Minggu, 12 Agustus 2018

Asuhan Keperawatan (Askep) (LP) Appendicitis / Apendisitis Pre Operasi dan Post Operasi

Asuhan Keperawatan (Askep) (LP) Appendicitis / Apendisitis Pre Operasi dan Post Operasi


LANDASAN TEORI
APPENDICITIS

Dalam bab ini akan dibahas tentang landasan teori secara medis dan keperawatan
1.      Definisi Penyakit
a.       Appendiksitis adalah peradangan pada tambahan kantong yang tidak berfungsi terletak di bagian inferior dari seikum (Engram, 1999: 215).
b.      Appendiksitis adalah peradangan dari appendiks vermiforis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer, 2000: 307).
c.       Appendicitis adalah suatu peradangan pada appendix. Peradangan ini pada umumnya disebabkan oleh infeksi yang akan menyumbat appendix (http://medlinux.blogspot.com/2008/12/apendisitis.html)
d.      Appendicitis adalah inflamasi appendik yang disebabkan oleh obstruksi akibat infeksi, striktur massa fekal, benda asing atau tumor (Nettina, 2002 :37)
e.       Appendiktomi adalah pengangkatan apendiks terinflamasi pada pasien dengan menggunakan pendekatan endoskopi dan dilakukan prosedur pembedahan (Doenges, 2000: 508).
Dari keempat pengertian di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa :
Appendicitis adalah peradangan pada appendik ( terletak pada bagian inferior seikum) yang disebabkan oleh obstruksi akibat infeksi, striktur massa fekal, benda asing atau tumor yang akan mengakibatkan terjadinya infeksi.

2.                  Etiologi
a.       Penyumbatan pada lumen
b.      Masuknya kuman dari kolon appendiks dan akan menyebabkan infeksi
c.       Adanya fekolit dalam lumen appendiks
d.      Striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya
e.       Benda asing
f.       Adanya neoplasma
g.      Infeksi virus
h.      Sekresi mucus yang terus menerus mengakibatkan obstruksi vena dan bakteri akan menembus dinding
(Mansjoer, 2000 : 307)
Asuhan Keperawatan (LP) Appendicitis / Apendisitis, pathway appendisitis, pathway appendiksitis
WOC appendicitis

3.                  Tanda dan Gejala
a.       Nyeri abdominal
      Nyeri ini merupakan gejala klinik appendicitis. Mula-mula dirasakan samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri visceral di daerah epigastrium atau sekitar umbilicus. Setelah beberapa jam nyeri berpindah dan menetap di abdomen kanan bawah (Mc. Burney). Nyeri akan bersifat tajam dan lebih jelas letaknya sehingga berupa nyeri somatic setempat. Bila terjadi perangsangan peritoneum biasanya penderita akan mengeluh nyeri di perut pada saat berjalan atau batuk.
b.      Mual muntah biasanya pada anak-anak
c.       Nafsu makan menurun
d.      Malaise
e.       Demam, terjadi bila sudah ada komplikasi, bila belum  ada komplikasi biasanya tubuh belum panas. Suhu biasanya berkisar 37,7-38,3ยบ C.
f.       Konstipasi dan diare pada anak-anak
(Mansjoer, 2000 : 307 dan (

 
4.                  Penatalaksanaan
a.       Sebelum operasi
1)      Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala appendiksitis seringkali masih belum jelas. Dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya appendiksitis ataupun bentuk peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodic. Foto abdomen dan thorak tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosa ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.
2)       Intubasi bila perlu
3)      Antibiotik
b.      Operasi appendiktomi
c.       Pasca operasi
      Perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan dalam, syok, hipertermia, atau gangguan pernafasan. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Baringkan pasien dalam posisi Fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal.
Kemudian diberikan minum mulai 15 ml/jam selama 4-5 jam lalu naikkan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya diberikan makanan saring, dan hari berikutnya diberikan makanan lunak.
Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2 x 30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar. Hari ke tujuh jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
(Mansjoer, 2000 : 308)
5.                  Kemungkinan Data Fokus
·         Wawancara dan Pemeriksaan Fisik
a.       Aktivitas/istirahat
      Gejala :            Malaise
b.      Sirkulasi
      Tanda :            Takikardia
c.       Eliminasi
                  Gejala :            Konstipasi pada awitan awal
                                          Diare (kadang-kadang)

                  Tanda :            Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan
                                          Penurunan atau tak ada bising usus
d.      Makanan
      Gejala :      Anoreksia
                        Mual/muntah
e.       Nyeri/keamanan
      Gejala :      Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik McBurney (setengah jarak antara umbilicus dan tulang ileum kanan), meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau nafas dalam (nyeri berhenti tiba-tiba diduga perforasi atau infark pada appendiks).
Keluhan berbagai rasa nyeri/gejala tak jelas (sehubungan dengan lokasi appendiks, contoh retrosekal atau sebelah ureter).
      Tanda :      Perilaku berhati-hati; berbaring ke samping atau telentang
dengan lutut ditekuk; meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
Nyeri lepas pada sisi kiri diduga inflamasi peritoneal.
f.       Keamanan
      Tanda :            Demam (biasanya rendah)
g.      Pernafasan
      Tanda :            Takipnea, pernafasan dangkal
h.      Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri     abdomen
contoh pielitis akut, batu uretra, salpingitis akut, ileitis regional.
(Doenges, 2000 : 508)
·         Pemeriksaan Diagnostik
a         SDP : Leukositosis diatas 12.000/mm³, neutrofil meningkat sampai 75%.
b        Urinalis : Normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada.
c         Foto abdomen : Dapat menyatakan adanya pergeseran material pada appendiks (fekalit), ileus terlokalisir.
d        Ultrasound : Dapat menunjukkan densitas kuadran kanan bawah atau kadar aliran-udara terlokalisir.
e         Appendicogram
f         Pemeriksaan rectal toucher
(Mansjoer, 2000 : 307 dan Doenges, 2000 : 508)


6.                  Analisa Data
No
Data
Etologi
Masalah
1.
DS :
-      Pasien mengeluh demam
DO :
-      Pemeriksaan USG terlihat perforasi appendiks.
-      AL lebih dari batas normal.
-      Takikardi
-      Suhu tubuh meningkat 38,5C


Ruptur/ Perforasi pada appendiks

Infeksi

2.
DS :  -
DO : -
Pembatasan diet pasca operasi.

Resiko tinggi kekurangan volume cairan

3
DS :
-      Pasien mengatakan nyeri pada perut kanan bagian bawah.

DO :
-      Ketika dilakukan palpasi pada abdomen pasien terlihat menyeringai kesakitan.
-      Pasien mempertahankan posisi berhati-hati
-      Pasien berbaring ke samping atau telentang dengan lutut ditekuk

Distensi jaringan usus oleh inflamasi.

Nyeri akut
4
DS :
-      Pasien mengatakan ADL dibantu oleh keluarga dan perawat
-      Pasien mengatakan aktivitas sehari-hari dibantu oleh keluarga dan perawat.

DO :
-      ADL dibantu oleh keluarga dan perawat.
Keterbatasan mobilitas fisik sekunder terhadap pembedahan.

Kurang mandiri dalam merawat diri



Rencana Asuhan Keperawatan

No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.
Infeksi berhubungan dengan ruptur/perforasi pada appendiks : peritonitis.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi dengan criteria :
-      Meningkatkan penyembuhan luka yang benar
-      Bebas dari tanda infeksi
-      Tidak ada drainase purulen, eritema, dan demam.
1.   Awasi tanda vital, perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen
2.   Lakukan pencucian tangan dengan baik dan perawatan luka aseptic
3.   Lihat insisi dari balutan. Catat karakteristik drainase (bila dimasukkan), adanya eritema.
4.   Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien/orang terdekat


5.   Kolaborasi
-    Berikan obat antibiotic sesuai indikasi

1.   Dugaan adanya infeksi terjadinya sepsis, abses, peritonitis



2.   Menurunkan resiko penyebaran bakteri


3.   Memberikan deteksi dari terjadinya proses infeksi



4.   Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu menurunkan ansietas
5.   Kolaborasi
-    Menurunkan jumlah mikroorganisme, menurunkan penyebaran dan pertumbuhannya

2.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan diet pasca operasi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kekurangan volume cairan tidak terjadi dengan criteria :
-      Kelembaban membran mukosa
-      Turgor kulit baik
-      Tanda vital stabil
1.   Awasi tekanan darah dan nadi
2.   Lihat membran mukosa, kaji turgor kulit, dan pengisian kapiler
3.   Auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus, gerakan usus
4.   Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan per oral dimulai
5.   Berikan perawatan mulut sering dengan perhatian khusus pada perlindungan bibir
6.   Kolaborasi
-    Berikan cairan IV dan elektrolit
1.   Mengidentifikasi fluktuasi volume intravaskuler
2.   Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler

3.   Indikator kembalinya peristaltic, kesiapan untuk pemasukan per oral
4.   Menurunkan iritasi gaster/muntah untuk meminimalkan kehilangan cairan
5.   Dehidrasi mengakibatkan bibir dan mulut kering dan pecah-pecah

6.   Kolaborasi
-    Dehidrasi dan dapat terjadi keseimbangan elektrolit

3.
Nyeri akut berhubungan dengan adanya distensi jaringan usus oleh inflamasi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang atau hilang dengan criteria :
-      Pasien melaporkan nyeri hilang/terkontrol
-      Tampak rileks, mampu istirahat/tidur dengan tepat
-      Skala nyeri 0-3
1.   Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 0-10)
2.   Observasi tanda vital


3.   Mempertahankan istirahat dengan posisi semi fowler
4.   Dorong ambulasi dini



5.   Berikan aktivitas hiburan

6.   Kolaborasi
-    Berikan analgetik
1.   Berguna dalam pengawasan keefektifan obat

2.   Perubahan tanda-tanda vital dapat menunjukkan terjadinya peningkatan nyeri
3.   Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang
4.   Meningkatkan normalisasi fungsi organ contoh merangsang peristaltikdan kelancaran flatus
5.   Fokus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi dan kemampuan koping
6.   Kolaborasi
-    Menghilangkan nyeri mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain contoh ambulasi, batuk

4.
Kurang mandiri dalam merawat diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik sekunder terhadap pembedahan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu :
-      Berpartipasi pada aktivitas sehari-hari dalam tingkat kemapuan diri/keterbatasan penyakit
1.   Kaji kemampuan klien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri
2.   Berikan bantuan dengan aktivitas yang diperlukan

3.   Dorong/gunakan teknik penghematan energi, contoh duduk, melakukan tugas dalam peningkatan bertahap
4.   Jadwalkan aktivitas sesuai kemapuan klien
1.   Kondisi dasar akan menentukan tingkat kekurangan kebutuhan

2.   Memenuhi kebutuhan dengan mendukung partisipasi dan kemandirian klien
3.   Menghemat energi, menurunkan kelelahan dan meningkatkan kemampuan klien untuk melakukan tugas


4.   Meningkatkan partisipasi klien



DAFTAR PUSTAKA

Barbara Engram. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta.
Doenges E. Marylinn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.
Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid II. FKUI. Media Aesculapius.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.
LP Apendisitis [Online]. Diakses 24 Oktober 2011 darihttp://asuhannursingonline.blogspot.com
Askep Appendisitis[Online]. Diakses tanggal 24 Oktober 2011 dari http://askepnursing.blogspot.com





 Asuhan Keperawatan (LP) Appendicitis / Apendisitis


LANDASAN TEORI
APPENDICITIS

Dalam bab ini akan dibahas tentang landasan teori secara medis dan keperawatan
1.      Definisi Penyakit
a.       Appendiksitis adalah peradangan pada tambahan kantong yang tidak berfungsi terletak di bagian inferior dari seikum (Engram, 1999: 215).
b.      Appendiksitis adalah peradangan dari appendiks vermiforis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer, 2000: 307).
c.       Appendicitis adalah suatu peradangan pada appendix. Peradangan ini pada umumnya disebabkan oleh infeksi yang akan menyumbat appendix (http://medlinux.blogspot.com/2008/12/apendisitis.html)
d.      Appendicitis adalah inflamasi appendik yang disebabkan oleh obstruksi akibat infeksi, striktur massa fekal, benda asing atau tumor (Nettina, 2002 :37)
e.       Appendiktomi adalah pengangkatan apendiks terinflamasi pada pasien dengan menggunakan pendekatan endoskopi dan dilakukan prosedur pembedahan (Doenges, 2000: 508).
Dari keempat pengertian di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa :
Appendicitis adalah peradangan pada appendik ( terletak pada bagian inferior seikum) yang disebabkan oleh obstruksi akibat infeksi, striktur massa fekal, benda asing atau tumor yang akan mengakibatkan terjadinya infeksi.

2.                  Etiologi
a.       Penyumbatan pada lumen
b.      Masuknya kuman dari kolon appendiks dan akan menyebabkan infeksi
c.       Adanya fekolit dalam lumen appendiks
d.      Striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya
e.       Benda asing
f.       Adanya neoplasma
g.      Infeksi virus
h.      Sekresi mucus yang terus menerus mengakibatkan obstruksi vena dan bakteri akan menembus dinding
(Mansjoer, 2000 : 307)
Asuhan Keperawatan (LP) Appendicitis / Apendisitis, pathway appendisitis, pathway appendiksitis
WOC appendicitis

3.                  Tanda dan Gejala
a.       Nyeri abdominal
      Nyeri ini merupakan gejala klinik appendicitis. Mula-mula dirasakan samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri visceral di daerah epigastrium atau sekitar umbilicus. Setelah beberapa jam nyeri berpindah dan menetap di abdomen kanan bawah (Mc. Burney). Nyeri akan bersifat tajam dan lebih jelas letaknya sehingga berupa nyeri somatic setempat. Bila terjadi perangsangan peritoneum biasanya penderita akan mengeluh nyeri di perut pada saat berjalan atau batuk.
b.      Mual muntah biasanya pada anak-anak
c.       Nafsu makan menurun
d.      Malaise
e.       Demam, terjadi bila sudah ada komplikasi, bila belum  ada komplikasi biasanya tubuh belum panas. Suhu biasanya berkisar 37,7-38,3ยบ C.
f.       Konstipasi dan diare pada anak-anak
(Mansjoer, 2000 : 307 dan (

 
4.                  Penatalaksanaan
a.       Sebelum operasi
1)      Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala appendiksitis seringkali masih belum jelas. Dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya appendiksitis ataupun bentuk peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodic. Foto abdomen dan thorak tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosa ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.
2)       Intubasi bila perlu
3)      Antibiotik
b.      Operasi appendiktomi
c.       Pasca operasi
      Perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan dalam, syok, hipertermia, atau gangguan pernafasan. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Baringkan pasien dalam posisi Fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal.
Kemudian diberikan minum mulai 15 ml/jam selama 4-5 jam lalu naikkan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya diberikan makanan saring, dan hari berikutnya diberikan makanan lunak.
Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2 x 30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar. Hari ke tujuh jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
(Mansjoer, 2000 : 308)
5.                  Kemungkinan Data Fokus
·         Wawancara dan Pemeriksaan Fisik
a.       Aktivitas/istirahat
      Gejala :            Malaise
b.      Sirkulasi
      Tanda :            Takikardia
c.       Eliminasi
                  Gejala :            Konstipasi pada awitan awal
                                          Diare (kadang-kadang)

                  Tanda :            Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan
                                          Penurunan atau tak ada bising usus
d.      Makanan
      Gejala :      Anoreksia
                        Mual/muntah
e.       Nyeri/keamanan
      Gejala :      Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik McBurney (setengah jarak antara umbilicus dan tulang ileum kanan), meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau nafas dalam (nyeri berhenti tiba-tiba diduga perforasi atau infark pada appendiks).
Keluhan berbagai rasa nyeri/gejala tak jelas (sehubungan dengan lokasi appendiks, contoh retrosekal atau sebelah ureter).
      Tanda :      Perilaku berhati-hati; berbaring ke samping atau telentang
dengan lutut ditekuk; meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
Nyeri lepas pada sisi kiri diduga inflamasi peritoneal.
f.       Keamanan
      Tanda :            Demam (biasanya rendah)
g.      Pernafasan
      Tanda :            Takipnea, pernafasan dangkal
h.      Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri     abdomen
contoh pielitis akut, batu uretra, salpingitis akut, ileitis regional.
(Doenges, 2000 : 508)
·         Pemeriksaan Diagnostik
a         SDP : Leukositosis diatas 12.000/mm³, neutrofil meningkat sampai 75%.
b        Urinalis : Normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada.
c         Foto abdomen : Dapat menyatakan adanya pergeseran material pada appendiks (fekalit), ileus terlokalisir.
d        Ultrasound : Dapat menunjukkan densitas kuadran kanan bawah atau kadar aliran-udara terlokalisir.
e         Appendicogram
f         Pemeriksaan rectal toucher
(Mansjoer, 2000 : 307 dan Doenges, 2000 : 508)


6.                  Analisa Data
No
Data
Etologi
Masalah
1.
DS :
-      Pasien mengeluh demam
DO :
-      Pemeriksaan USG terlihat perforasi appendiks.
-      AL lebih dari batas normal.
-      Takikardi
-      Suhu tubuh meningkat 38,5C


Ruptur/ Perforasi pada appendiks

Infeksi

2.
DS :  -
DO : -
Pembatasan diet pasca operasi.

Resiko tinggi kekurangan volume cairan

3
DS :
-      Pasien mengatakan nyeri pada perut kanan bagian bawah.

DO :
-      Ketika dilakukan palpasi pada abdomen pasien terlihat menyeringai kesakitan.
-      Pasien mempertahankan posisi berhati-hati
-      Pasien berbaring ke samping atau telentang dengan lutut ditekuk

Distensi jaringan usus oleh inflamasi.

Nyeri akut
4
DS :
-      Pasien mengatakan ADL dibantu oleh keluarga dan perawat
-      Pasien mengatakan aktivitas sehari-hari dibantu oleh keluarga dan perawat.

DO :
-      ADL dibantu oleh keluarga dan perawat.
Keterbatasan mobilitas fisik sekunder terhadap pembedahan.

Kurang mandiri dalam merawat diri



Rencana Asuhan Keperawatan

No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.
Infeksi berhubungan dengan ruptur/perforasi pada appendiks : peritonitis.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi dengan criteria :
-      Meningkatkan penyembuhan luka yang benar
-      Bebas dari tanda infeksi
-      Tidak ada drainase purulen, eritema, dan demam.
1.   Awasi tanda vital, perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen
2.   Lakukan pencucian tangan dengan baik dan perawatan luka aseptic
3.   Lihat insisi dari balutan. Catat karakteristik drainase (bila dimasukkan), adanya eritema.
4.   Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien/orang terdekat


5.   Kolaborasi
-    Berikan obat antibiotic sesuai indikasi

1.   Dugaan adanya infeksi terjadinya sepsis, abses, peritonitis



2.   Menurunkan resiko penyebaran bakteri


3.   Memberikan deteksi dari terjadinya proses infeksi



4.   Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu menurunkan ansietas
5.   Kolaborasi
-    Menurunkan jumlah mikroorganisme, menurunkan penyebaran dan pertumbuhannya

2.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan diet pasca operasi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kekurangan volume cairan tidak terjadi dengan criteria :
-      Kelembaban membran mukosa
-      Turgor kulit baik
-      Tanda vital stabil
1.   Awasi tekanan darah dan nadi
2.   Lihat membran mukosa, kaji turgor kulit, dan pengisian kapiler
3.   Auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus, gerakan usus
4.   Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan per oral dimulai
5.   Berikan perawatan mulut sering dengan perhatian khusus pada perlindungan bibir
6.   Kolaborasi
-    Berikan cairan IV dan elektrolit
1.   Mengidentifikasi fluktuasi volume intravaskuler
2.   Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler

3.   Indikator kembalinya peristaltic, kesiapan untuk pemasukan per oral
4.   Menurunkan iritasi gaster/muntah untuk meminimalkan kehilangan cairan
5.   Dehidrasi mengakibatkan bibir dan mulut kering dan pecah-pecah

6.   Kolaborasi
-    Dehidrasi dan dapat terjadi keseimbangan elektrolit

3.
Nyeri akut berhubungan dengan adanya distensi jaringan usus oleh inflamasi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang atau hilang dengan criteria :
-      Pasien melaporkan nyeri hilang/terkontrol
-      Tampak rileks, mampu istirahat/tidur dengan tepat
-      Skala nyeri 0-3
1.   Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 0-10)
2.   Observasi tanda vital


3.   Mempertahankan istirahat dengan posisi semi fowler
4.   Dorong ambulasi dini



5.   Berikan aktivitas hiburan

6.   Kolaborasi
-    Berikan analgetik
1.   Berguna dalam pengawasan keefektifan obat

2.   Perubahan tanda-tanda vital dapat menunjukkan terjadinya peningkatan nyeri
3.   Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang
4.   Meningkatkan normalisasi fungsi organ contoh merangsang peristaltikdan kelancaran flatus
5.   Fokus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi dan kemampuan koping
6.   Kolaborasi
-    Menghilangkan nyeri mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain contoh ambulasi, batuk

4.
Kurang mandiri dalam merawat diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik sekunder terhadap pembedahan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu :
-      Berpartipasi pada aktivitas sehari-hari dalam tingkat kemapuan diri/keterbatasan penyakit
1.   Kaji kemampuan klien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri
2.   Berikan bantuan dengan aktivitas yang diperlukan

3.   Dorong/gunakan teknik penghematan energi, contoh duduk, melakukan tugas dalam peningkatan bertahap
4.   Jadwalkan aktivitas sesuai kemapuan klien
1.   Kondisi dasar akan menentukan tingkat kekurangan kebutuhan

2.   Memenuhi kebutuhan dengan mendukung partisipasi dan kemandirian klien
3.   Menghemat energi, menurunkan kelelahan dan meningkatkan kemampuan klien untuk melakukan tugas


4.   Meningkatkan partisipasi klien



DAFTAR PUSTAKA

Barbara Engram. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta.
Doenges E. Marylinn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.
Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid II. FKUI. Media Aesculapius.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.
LP Apendisitis [Online]. Diakses 24 Oktober 2011 darihttp://asuhannursingonline.blogspot.com
Askep Appendisitis[Online]. Diakses tanggal 24 Oktober 2011 dari http://askepnursing.blogspot.com



1 komentar:

  1. It is no secret that I have a very deep and personal relationship with God. I have pushed and resisted that relationship this past year through all the bullshit I have had to go through living with Herpes but once again, God is bigger than my stubbornness and broke through that outbreak cold sore and all I had Genital Herpes. For me personally, hearing over and over how I am not good enough has really invaded my mind in the worst way possible. I completely shut down and I was just waking up like is this how life going to end this temporary herpes outbreak “fuck everybody with herpes if you know what I mean” but let's be honest here...
    It is cowardly to say no to herbal medicine. It is fear based. And it is dishonest to what my heart wants. Don't build a wall around yourself because you are afraid of herbals made or taking a bold step especially when it's come to health issues and getting cured. So many young men/ women tell me over and over that Dr Itua is going to scam me but I give him a try to today I feel like no one will ever convince me about herbal medicine I accept Dr Itua herbal medicine because it's cure my herpes just two weeks of drinking it and i have been living for a year and months now I experience outbreak no more, You can contact him if you need his herbal medicine for any such diseases like, Herpes, Parkinson, Diabetes, Hepatitis, Syndrome, Cancers, HIV, Epilepsy, Infertility, and any kind of disease & Infections Love Spell,. Email..drituaherbalcenter@gmail.com then what's app.+2348149277967.... My advice to any sick men/women out there is simple... Be Always an open book. Be gut wrenching, honest about yourself, your situation, and what you are all about. Don't hold anything back. Holding back will get you nowhere...maybe a one way ticket to lonelyville and that is NOT somewhere you want to be. So my final truth...and I'm just starting to grasp this one..

    BalasHapus