tidak efektif b/d
imaturitas organ pernafasan
2.
Bersihan jalan nafas tidak efektif
b/d obstruksi jalan nafas oleh penumpukan lendir, reflek batuk
3.
Risiko ketidakseimbangan temperatur
tubuh b/d BBLR, usia kehamilan kurang, paparan lingkungan dingin/panas.
4.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan ingest/digest/absorb
5.
Ketidakefektifan pola minum bayi b/d
prematuritas
6.
Hipotermi b/d paparan lingkungan
dingin
7.
Resiko infeksi
b/d ketidakadekuatan system kekebalan tubuh
8.
Kecemasan orang
tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya
C. Intervensi Keperawatan
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
1
|
Pola nafas
tidak efektif b/d imaturitas organ pernafasan
Definisi : Pertukaran udara inspirasi dan/atau
ekspirasi tidak adekuat
Batasan karakteristik:
-
Penurunan
tekanan inspirasi/ekspirasi
-
Penurunan
pertukaran udara per menit
-
Menggunakan
otot pernafasan tambahan
-
Nasal
flaring
-
Dyspnea
-
Orthopnea
-
Perubahan
penyimpangan dada
-
Nafas
pendek
-
Assumption
of 3-point position
-
Pernafasan
pursed-lip
-
Tahap
ekspirasi berlangsung
sangat lama
-
Peningkatan
diameter anterior-posterior
-
Pernafasan
rata-rata/minimal:
Bayi :
< 25 atau > 60
Usia 1-4
: < 20 atau > 30
Usia 5-14
: < 14 atau > 25
Usia >
14 : < 11 atau > 24
-
Kedalaman
pernafasan
Dewasa
volume tidalnya 500 ml saat istirahat
Bayi
volume tidalnya 6-8 ml/Kg
-
Timing
rasio
-
Penurunan
kapasitas vital
Faktor
yang berhubungan :
-
Hiperventilasi
-
Deformitas
tulang
-
Kelainan
bentuk dinding dada
-
Penurunan
energi/kelelahan
-
Perusakan/pelemahan
muskulo-skeletal
-
Obesitas
-
Posisi
tubuh
-
Kelelahan
otot pernafasan
-
Hipoventilasi
sindrom
-
Nyeri
-
Kecemasan
-
Disfungsi
Neuromuskuler
-
Kerusakan
persepsi/kognitif
-
Perlukaan
pada jaringan syaraf tulang belakang
-
Imaturitas
Neurologis
|
NOC
- Respiratory
status : Ventilation
- Respiratory
status : Airway patency
- Vital sign
Status
Kriteria Hasil :
- Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
- Menunjukkan
jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
- Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
|
NIC :
Airway
Management
- Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
- Pasang mayo bila perlu
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Lakukan suction pada mayo
- Berikan bronkodilator bila perlu
- Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
- Monitor respirasi dan status O2
Oxygen Therapy
- Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
- Pertahankan
jalan nafas yang paten
- Atur
peralatan oksigenasi
- Monitor
aliran oksigen
- Pertahankan
posisi pasien
- Onservasi
adanya tanda tanda hipoventilasi
- Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Catat
adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
- Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
- Monitor
TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
- Monitor
kualitas dari nadi
- Monitor
frekuensi dan irama pernapasan
- Monitor
suara paru
- Monitor
pola pernapasan abnormal
- Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
- Monitor
sianosis perifer
- Monitor
adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
- Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
|
2
|
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi
jalan nafas oleh penumpukan lendir, reflek batuk.
Definisi
: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran
pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.
Batasan Karakteristik:
-
Dispneu,
Penurunan suara nafas
-
Orthopneu
-
Cyanosis
-
Kelainan
suara nafas (rales, wheezing)
-
Kesulitan
berbicara
-
Batuk,
tidak efekotif atau tidak ada
-
Mata
melebar
-
Produksi
sputum
-
Gelisah
-
Perubahan
frekuensi dan irama nafas
Faktor-faktor
yang berhubungan:
-
Lingkungan
: merokok, menghirup asap rokok, perokok pasif-POK, infeksi
-
Fisiologis
: disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas,
asma.
-
Obstruksi
jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya
jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda
asing dijalan nafas.
|
NOC:
- Respiratory
status : Ventilation
- Respiratory
status : Airway patency
- Aspiration
Control
Kriteria
Hasil :
- Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed
lips)
- Menunjukkan
jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
- Mampu
mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas
|
NIC :
Airway Suction
- Auskultasi
suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
- Informasikan
pada klien dan keluarga tentang suctioning
- Minta
klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
- Berikan O2
dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
- Gunakan
alat yang steril sitiap melakukan tindakan
- Anjurkan
pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari
nasotrakeal
- Monitor
status oksigen pasien
- Ajarkan
keluarga bagaimana cara melakukan suksion
- Hentikan
suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.
Airway Management
- Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
- Pasang mayo bila perlu
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Lakukan suction pada mayo
- Kolaborasikan pemberian bronkodilator bila perlu
- Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
- Monitor respirasi dan status O2
|
3
|
Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh b/d BBLR,
usia kehamilan kurang, paparan lingkungan dingin/panas
Definisi : Risiko kegagalan mempertahankan suhu
tubuh dalam batas normal.
Faktor factor resiko:
- Perubahan
metabolisme dasar
- Penyakit
atau trauma yang mempengaruhi pengaturan suhu
- Pengobatan
pengobatan yang menyebabkan vasokonstriksi dan vasodilatasi
- Pakaian
yang tidak sesuai dengan suhu lingkungan
- Ketidakaktifan
atau aktivitas berat
- Dehidrasi
- Pemberian
obat penenang
- Paparan
dingin atau hangat/lingkungan yang panas
|
NOC:
Hydration
Adherence Behavior
Immune Status
Infection status
Risk
control
Risk detection
|
NIC :
Temperature Regulation (pengaturan
suhu)
Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
Monitor TD, nadi, dan RR
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas
Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif
dari kedinginan
Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency
yang diperlukan
Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan
Berikan anti piretik jika perlu
|
4
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d ketidakmampuan ingest/digest/absorb
Definisi
: Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.
Batasan
karakteristik :
-
Berat
badan 20 % atau lebih di bawah ideal
-
Dilaporkan
adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance)
-
Membran
mukosa dan konjungtiva pucat
-
Kelemahan
otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah
-
Luka,
inflamasi pada rongga mulut
-
Mudah
merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan
-
Dilaporkan
atau fakta adanya kekurangan makanan
-
Dilaporkan
adanya perubahan sensasi rasa
-
Perasaan
ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
-
Miskonsepsi
-
Kehilangan
BB dengan makanan cukup
-
Keengganan
untuk makan
-
Kram pada
abdomen
-
Tonus
otot jelek
-
Nyeri
abdominal dengan atau tanpa patologi
-
Kurang
berminat terhadap makanan
-
Pembuluh
darah kapiler mulai rapuh
-
Diare dan
atau steatorrhea
-
Kehilangan
rambut yang cukup banyak (rontok)
-
Suara
usus hiperaktif
-
Kurangnya
informasi, misinformasi
Faktor-faktor
yg berhubungan: Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau
ekonomi.
|
NOC:
- Nutritional
Status :
- Nutritional
Status : food and Fluid Intake
- Nutritional
Status : nutrient Intake
- Weight
control
Kriteria Hasil :
- Adanya
peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
- Berat badan
ideal sesuai dengan tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
- Tidak ada
tanda tanda malnutrisi
- Menunjukkan
peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
- Tidak
terjadi penurunan berat badan yang berarti
|
NIC :
Nutrition Management
- Kaji
adanya alergi makanan
- Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien
- Anjurkan
pasien untuk meningkatkan intake Fe
- Anjurkan
pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
- Berikan
substansi gula
- Yakinkan
diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan
makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
- Ajarkan
pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
- Monitor
jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Berikan
informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Kaji
kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
- BB pasien
dalam batas normal
- Monitor
adanya penurunan berat badan
- Monitor
tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
- Monitor
interaksi anak atau orangtua selama makan
- Monitor
lingkungan selama makan
- Jadwalkan
pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
- Monitor
kulit kering dan perubahan pigmentasi
- Monitor
turgor kulit
- Monitor
kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
- Monitor
mual dan muntah
- Monitor
kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
- Monitor
makanan kesukaan
- Monitor
pertumbuhan dan perkembangan
- Monitor
pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
- Monitor
kalori dan intake nuntrisi
- Catat adanya
edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
- Catat jika
lidah berwarna magenta, scarlet
|
5
|
Ketidakefektifan pola minum bayi
b/d prematuritas
|
NOC :
-
Breastfeeding Estabilshment :
infant
-
Knowledge : breastfeeding
-
Breastfeeding Maintenance
Kriteria Hasil :
-
Klien dapat menyusui dengan
efektif
-
Memverbalisasikan tehnik untk
mengatasi masalah menyusui
-
Bayi menandakan kepuasan menyusu
-
Ibu menunjukkan harga diri yang
positif dengan menyusui
|
NIC :
Breastfeeding assistance
- Fasilitasi
kontak ibu dengan bayi sawal mungkin (maksimal 2 jam setelah lahir)
- Monitor
kemampuan bayi untuk menghisap
- Dorong
orang tua untuk meminta perawat untuk menemani saat menyusui sebanyak 8-10
kali/hari
- Sediakan
kenyamanan dan privasi selama menyusui
- Monitor kemampuan
bayi untukmenggapai putting
- Dorong ibu
untuk tidak membatasi bayi menyusu
- Monitor
integritas kulit sekitar putting
- Instruksikan
perawatan putting untukmencegah lecet
- Diskusikan
penggunaan pompa ASI kalau bayi tidakmampu menyusu
- Monitor
peningkatan pengisian ASI
- Jelaskan
penggunaan susu formula hanya jika diperlukan
- Instruksikan
ibu untuk makan makanan bergizi selama menyusui
- Dorong ibu
untuk minum jika sudah merasa haus
- Dorong ibu
untuk menghindari penggunaan rokok danPil KB selama menyusui
- Anjurkan
ibu untuk memakai Bra yang nyaman, terbuat dari cootn dan menyokong payudara
- Dorong ibu
untukmelanjutkan laktasi setelah pulang bekerja/sekolah
|
6
|
Hipotermi b/d paparan lingkungan
dingin
|
NOC :
-
Thermoregulation
-
Thermoregulation : neonate
Kriteria Hasil:
-
Suhu tubuh dalam rentang normal
-
Nadi dan RR dalam rentang normal
|
NIC :
Temperature regulation
- Monitor
suhu minimal tiap 2 jam
- Rencanakan
monitoring suhu secara kontinyu
- Monitor
TD, nadi, dan RR
- Monitor
warna dan suhu kulit
- Monitor
tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
- Tingkatkan
intake cairan dan nutrisi
- Selimuti
pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
- Ajarkan
pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas
- Diskusikan
tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari
kedinginan
- Beritahukan
tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang
diperlukan
- Ajarkan
indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan
- Berikan
anti piretik jika perlu
Vital sign
Monitoring
- Monitor
TD, nadi, suhu, dan RR
- Catat
adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor VS
saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
- Auskultasi
TD pada kedua lengan dan bandingkan
- Monitor
TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
- Monitor
kualitas dari nadi
- Monitor
frekuensi dan irama pernapasan
- Monitor
suara paru
- Monitor
pola pernapasan abnormal
- Monitor
suhu, warna, dan kelembaban kulit
- Monitor
sianosis perifer
- Monitor
adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
- Identifikasi
penyebab dari perubahan vital sign
|
7
|
Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan system kekebalan
tubuh.
Definisi
: Peningkatan resiko masuknya organisme patogen
Faktor-faktor
resiko :
- Prosedur Infasif
- Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan
patogen
- Trauma
- Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan
lingkungan
- Ruptur membran amnion
- Agen farmasi (imunosupresan)
- Malnutrisi
- Peningkatan paparan lingkungan patogen
- Imonusupresi
- Ketidakadekuatan imum buatan
- Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan respon inflamasi)
- Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak
utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan
sekresi pH, perubahan peristaltik)
- Penyakit kronik
|
NOC :
-
Immune Status
-
Knowledge : Infection control
-
Risk control
Kriteria Hasil :
-
Klien bebas dari tanda dan gejala
infeksi
-
Menunjukkan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi
-
Jumlah leukosit dalam batas normal
-
Menunjukkan perilaku hidup sehat
|
NIC :
Infection
Control (Kontrol infeksi)
- Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
- Pertahankan teknik isolasi
- Batasi pengunjung bila perlu
- Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung meninggalkan pasien
- Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
- Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawtan
- Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
- Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
- Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan
petunjuk umum
- Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
- Tingktkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
- Monitor hitung granulosit, WBC
- Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Batasi pengunjung
- Saring pengunjung terhadap penyakit menular
- Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
- Pertahankan teknik isolasi k/p
- Berikan perawatan kuliat pada area epidema
- Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
- Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
- Dorong masukkan nutrisi yang cukup
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif
|
8
|
Kecemasan orang
tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya
|
NOC :
-
Kontrol kecemasan
-
Koping
kriteria hasil:
Orang tua atau keluarga
mengekspresikan perasaan dan keprihatinan mengenai bayi dan prognosis serta
memperlihatkan pemahaman dan keterlibatan dalam asuhan.
|
NIC :
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
- Gunakan pendekatan
yang menenangkan
- Nyatakan dengan jelas
harapan terhadap pelaku pasien
- Jelaskan semua
prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
- Temani pasien untuk
memberikan keamanan dan mengurangi takut
- Berikan informasi
faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
- Libatkan keluarga
untuk mendampingi klien
- Instruksikan pada
pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
- Dengarkan dengan penuh
perhatian
- Identifikasi tingkat
kecemasan
- Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan kecemasan
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
- Kelola pemberian obat
anti cemas
|
DAFTAR
PUSTAKA
Fishman, Marvin A. 2007. Buku Ajar
Pediatri, Volume 3 Edisi 20. Jakarta:EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis
Keperawatan: Difinisi Dan Klasifikasi 2012-2014/Editor,T. Heather Herdman; Alih
Bahasa, Made Suwarwati Dan Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC.
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media
Action.
Ribek, Nyoman dkk. 2011. Aplikasi
Perawatan Bayi Resiko Tinggi Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi Program
Keperawatan: Digunakan Sebagai Bahan Pembelajaran Praktek Klinik dan Alat Uji
Kompetensi. Denpasar: Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan.
Wong, D.L,dkk. 2008. Pedoman Klinik Keperawatan
Pediatrik. Jakarta. Buku Kedokteran.
0 komentar
Posting Komentar