Asuhan Keperawatan (Askep) (LP) Appendicitis / Apendisitis Pre Operasi dan Post Operasi
LANDASAN
TEORI
APPENDICITIS
Dalam bab ini
akan dibahas tentang landasan teori secara medis dan keperawatan
1.
Definisi Penyakit
a.
Appendiksitis adalah peradangan pada tambahan kantong
yang tidak berfungsi terletak di bagian inferior dari seikum (Engram, 1999:
215).
b.
Appendiksitis adalah peradangan dari appendiks
vermiforis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer,
2000: 307).
c.
Appendicitis adalah suatu peradangan pada appendix.
Peradangan ini pada umumnya disebabkan oleh infeksi yang akan menyumbat
appendix (http://medlinux.blogspot.com/2008/12/apendisitis.html)
d.
Appendicitis adalah inflamasi appendik yang disebabkan
oleh obstruksi akibat infeksi, striktur massa fekal, benda asing atau tumor
(Nettina, 2002 :37)
e.
Appendiktomi adalah pengangkatan apendiks terinflamasi
pada pasien dengan menggunakan pendekatan endoskopi dan dilakukan prosedur
pembedahan (Doenges, 2000: 508).
Dari keempat pengertian di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa :
Appendicitis adalah peradangan pada appendik ( terletak pada bagian
inferior seikum) yang disebabkan oleh obstruksi akibat infeksi, striktur massa
fekal, benda asing atau tumor yang akan mengakibatkan terjadinya infeksi.
2.
Etiologi
a.
Penyumbatan pada lumen
b.
Masuknya kuman dari kolon appendiks dan akan
menyebabkan infeksi
c.
Adanya fekolit dalam lumen appendiks
d. Striktur karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya
e.
Benda asing
f.
Adanya neoplasma
g.
Infeksi virus
h.
Sekresi mucus yang terus menerus mengakibatkan
obstruksi vena dan bakteri akan menembus dinding
(Mansjoer, 2000 : 307)
WOC appendicitis |
3.
Tanda dan Gejala
a.
Nyeri abdominal
Nyeri ini merupakan gejala
klinik appendicitis. Mula-mula dirasakan samar-samar dan tumpul yang merupakan
nyeri visceral di daerah epigastrium atau sekitar umbilicus. Setelah beberapa
jam nyeri berpindah dan menetap di abdomen kanan bawah (Mc. Burney). Nyeri akan
bersifat tajam dan lebih jelas letaknya sehingga berupa nyeri somatic setempat.
Bila terjadi perangsangan peritoneum biasanya penderita akan mengeluh
nyeri di perut pada saat berjalan atau batuk.
b.
Mual muntah biasanya pada anak-anak
c.
Nafsu makan menurun
d.
Malaise
e.
Demam, terjadi bila sudah ada komplikasi, bila
belum ada komplikasi biasanya tubuh
belum panas. Suhu biasanya berkisar 37,7-38,3ยบ C.
f. Konstipasi dan diare pada anak-anak
(Mansjoer,
2000 : 307 dan (
4.
Penatalaksanaan
a.
Sebelum operasi
1)
Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan
gejala appendiksitis seringkali masih belum jelas. Dalam keadaan ini observasi
ketat perlu dilakukan. Pasien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan.
Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya appendiksitis ataupun
bentuk peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan
darah (leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodic. Foto abdomen dan
thorak tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit lain. Pada
kebanyakan kasus, diagnosa ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan
bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.
2)
Intubasi bila
perlu
3)
Antibiotik
b.
Operasi appendiktomi
c.
Pasca operasi
Perlu
dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan
dalam, syok, hipertermia, atau gangguan pernafasan. Angkat sonde lambung bila
pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Baringkan
pasien dalam posisi Fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak
terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih
besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai
fungsi usus kembali normal.
Kemudian
diberikan minum mulai 15 ml/jam selama 4-5 jam lalu naikkan menjadi 30 ml/jam.
Keesokan harinya diberikan makanan saring, dan hari berikutnya diberikan
makanan lunak.
Satu hari
pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2 x 30
menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar. Hari ke
tujuh jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
(Mansjoer, 2000 : 308)
5.
Kemungkinan Data Fokus
·
Wawancara dan Pemeriksaan Fisik
a.
Aktivitas/istirahat
Gejala
: Malaise
b.
Sirkulasi
Tanda
: Takikardia
c.
Eliminasi
Gejala
: Konstipasi pada awitan awal
Diare
(kadang-kadang)
Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri
lepas, kekakuan
Penurunan
atau tak ada bising usus
d.
Makanan
Gejala : Anoreksia
Mual/muntah
e.
Nyeri/keamanan
Gejala
: Nyeri abdomen sekitar epigastrium
dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada
titik McBurney (setengah jarak antara umbilicus dan tulang ileum kanan),
meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau nafas dalam (nyeri berhenti
tiba-tiba diduga perforasi atau infark pada appendiks).
Keluhan berbagai rasa nyeri/gejala tak
jelas (sehubungan dengan lokasi appendiks, contoh retrosekal atau sebelah
ureter).
Tanda : Perilaku berhati-hati; berbaring ke
samping atau telentang
dengan lutut ditekuk; meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena
posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
Nyeri lepas pada sisi kiri diduga
inflamasi peritoneal.
f.
Keamanan
Tanda
: Demam (biasanya rendah)
g.
Pernafasan
Tanda
: Takipnea, pernafasan dangkal
h.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat kondisi lain yang
berhubungan dengan nyeri abdomen
contoh pielitis akut, batu uretra,
salpingitis akut, ileitis regional.
(Doenges, 2000 : 508)
·
Pemeriksaan Diagnostik
a
SDP :
Leukositosis diatas 12.000/mm³, neutrofil meningkat sampai 75%.
b
Urinalis
: Normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada.
c
Foto
abdomen : Dapat menyatakan adanya pergeseran material pada appendiks (fekalit),
ileus terlokalisir.
d
Ultrasound
: Dapat menunjukkan densitas kuadran kanan bawah atau kadar aliran-udara
terlokalisir.
e
Appendicogram
f
Pemeriksaan rectal toucher
(Mansjoer, 2000 : 307 dan Doenges, 2000 :
508)
6.
Analisa Data
No
|
Data
|
Etologi
|
Masalah
|
1.
|
DS :
-
Pasien mengeluh demam
DO :
-
Pemeriksaan USG terlihat perforasi appendiks.
-
AL lebih dari batas normal.
-
Takikardi
-
Suhu tubuh meningkat 38,5C
|
Ruptur/ Perforasi pada appendiks
|
Infeksi
|
2.
|
DS :
-
DO : -
|
Pembatasan diet
pasca operasi.
|
Resiko
tinggi kekurangan volume cairan
|
3
|
DS :
-
Pasien mengatakan nyeri pada perut kanan bagian
bawah.
DO :
-
Ketika dilakukan palpasi pada abdomen pasien terlihat
menyeringai kesakitan.
-
Pasien
mempertahankan posisi berhati-hati
-
Pasien berbaring
ke samping atau telentang dengan lutut ditekuk
|
Distensi jaringan usus
oleh inflamasi.
|
Nyeri
akut
|
4
|
DS :
-
Pasien mengatakan ADL dibantu oleh keluarga dan
perawat
-
Pasien mengatakan aktivitas sehari-hari dibantu oleh
keluarga dan perawat.
DO :
-
ADL dibantu oleh keluarga dan perawat.
|
Keterbatasan
mobilitas fisik sekunder terhadap pembedahan.
|
Kurang mandiri
dalam merawat diri
|
Rencana Asuhan Keperawatan
No.
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria
Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Infeksi berhubungan
dengan ruptur/perforasi pada appendiks : peritonitis.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak
terjadi infeksi dengan criteria :
-
Meningkatkan penyembuhan luka yang benar
-
Bebas dari tanda infeksi
-
Tidak ada drainase purulen, eritema, dan demam.
|
1. Awasi
tanda vital, perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental,
meningkatnya nyeri abdomen
2. Lakukan
pencucian tangan dengan baik dan perawatan luka aseptic
3. Lihat
insisi dari balutan. Catat karakteristik drainase (bila dimasukkan), adanya
eritema.
4. Berikan
informasi yang tepat, jujur pada pasien/orang terdekat
5. Kolaborasi
-
Berikan obat antibiotic sesuai indikasi
|
1. Dugaan
adanya infeksi terjadinya sepsis, abses, peritonitis
2. Menurunkan
resiko penyebaran bakteri
3. Memberikan
deteksi dari terjadinya proses infeksi
4. Pengetahuan
tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu menurunkan
ansietas
5. Kolaborasi
-
Menurunkan jumlah mikroorganisme, menurunkan
penyebaran dan pertumbuhannya
|
2.
|
Resiko tinggi
kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan diet pasca operasi.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
kekurangan volume cairan tidak terjadi dengan criteria :
-
Kelembaban membran mukosa
-
Turgor kulit baik
-
Tanda vital stabil
|
1.
Awasi tekanan darah dan nadi
2.
Lihat membran mukosa, kaji turgor kulit, dan
pengisian kapiler
3.
Auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus,
gerakan usus
4.
Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan
per oral dimulai
5.
Berikan perawatan mulut sering dengan perhatian
khusus pada perlindungan bibir
6.
Kolaborasi
-
Berikan cairan IV dan elektrolit
|
1. Mengidentifikasi
fluktuasi volume intravaskuler
2. Indikator
keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler
3. Indikator
kembalinya peristaltic, kesiapan untuk pemasukan per oral
4. Menurunkan
iritasi gaster/muntah untuk meminimalkan kehilangan cairan
5. Dehidrasi
mengakibatkan bibir dan mulut kering dan pecah-pecah
6. Kolaborasi
-
Dehidrasi dan dapat terjadi keseimbangan elektrolit
|
3.
|
Nyeri akut
berhubungan dengan adanya distensi jaringan usus oleh inflamasi.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
berkurang atau hilang dengan criteria :
-
Pasien melaporkan nyeri hilang/terkontrol
-
Tampak rileks, mampu istirahat/tidur dengan tepat
-
Skala nyeri 0-3
|
1.
Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya
(skala 0-10)
2.
Observasi tanda vital
3.
Mempertahankan istirahat dengan posisi semi fowler
4.
Dorong ambulasi dini
5.
Berikan aktivitas hiburan
6.
Kolaborasi
-
Berikan analgetik
|
1. Berguna
dalam pengawasan keefektifan obat
2. Perubahan
tanda-tanda vital dapat menunjukkan terjadinya peningkatan nyeri
3. Menghilangkan
tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang
4. Meningkatkan
normalisasi fungsi organ contoh merangsang peristaltikdan kelancaran flatus
5. Fokus
perhatian kembali, meningkatkan relaksasi dan kemampuan koping
6. Kolaborasi
-
Menghilangkan nyeri mempermudah kerjasama dengan
intervensi terapi lain contoh ambulasi, batuk
|
4.
|
Kurang mandiri
dalam merawat diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik sekunder terhadap
pembedahan.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien
mampu :
-
Berpartipasi pada aktivitas sehari-hari dalam tingkat
kemapuan diri/keterbatasan penyakit
|
1.
Kaji kemampuan klien untuk berpartisipasi dalam
aktivitas perawatan diri
2.
Berikan bantuan dengan aktivitas yang diperlukan
3.
Dorong/gunakan teknik penghematan energi, contoh
duduk, melakukan tugas dalam peningkatan bertahap
4.
Jadwalkan aktivitas sesuai kemapuan klien
|
1. Kondisi
dasar akan menentukan tingkat kekurangan kebutuhan
2. Memenuhi
kebutuhan dengan mendukung partisipasi dan kemandirian klien
3. Menghemat
energi, menurunkan kelelahan dan meningkatkan kemampuan klien untuk melakukan
tugas
4. Meningkatkan
partisipasi klien
|
DAFTAR
PUSTAKA
Barbara Engram.
1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta.
Doenges E. Marylinn. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.
Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid II.
FKUI. Media Aesculapius.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan.
Edisi 3. EGC. Jakarta.
LP Apendisitis [Online].
Diakses 24 Oktober 2011 darihttp://asuhannursingonline.blogspot.com
Askep Appendisitis[Online]. Diakses tanggal 24
Oktober 2011 dari http://askepnursing.blogspot.com
Asuhan Keperawatan (LP) Appendicitis / Apendisitis
LANDASAN
TEORI
APPENDICITIS
Dalam bab ini
akan dibahas tentang landasan teori secara medis dan keperawatan
1.
Definisi Penyakit
a.
Appendiksitis adalah peradangan pada tambahan kantong
yang tidak berfungsi terletak di bagian inferior dari seikum (Engram, 1999:
215).
b.
Appendiksitis adalah peradangan dari appendiks
vermiforis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer,
2000: 307).
c.
Appendicitis adalah suatu peradangan pada appendix.
Peradangan ini pada umumnya disebabkan oleh infeksi yang akan menyumbat
appendix (http://medlinux.blogspot.com/2008/12/apendisitis.html)
d.
Appendicitis adalah inflamasi appendik yang disebabkan
oleh obstruksi akibat infeksi, striktur massa fekal, benda asing atau tumor
(Nettina, 2002 :37)
e.
Appendiktomi adalah pengangkatan apendiks terinflamasi
pada pasien dengan menggunakan pendekatan endoskopi dan dilakukan prosedur
pembedahan (Doenges, 2000: 508).
Dari keempat pengertian di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa :
Appendicitis adalah peradangan pada appendik ( terletak pada bagian
inferior seikum) yang disebabkan oleh obstruksi akibat infeksi, striktur massa
fekal, benda asing atau tumor yang akan mengakibatkan terjadinya infeksi.
2.
Etiologi
a.
Penyumbatan pada lumen
b.
Masuknya kuman dari kolon appendiks dan akan
menyebabkan infeksi
c.
Adanya fekolit dalam lumen appendiks
d. Striktur karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya
e.
Benda asing
f.
Adanya neoplasma
g.
Infeksi virus
h.
Sekresi mucus yang terus menerus mengakibatkan
obstruksi vena dan bakteri akan menembus dinding
(Mansjoer, 2000 : 307)
WOC appendicitis |
3.
Tanda dan Gejala
a.
Nyeri abdominal
Nyeri ini merupakan gejala
klinik appendicitis. Mula-mula dirasakan samar-samar dan tumpul yang merupakan
nyeri visceral di daerah epigastrium atau sekitar umbilicus. Setelah beberapa
jam nyeri berpindah dan menetap di abdomen kanan bawah (Mc. Burney). Nyeri akan
bersifat tajam dan lebih jelas letaknya sehingga berupa nyeri somatic setempat.
Bila terjadi perangsangan peritoneum biasanya penderita akan mengeluh
nyeri di perut pada saat berjalan atau batuk.
b.
Mual muntah biasanya pada anak-anak
c.
Nafsu makan menurun
d.
Malaise
e.
Demam, terjadi bila sudah ada komplikasi, bila
belum ada komplikasi biasanya tubuh
belum panas. Suhu biasanya berkisar 37,7-38,3ยบ C.
f. Konstipasi dan diare pada anak-anak
(Mansjoer,
2000 : 307 dan (
4.
Penatalaksanaan
a.
Sebelum operasi
1)
Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan
gejala appendiksitis seringkali masih belum jelas. Dalam keadaan ini observasi
ketat perlu dilakukan. Pasien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan.
Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya appendiksitis ataupun
bentuk peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan
darah (leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodic. Foto abdomen dan
thorak tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit lain. Pada
kebanyakan kasus, diagnosa ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan
bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.
2)
Intubasi bila
perlu
3)
Antibiotik
b.
Operasi appendiktomi
c.
Pasca operasi
Perlu
dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan
dalam, syok, hipertermia, atau gangguan pernafasan. Angkat sonde lambung bila
pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Baringkan
pasien dalam posisi Fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak
terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih
besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai
fungsi usus kembali normal.
Kemudian
diberikan minum mulai 15 ml/jam selama 4-5 jam lalu naikkan menjadi 30 ml/jam.
Keesokan harinya diberikan makanan saring, dan hari berikutnya diberikan
makanan lunak.
Satu hari
pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2 x 30
menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar. Hari ke
tujuh jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
(Mansjoer, 2000 : 308)
5.
Kemungkinan Data Fokus
·
Wawancara dan Pemeriksaan Fisik
a.
Aktivitas/istirahat
Gejala
: Malaise
b.
Sirkulasi
Tanda
: Takikardia
c.
Eliminasi
Gejala
: Konstipasi pada awitan awal
Diare
(kadang-kadang)
Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri
lepas, kekakuan
Penurunan
atau tak ada bising usus
d.
Makanan
Gejala : Anoreksia
Mual/muntah
e.
Nyeri/keamanan
Gejala
: Nyeri abdomen sekitar epigastrium
dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada
titik McBurney (setengah jarak antara umbilicus dan tulang ileum kanan),
meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau nafas dalam (nyeri berhenti
tiba-tiba diduga perforasi atau infark pada appendiks).
Keluhan berbagai rasa nyeri/gejala tak
jelas (sehubungan dengan lokasi appendiks, contoh retrosekal atau sebelah
ureter).
Tanda : Perilaku berhati-hati; berbaring ke
samping atau telentang
dengan lutut ditekuk; meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena
posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
Nyeri lepas pada sisi kiri diduga
inflamasi peritoneal.
f.
Keamanan
Tanda
: Demam (biasanya rendah)
g.
Pernafasan
Tanda
: Takipnea, pernafasan dangkal
h.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat kondisi lain yang
berhubungan dengan nyeri abdomen
contoh pielitis akut, batu uretra,
salpingitis akut, ileitis regional.
(Doenges, 2000 : 508)
·
Pemeriksaan Diagnostik
a
SDP :
Leukositosis diatas 12.000/mm³, neutrofil meningkat sampai 75%.
b
Urinalis
: Normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada.
c
Foto
abdomen : Dapat menyatakan adanya pergeseran material pada appendiks (fekalit),
ileus terlokalisir.
d
Ultrasound
: Dapat menunjukkan densitas kuadran kanan bawah atau kadar aliran-udara
terlokalisir.
e
Appendicogram
f
Pemeriksaan rectal toucher
(Mansjoer, 2000 : 307 dan Doenges, 2000 :
508)
6.
Analisa Data
No
|
Data
|
Etologi
|
Masalah
|
1.
|
DS :
-
Pasien mengeluh demam
DO :
-
Pemeriksaan USG terlihat perforasi appendiks.
-
AL lebih dari batas normal.
-
Takikardi
-
Suhu tubuh meningkat 38,5C
|
Ruptur/ Perforasi pada appendiks
|
Infeksi
|
2.
|
DS :
-
DO : -
|
Pembatasan diet
pasca operasi.
|
Resiko
tinggi kekurangan volume cairan
|
3
|
DS :
-
Pasien mengatakan nyeri pada perut kanan bagian
bawah.
DO :
-
Ketika dilakukan palpasi pada abdomen pasien terlihat
menyeringai kesakitan.
-
Pasien
mempertahankan posisi berhati-hati
-
Pasien berbaring
ke samping atau telentang dengan lutut ditekuk
|
Distensi jaringan usus
oleh inflamasi.
|
Nyeri
akut
|
4
|
DS :
-
Pasien mengatakan ADL dibantu oleh keluarga dan
perawat
-
Pasien mengatakan aktivitas sehari-hari dibantu oleh
keluarga dan perawat.
DO :
-
ADL dibantu oleh keluarga dan perawat.
|
Keterbatasan
mobilitas fisik sekunder terhadap pembedahan.
|
Kurang mandiri
dalam merawat diri
|
Rencana Asuhan Keperawatan
No.
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria
Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Infeksi berhubungan
dengan ruptur/perforasi pada appendiks : peritonitis.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak
terjadi infeksi dengan criteria :
-
Meningkatkan penyembuhan luka yang benar
-
Bebas dari tanda infeksi
-
Tidak ada drainase purulen, eritema, dan demam.
|
1. Awasi
tanda vital, perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental,
meningkatnya nyeri abdomen
2. Lakukan
pencucian tangan dengan baik dan perawatan luka aseptic
3. Lihat
insisi dari balutan. Catat karakteristik drainase (bila dimasukkan), adanya
eritema.
4. Berikan
informasi yang tepat, jujur pada pasien/orang terdekat
5. Kolaborasi
-
Berikan obat antibiotic sesuai indikasi
|
1. Dugaan
adanya infeksi terjadinya sepsis, abses, peritonitis
2. Menurunkan
resiko penyebaran bakteri
3. Memberikan
deteksi dari terjadinya proses infeksi
4. Pengetahuan
tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu menurunkan
ansietas
5. Kolaborasi
-
Menurunkan jumlah mikroorganisme, menurunkan
penyebaran dan pertumbuhannya
|
2.
|
Resiko tinggi
kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan diet pasca operasi.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
kekurangan volume cairan tidak terjadi dengan criteria :
-
Kelembaban membran mukosa
-
Turgor kulit baik
-
Tanda vital stabil
|
1.
Awasi tekanan darah dan nadi
2.
Lihat membran mukosa, kaji turgor kulit, dan
pengisian kapiler
3.
Auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus,
gerakan usus
4.
Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan
per oral dimulai
5.
Berikan perawatan mulut sering dengan perhatian
khusus pada perlindungan bibir
6.
Kolaborasi
-
Berikan cairan IV dan elektrolit
|
1. Mengidentifikasi
fluktuasi volume intravaskuler
2. Indikator
keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler
3. Indikator
kembalinya peristaltic, kesiapan untuk pemasukan per oral
4. Menurunkan
iritasi gaster/muntah untuk meminimalkan kehilangan cairan
5. Dehidrasi
mengakibatkan bibir dan mulut kering dan pecah-pecah
6. Kolaborasi
-
Dehidrasi dan dapat terjadi keseimbangan elektrolit
|
3.
|
Nyeri akut
berhubungan dengan adanya distensi jaringan usus oleh inflamasi.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
berkurang atau hilang dengan criteria :
-
Pasien melaporkan nyeri hilang/terkontrol
-
Tampak rileks, mampu istirahat/tidur dengan tepat
-
Skala nyeri 0-3
|
1.
Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya
(skala 0-10)
2.
Observasi tanda vital
3.
Mempertahankan istirahat dengan posisi semi fowler
4.
Dorong ambulasi dini
5.
Berikan aktivitas hiburan
6.
Kolaborasi
-
Berikan analgetik
|
1. Berguna
dalam pengawasan keefektifan obat
2. Perubahan
tanda-tanda vital dapat menunjukkan terjadinya peningkatan nyeri
3. Menghilangkan
tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang
4. Meningkatkan
normalisasi fungsi organ contoh merangsang peristaltikdan kelancaran flatus
5. Fokus
perhatian kembali, meningkatkan relaksasi dan kemampuan koping
6. Kolaborasi
-
Menghilangkan nyeri mempermudah kerjasama dengan
intervensi terapi lain contoh ambulasi, batuk
|
4.
|
Kurang mandiri
dalam merawat diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik sekunder terhadap
pembedahan.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien
mampu :
-
Berpartipasi pada aktivitas sehari-hari dalam tingkat
kemapuan diri/keterbatasan penyakit
|
1.
Kaji kemampuan klien untuk berpartisipasi dalam
aktivitas perawatan diri
2.
Berikan bantuan dengan aktivitas yang diperlukan
3.
Dorong/gunakan teknik penghematan energi, contoh
duduk, melakukan tugas dalam peningkatan bertahap
4.
Jadwalkan aktivitas sesuai kemapuan klien
|
1. Kondisi
dasar akan menentukan tingkat kekurangan kebutuhan
2. Memenuhi
kebutuhan dengan mendukung partisipasi dan kemandirian klien
3. Menghemat
energi, menurunkan kelelahan dan meningkatkan kemampuan klien untuk melakukan
tugas
4. Meningkatkan
partisipasi klien
|
DAFTAR
PUSTAKA
Barbara Engram.
1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta.
Doenges E. Marylinn. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.
Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid II.
FKUI. Media Aesculapius.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan.
Edisi 3. EGC. Jakarta.
LP Apendisitis [Online].
Diakses 24 Oktober 2011 darihttp://asuhannursingonline.blogspot.com
Askep Appendisitis[Online]. Diakses tanggal 24
Oktober 2011 dari http://askepnursing.blogspot.com
It is no secret that I have a very deep and personal relationship with God. I have pushed and resisted that relationship this past year through all the bullshit I have had to go through living with Herpes but once again, God is bigger than my stubbornness and broke through that outbreak cold sore and all I had Genital Herpes. For me personally, hearing over and over how I am not good enough has really invaded my mind in the worst way possible. I completely shut down and I was just waking up like is this how life going to end this temporary herpes outbreak “fuck everybody with herpes if you know what I mean” but let's be honest here...
BalasHapusIt is cowardly to say no to herbal medicine. It is fear based. And it is dishonest to what my heart wants. Don't build a wall around yourself because you are afraid of herbals made or taking a bold step especially when it's come to health issues and getting cured. So many young men/ women tell me over and over that Dr Itua is going to scam me but I give him a try to today I feel like no one will ever convince me about herbal medicine I accept Dr Itua herbal medicine because it's cure my herpes just two weeks of drinking it and i have been living for a year and months now I experience outbreak no more, You can contact him if you need his herbal medicine for any such diseases like, Herpes, Parkinson, Diabetes, Hepatitis, Syndrome, Cancers, HIV, Epilepsy, Infertility, and any kind of disease & Infections Love Spell,. Email..drituaherbalcenter@gmail.com then what's app.+2348149277967.... My advice to any sick men/women out there is simple... Be Always an open book. Be gut wrenching, honest about yourself, your situation, and what you are all about. Don't hold anything back. Holding back will get you nowhere...maybe a one way ticket to lonelyville and that is NOT somewhere you want to be. So my final truth...and I'm just starting to grasp this one..