Laporan Pendahuluan (LP) Appendiksitis
BAB I
KONSEP DASAR
APPENDIKSITIS
- PENGERTIAN
Appendiksitis akut adalah penyebab paling umum imflamasi pada kuadran
bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat
(Smaltzer, 2001)
Appendiksitis adalah kondisi dimana infeksis terjadi di umbai cacing.
Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa
perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparatomi dengan penyingkiran umbai
cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi,
dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi
hancur ( Anonim, Appendiksitis, 2007).
Appendiksitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (Appendiks). Infeksi
ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu
bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol
dari bagian awal usus besar atau sokum (cacing). Usus buntu besarnya sekitar
kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian
usus lainya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa
mengeluarkan lendir. (Anonim, Appendiksitis, 2007).
- ANATOMI DAN FISIOLOGI APPENDIKS
Appendiks
merupakan organ yang kecil dan vestigial (organ yang tidak berfungsi) yang
melekat sepertiga jari. Appendiks
terletak diujung sacrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo sekum, bermuara
di bagian posterior dan medial dari sekum. Pada pertemuan ketiga taenia, yaitu taenia anterior,medial dan
posterior. Secara klinik Appendiks terletak pada daerah Mc.Burney yaitu daerah
1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat, panjang Kira –
Kira 6 - 9 cm. Lebar 0.3 – 0.7 cm, isi 0.1 cc, cairan bersifat basa mengandung
amilase dan musin.
- KLASIFIKASI
Klasifikasi apendisitis :
1. Apendisitis akut, dibagi atas : Apendisitis akut
fokalis atau sementalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur local,
apendidisitis purulenta difus, yaitu sudah bertumpuk nanah.
2. Apendisitis kronis, dibagi atas : Apendisitis kronis
fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur local. Appandisitis
kronis obliteritiva yaitu Appendisitis miring, biasanya di temukan pada usia
tua. (www.google.com.ruang
cempaka RSUD pandanaran Boyolali oleh Saputra Muhammad
Arif, 2008)
3. Apendisitis Infiltrat, adalah proses radang Appendiks yang penyebarannya
dapat dibatasi oleh omentum dan usus-usus serta peritoneum di sekitarnya
sehingga membentuk massa (apendical mass) umumnya massa apendik berbentuk pada
hari keempat sejak peradangan mulai, apabila tidak terjadi peritonitis umum,
massa Appendiks lebih sering dijumpai pada pasien berumur 5 tahun atau lebih
karena daya tahan tubuh telah berkembang dengana baik dan omentum telah cukup
panjang dan telah membungkus proses radang. ( Mansjoer, A,dkk,2000 )
- ETIOLOGI
Appendiksitis merupakan infeksi bakteri yang di sebabkan oleh obstruksi
atau peyumbatan akibat :
1.
Hiperplasia dari folikel limfoid
2. Adanya fekalit dalam Lumen Appendiks
3.
Tumor Apediks.
4. Adanya benda asing seperti cacing askariasis.
5. Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti Entamoeba Hiystilotica. ( cacing parasit)
Menurut penelitian, epidemiologi menunjukan kebiasaan makan makanan rendah serat akan mengakibatkan
konstipasi yang dapat menimbulkan apendiksitis. Hal tersebut
akan meningkatkan tekanan intra sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional
Appendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora pada kolon. (Syamsyuhidayat;
2004).
- TANDA DAN GEJALA
Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah tepatnya di daerah Mc.Burney
yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat, dan
biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
Nyeri takan lepas mungkin akan di jumpai.
Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau
diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi Appendiks. Bila
Appendiks melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di
daerah Lumbal : bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat di
ketahui pada pemeriksaan rectal. Nyeri pada defekasi menunjukan bahwa ujung
Appendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekakuan pada bagian
bawah otot rectum kanan dapat terjadi. (www.google.com.ruang cempaka RSUD
pandanaran Boyolali oleh Saputra Muhammad Arif, 2008)
- PATOFISIOLOGI
Penyebab utama Appendiksitis adalah obstruksi penyumbatan yang dapat
disebabkan oleh hyperplasia dari folikel lympoid merupakan penyebab terbanyak
adanya fekalit dalam lumen Appendiks. Adanya benda asing seperti cacing,
striktur karena fibrosis akibat adanya peradangan sebelumyna.
Obstruksi
appendiks itu menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa terbendung, makin lama
mukus yang terbendung makin banyak dan
menekan dinding Appendiks oedema serta merangsang tunika serosa dan peritonium
viseral. Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah,
kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu,
peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum partikel setempat, sehingga
menimbulkan rasa sakit/ nyeri di area kanan bawah, keadaaan ini disebut dengan
Appendiksitis supuratif akut. Bila
kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergi dan ini disebut dengan
Appendiksitis gangrenosa. Bila dinding Appendiks yang telah akut itu pecah,
dinamakan Appendiksitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat
mengelilingi appendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa
lokal, keadaan ini disebut sebagai Appendiksitis abses.
Pada anak-anak karena omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang
relative lebih panjang, dinding Appendiks yang lebih tipis dan daya tubuh
yang masih kurang, demikian juga pada
orang tua karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi
lebih cepat. Bila appendisitis infiltrate ini menyembuh dan kemudian gejalanya
hilang timbul dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis (Junaidi, 1982).
- KOMPLIKASI
Ø Komplikasi dengan
pembentukan abses
Ø Peritonitis
generalisata
Ø Pieloflebitis dan
abses hati, tapi jarang.
- PENCEGAHAN
Pencegahan pada appendiksitis yaitu dengan menurunkan resiko obstruksi
dan peradangan pada lumen Appendiks. Pola eliminasi klien harus dikaji, sebab
obstruksi oleh fekalit dapat terjadi karena tidak ada kuatnya zat tinggi serat.
Perawatan dan pengobatan penyakit cacing juga menimbulkan resiko. Pengenalan yang cepat terhadap gejala dan tanda appendiksitis menurunkan resiko terjadinya gangguan perforasi dan
peritonitis.
- PENATALAKSANAAN
Pada Appendiksitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi
Appendiksitis. Dalam waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di observasi,
istirahat dalam posisi fowler, diberikan antibiotik dan diberikan makanan yang
tidak merangsang peristalik, jika terjadi perforasi diberikan drain di perut
kanan bawah.
·
Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat,
diberikan antibiotik dan kompres untuk menurunkan suhu penderita, pasien
diminta untuk tirabaring dan dipuasakan.
·
Tindakan operatif. Appendiktomi. Tindakan post
operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat
tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri tegak di luar kamar, hari ketujuh luka
jahitan diangkat, klien pulang. (www.google.com.ruang cempaka RSUD
pandanaran Boyolali oleh Saptura Muhammad Arif, 2008)
- FOKUS PENGKAJIAN
Data-data yang di kumpulkan atau di kaji
meliputi :
a.
Identitas diri
Pada
tahap ini perawat perlu mengetahui tentang
nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama, suku bangsa, dan
pekerjaan.
b.
Keluhan utama
Keluhan
utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan /
berobat ke rumah sakit biasanya pada pasien dengan Appendiksitis di dapatkan
keluhan berupa nyeri pada abdomen sebelah kanan bawah tepatnya pada titik Mc burney,
akibat inflamasi pada Appendiks yang bersifat tajam dan terlokalisir terutama
pada saat beraktifitas maupun saat beristirahat.
c.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien
dengan Appendiksitis biasanya akan di awali dengan adanya tanda-tanda seperti
suhu badan naik, mual, muntah, perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu
muncul, apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhan tersebut.
d.
Riwayat penyakit dahulu
Perlu
ditanyakan penyakit atau gejala lain yang pernah di derita pasien seperti
konstipasi, asites, dan lain-lain. Hal ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya faktor predisposisi.
e.
Riwayat penyakit keluarga
Perlu
ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit – penyakit
Appendiksitis, hepatitis, gastritis dan lain-lain.
f.
Riwayat sosial ekonomi, budaya dan lingkungan.
g.
Genogram
Berisi
tentang silsilah keluarga pasien
h. Fokus pengkajian silsilah keluarga pasien.
1) Pola dan pemeliharaan kesehatan
Adanya
tindakan medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi
tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap
pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan makan makanan yang
kurang serat yang mengakibatkan susah BAB.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Dalam pengkajian pada nutrisi dan metabolisme, kita
perlu melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status
nutrisi pasien. Selain itu perlu di tanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum
dan selama di rumah sakit, pasien dengan apendisitis akan mengalami penurunan
nafsu makan akibat dari adanya rasa mual dan muntah. Peningkatan
metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. Pasien dengan Appendiksitis
keadaan umumnya lemah.
3) Pola eliminasi
Dalam
pengkajian pola eliminassi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi sebelum
dan selama di rumah sait. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan
lebih banyak bedrest, sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat
pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristalik otot-otot
tractus digestivus.
4) Pola aktivitas dan latihan
Akibat
adanya peradangan (inflamasi) pada apendik atau post op appendiktomi, pasien
dengan Appendiksitis akan mengalami nyeri yang tajam pada aktifitas minimal,
disamping itu pasien juga akan mengurangi aktifitasnya akibat ada nyeri akut.
Dan untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien di Bantu oleh
perawat dan keluarganya.
5) Pola tidur dan istirahat
Adanya
rasa nyeri perut bagian kanan bawah dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat. Selain itu akibat perubahan
kondisi dari lingkungan rumah yang tenang kelingkungan rumah sakit, dimana
banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan sebagainya.
6) Pola hubungan dan peran
Akibat
sakitnya, secara langsung pesien akan mengalami perubahan peran dirumah dan
masyarakat selain itu juga mempengaruhi hubungan inter personal pasien.
7) Pola persepsi dan konsep lain
Pola
persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah pasien yang tadinya sehat
tiba-tiba mengalami sakit, sebagai orang awam, pasien mungkin akan beranggapan
bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini pasien
mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadaap dirinya.
8) Pola sensori dan kogniti
Fungsi
panca indra pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga dengan proses
berfikirnya.
9) Pola reproduksi seksual
Kebutuhan
seksual pasien dalam hal ini terganggu
untuk sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya
lemah.
10) Pola penanggulangan stress
Bagi
pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan mengalami stress dan
mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya
tentang penyakitnya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Sebagai
seorang beragama pasien lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan menganggap
bahwa penyakit ini adalah suatu cobaan dari tuhan.
- PEMERIKSAAN FISIK (Menurut Kapira Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2, Arif Mansjoer)
1)
Status kesehatan umum
Tingkat
kesadaran pasien perlu di kaji, bagaimana
penampilan pasien secara umum, perlu juga dilakukan pengukuran tinggi
badan dan berat badan serta TTV.
2)
System respirasi
I : bentuk torax, postur tubuh, lihat adanya
kelainan seperti bentuk dada
barel chast, farel chast, risort chast.
Pa : melakukan
teknik focal fremitus, periksa adanya nyeri tekan.
Pe : periksa
apakah terdapat suara pekak, resonan, Hiper resonan / timpani.
Au :
mendengarkan bunyi paru vesikuler, bronchial, bronco vesikuler.
3)
Dada
I : letak ictus cordis, normal pada ICS V pada
lineaa media claviculaus kiri
selebar 1 cm.
Pa : menentukan IC
Pe : untuk menentukan batas jantung dimana daerah
jantung terdengar pekak.
Au : menentukan suara jantung 1 dan II,
gallop, adakah bunyi jantung III
dan murmur.
4)
System pencernaan
I : Apakah abdomen membuncit atau datar, tapi
perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, ada benjolan / massa.
Au : mendengar
paristaltik usus dimana normalnya 5 – 35 x / menit
Pa : terdapat nyeri pada
abdomen yang meningkat dan terlokalisir pada titik
mc burney. (setengah jarak antara
umbilikal dan tulang ileum kanan).
pe : normanya
timpani, adanya massa atau cairan akan menimbulkan suara
pekak (hepar, asites, tumor).
5)
System neurologist
Pada
infeksi tingkat kesadaran perlu dikaji, selain itu pemeriksaan GCS apakah
composmentis, somnolen atau Koma.
6)
System musculoskletal
Pada
inspeksi perlu di perhatikan adakah odema, pemeriksaan CRT, dan kekuatan otot.
7)
System integument
Inspeksi
warna kulit, ada tidaknya lesi pada kulit, sianosis, pada palpasi perlu
diperiksa kehangatan kulit.
- PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdiri dari pemeriksaan
darah lengkap dan tes protein aktif
(CRP).
Padaa pemeriksaan darah lengkap di temukan jumlah leukosit antara 10.000 – 20.000 / ml (leukositosis) dan neutrofil diatas 75
%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat 1,6. (www.google.com09-1-2010).
2.
Pemeriksaan Radiologi
Pada
pemeriksaan radiology terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada
pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi
inflamasi pada Appendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT – Scan ditemukan bagian
yang menyilang dengan apendikalit serta perluasan dari Appendiks yang mengalami
inflamasi serta pelebaran sekum 3,5. (www.google.com09-1-201
M. FOKUS INTERVENSI
Adapun
diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan pada pasien dengan appendiktomi
menurut (Doengoes, 1999,Carpenito, 1999)
- Nyeri akut berhubungan dengan adanya luka post operasi.
Hasil
yang diharapakan :
- Klien melaporkan nyeri hilang
- Pasien tampak rileks
INTERVENSI
:
a.
Kaji skala nyeri ( 0 – 10 )
b.
Ukur tanda-tanda vital
c.
Berikan posisi yang nyaman (dengan perubahan posisi)
d.
Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
e.
Jaga lingkungan (Membatasi pengunjung)
f.
Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
- Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
Hasil
yang diharapkan :
- Tidak terjadi infeksi / tanda-tanda infeksi
- Mencapai waktu penyembuhan
INTERVENSI
1.
Monitor tanda-tanda vital
2.
Monitor tanda-tanda infeksi
3. Ganti balutan dan botol drain
tiap hari
4. Gunakan tehnik aseptic setiap tindakan perawatan luka
5.
Kolaborasi pemberian antibiotic sesuai indikasi.
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas dan kelemahan skunder terhadap anestesi, hipoksia, jaringan keridak cukupan cairan dan nutrisi (Carpanito, 999).
Hasil
yang diharapkan :
Pasien
toleransi terhadap aktivitas dibuktikan dengan ambulasi progresif dan kemampuan
untuk melakukan aktifitas.
INTERVENSI
1) Dorongan kemajuan tingkat aktifitas sesuai indikasi
2)
Tingkatkan aktivitas merawat diri
3)
Rencanakan periode istirahat teratur sesuai jadwal
harian.
4)
Identifikasi dan dorong kemajuan pasien dalam
aktivitas
- Resiko / perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Anoreksia hasil yang diharapkan.
Hasil
yang diharapkan :
·
Pasien melaporkan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
·
Berat badan meningkat
·
Porsi makan yang disediakan habis
INTERVENSI
:
1. Kaji riwayat nutrisi pasien termasuk makanan yang disukai
2.
Observasi dan catat masukan makanan pasien
3.
timbang berat badan setiap hari
4.
Bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah
makan.
5. observasi dan catat adanya mual, muntah, dan flatus.
6. berikan makanan yang tidak berpantangan sedikit dan sering diantara
waktu makan.
7. kolaborasi pemberian vitamin dan suplemen atau anti emetik sesuai
indikasi.
DAFTAR PUSTAKA
- Barbara Engram, Askep Medikal Bedah. Volume 2, EGC, Jakarta.
- Carpenito, Linda Jual, Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, 2000, Jakarta.
- Doenges, Marlyn, E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC, 2000. Jakarta
- Elizabeth,3. Corwin, Buku saku Patofisiologi, EGC. Jakarta.
- Ester, Monica, SKP, Keperawatan Medikal Beda (Pendekatan Eastro Intestinal). EGC. Jakarta.
- Pator, M. Nowschhanson, segi praktis ilmu bedah untukpemula. Bina Akasara Jakarta.
- https://perawatkitasatu.blogspot.com "asuhan Keperawatan Appendisitis"
- www.google.com “Asuhan Keperawatan APPENDIKSITIS “18November 2009. (Ruang Cempaka RSUD Pandanaran Boyolali Oleh”Saputra Muhammad Arif(2008).
- www.google.com “PEMERIKSAAN PENUNJANG APPENDIKSITIS”09-1-2010.
- https://asuhankeperawatanoke.blogspot.com "LP Appendiksitis"
BAB I
KONSEP DASAR
APPENDIKSITIS
- PENGERTIAN
Appendiksitis akut adalah penyebab paling umum imflamasi pada kuadran
bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat
(Smaltzer, 2001)
Appendiksitis adalah kondisi dimana infeksis terjadi di umbai cacing.
Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa
perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparatomi dengan penyingkiran umbai
cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi,
dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi
hancur ( Anonim, Appendiksitis, 2007).
Appendiksitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (Appendiks). Infeksi
ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu
bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol
dari bagian awal usus besar atau sokum (cacing). Usus buntu besarnya sekitar
kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian
usus lainya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa
mengeluarkan lendir. (Anonim, Appendiksitis, 2007).
- ANATOMI DAN FISIOLOGI APPENDIKS
Appendiks
merupakan organ yang kecil dan vestigial (organ yang tidak berfungsi) yang
melekat sepertiga jari. Appendiks
terletak diujung sacrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo sekum, bermuara
di bagian posterior dan medial dari sekum. Pada pertemuan ketiga taenia, yaitu taenia anterior,medial dan
posterior. Secara klinik Appendiks terletak pada daerah Mc.Burney yaitu daerah
1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat, panjang Kira –
Kira 6 - 9 cm. Lebar 0.3 – 0.7 cm, isi 0.1 cc, cairan bersifat basa mengandung
amilase dan musin.
- KLASIFIKASI
Klasifikasi apendisitis :
1. Apendisitis akut, dibagi atas : Apendisitis akut
fokalis atau sementalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur local,
apendidisitis purulenta difus, yaitu sudah bertumpuk nanah.
2. Apendisitis kronis, dibagi atas : Apendisitis kronis
fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur local. Appandisitis
kronis obliteritiva yaitu Appendisitis miring, biasanya di temukan pada usia
tua. (www.google.com.ruang
cempaka RSUD pandanaran Boyolali oleh Saputra Muhammad
Arif, 2008)
3. Apendisitis Infiltrat, adalah proses radang Appendiks yang penyebarannya
dapat dibatasi oleh omentum dan usus-usus serta peritoneum di sekitarnya
sehingga membentuk massa (apendical mass) umumnya massa apendik berbentuk pada
hari keempat sejak peradangan mulai, apabila tidak terjadi peritonitis umum,
massa Appendiks lebih sering dijumpai pada pasien berumur 5 tahun atau lebih
karena daya tahan tubuh telah berkembang dengana baik dan omentum telah cukup
panjang dan telah membungkus proses radang. ( Mansjoer, A,dkk,2000 )
- ETIOLOGI
Appendiksitis merupakan infeksi bakteri yang di sebabkan oleh obstruksi
atau peyumbatan akibat :
1.
Hiperplasia dari folikel limfoid
2. Adanya fekalit dalam Lumen Appendiks
3.
Tumor Apediks.
4. Adanya benda asing seperti cacing askariasis.
5. Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti Entamoeba Hiystilotica. ( cacing parasit)
Menurut penelitian, epidemiologi menunjukan kebiasaan makan makanan rendah serat akan mengakibatkan
konstipasi yang dapat menimbulkan apendiksitis. Hal tersebut
akan meningkatkan tekanan intra sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional
Appendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora pada kolon. (Syamsyuhidayat;
2004).
- TANDA DAN GEJALA
Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah tepatnya di daerah Mc.Burney
yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat, dan
biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
Nyeri takan lepas mungkin akan di jumpai.
Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau
diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi Appendiks. Bila
Appendiks melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di
daerah Lumbal : bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat di
ketahui pada pemeriksaan rectal. Nyeri pada defekasi menunjukan bahwa ujung
Appendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekakuan pada bagian
bawah otot rectum kanan dapat terjadi. (www.google.com.ruang cempaka RSUD
pandanaran Boyolali oleh Saputra Muhammad Arif, 2008)
- PATOFISIOLOGI
Penyebab utama Appendiksitis adalah obstruksi penyumbatan yang dapat
disebabkan oleh hyperplasia dari folikel lympoid merupakan penyebab terbanyak
adanya fekalit dalam lumen Appendiks. Adanya benda asing seperti cacing,
striktur karena fibrosis akibat adanya peradangan sebelumyna.
Obstruksi
appendiks itu menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa terbendung, makin lama
mukus yang terbendung makin banyak dan
menekan dinding Appendiks oedema serta merangsang tunika serosa dan peritonium
viseral. Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah,
kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu,
peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum partikel setempat, sehingga
menimbulkan rasa sakit/ nyeri di area kanan bawah, keadaaan ini disebut dengan
Appendiksitis supuratif akut. Bila
kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergi dan ini disebut dengan
Appendiksitis gangrenosa. Bila dinding Appendiks yang telah akut itu pecah,
dinamakan Appendiksitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat
mengelilingi appendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa
lokal, keadaan ini disebut sebagai Appendiksitis abses.
Pada anak-anak karena omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang
relative lebih panjang, dinding Appendiks yang lebih tipis dan daya tubuh
yang masih kurang, demikian juga pada
orang tua karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi
lebih cepat. Bila appendisitis infiltrate ini menyembuh dan kemudian gejalanya
hilang timbul dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis (Junaidi, 1982).
- KOMPLIKASI
Ø Komplikasi dengan
pembentukan abses
Ø Peritonitis
generalisata
Ø Pieloflebitis dan
abses hati, tapi jarang.
- PENCEGAHAN
Pencegahan pada appendiksitis yaitu dengan menurunkan resiko obstruksi
dan peradangan pada lumen Appendiks. Pola eliminasi klien harus dikaji, sebab
obstruksi oleh fekalit dapat terjadi karena tidak ada kuatnya zat tinggi serat.
Perawatan dan pengobatan penyakit cacing juga menimbulkan resiko. Pengenalan yang cepat terhadap gejala dan tanda appendiksitis menurunkan resiko terjadinya gangguan perforasi dan
peritonitis.
- PENATALAKSANAAN
Pada Appendiksitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi
Appendiksitis. Dalam waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di observasi,
istirahat dalam posisi fowler, diberikan antibiotik dan diberikan makanan yang
tidak merangsang peristalik, jika terjadi perforasi diberikan drain di perut
kanan bawah.
·
Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat,
diberikan antibiotik dan kompres untuk menurunkan suhu penderita, pasien
diminta untuk tirabaring dan dipuasakan.
·
Tindakan operatif. Appendiktomi. Tindakan post
operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat
tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri tegak di luar kamar, hari ketujuh luka
jahitan diangkat, klien pulang. (www.google.com.ruang cempaka RSUD
pandanaran Boyolali oleh Saptura Muhammad Arif, 2008)
- FOKUS PENGKAJIAN
Data-data yang di kumpulkan atau di kaji
meliputi :
a.
Identitas diri
Pada
tahap ini perawat perlu mengetahui tentang
nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama, suku bangsa, dan
pekerjaan.
b.
Keluhan utama
Keluhan
utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan /
berobat ke rumah sakit biasanya pada pasien dengan Appendiksitis di dapatkan
keluhan berupa nyeri pada abdomen sebelah kanan bawah tepatnya pada titik Mc burney,
akibat inflamasi pada Appendiks yang bersifat tajam dan terlokalisir terutama
pada saat beraktifitas maupun saat beristirahat.
c.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien
dengan Appendiksitis biasanya akan di awali dengan adanya tanda-tanda seperti
suhu badan naik, mual, muntah, perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu
muncul, apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhan tersebut.
d.
Riwayat penyakit dahulu
Perlu
ditanyakan penyakit atau gejala lain yang pernah di derita pasien seperti
konstipasi, asites, dan lain-lain. Hal ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya faktor predisposisi.
e.
Riwayat penyakit keluarga
Perlu
ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit – penyakit
Appendiksitis, hepatitis, gastritis dan lain-lain.
f.
Riwayat sosial ekonomi, budaya dan lingkungan.
g.
Genogram
Berisi
tentang silsilah keluarga pasien
h. Fokus pengkajian silsilah keluarga pasien.
1) Pola dan pemeliharaan kesehatan
Adanya
tindakan medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi
tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap
pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan makan makanan yang
kurang serat yang mengakibatkan susah BAB.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Dalam pengkajian pada nutrisi dan metabolisme, kita
perlu melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status
nutrisi pasien. Selain itu perlu di tanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum
dan selama di rumah sakit, pasien dengan apendisitis akan mengalami penurunan
nafsu makan akibat dari adanya rasa mual dan muntah. Peningkatan
metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. Pasien dengan Appendiksitis
keadaan umumnya lemah.
3) Pola eliminasi
Dalam
pengkajian pola eliminassi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi sebelum
dan selama di rumah sait. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan
lebih banyak bedrest, sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat
pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristalik otot-otot
tractus digestivus.
4) Pola aktivitas dan latihan
Akibat
adanya peradangan (inflamasi) pada apendik atau post op appendiktomi, pasien
dengan Appendiksitis akan mengalami nyeri yang tajam pada aktifitas minimal,
disamping itu pasien juga akan mengurangi aktifitasnya akibat ada nyeri akut.
Dan untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien di Bantu oleh
perawat dan keluarganya.
5) Pola tidur dan istirahat
Adanya
rasa nyeri perut bagian kanan bawah dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat. Selain itu akibat perubahan
kondisi dari lingkungan rumah yang tenang kelingkungan rumah sakit, dimana
banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan sebagainya.
6) Pola hubungan dan peran
Akibat
sakitnya, secara langsung pesien akan mengalami perubahan peran dirumah dan
masyarakat selain itu juga mempengaruhi hubungan inter personal pasien.
7) Pola persepsi dan konsep lain
Pola
persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah pasien yang tadinya sehat
tiba-tiba mengalami sakit, sebagai orang awam, pasien mungkin akan beranggapan
bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini pasien
mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadaap dirinya.
8) Pola sensori dan kogniti
Fungsi
panca indra pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga dengan proses
berfikirnya.
9) Pola reproduksi seksual
Kebutuhan
seksual pasien dalam hal ini terganggu
untuk sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya
lemah.
10) Pola penanggulangan stress
Bagi
pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan mengalami stress dan
mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya
tentang penyakitnya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Sebagai
seorang beragama pasien lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan menganggap
bahwa penyakit ini adalah suatu cobaan dari tuhan.
- PEMERIKSAAN FISIK (Menurut Kapira Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2, Arif Mansjoer)
1)
Status kesehatan umum
Tingkat
kesadaran pasien perlu di kaji, bagaimana
penampilan pasien secara umum, perlu juga dilakukan pengukuran tinggi
badan dan berat badan serta TTV.
2)
System respirasi
I : bentuk torax, postur tubuh, lihat adanya
kelainan seperti bentuk dada
barel chast, farel chast, risort chast.
Pa : melakukan
teknik focal fremitus, periksa adanya nyeri tekan.
Pe : periksa
apakah terdapat suara pekak, resonan, Hiper resonan / timpani.
Au :
mendengarkan bunyi paru vesikuler, bronchial, bronco vesikuler.
3)
Dada
I : letak ictus cordis, normal pada ICS V pada
lineaa media claviculaus kiri
selebar 1 cm.
Pa : menentukan IC
Pe : untuk menentukan batas jantung dimana daerah
jantung terdengar pekak.
Au : menentukan suara jantung 1 dan II,
gallop, adakah bunyi jantung III
dan murmur.
4)
System pencernaan
I : Apakah abdomen membuncit atau datar, tapi
perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, ada benjolan / massa.
Au : mendengar
paristaltik usus dimana normalnya 5 – 35 x / menit
Pa : terdapat nyeri pada
abdomen yang meningkat dan terlokalisir pada titik
mc burney. (setengah jarak antara
umbilikal dan tulang ileum kanan).
pe : normanya
timpani, adanya massa atau cairan akan menimbulkan suara
pekak (hepar, asites, tumor).
5)
System neurologist
Pada
infeksi tingkat kesadaran perlu dikaji, selain itu pemeriksaan GCS apakah
composmentis, somnolen atau Koma.
6)
System musculoskletal
Pada
inspeksi perlu di perhatikan adakah odema, pemeriksaan CRT, dan kekuatan otot.
7)
System integument
Inspeksi
warna kulit, ada tidaknya lesi pada kulit, sianosis, pada palpasi perlu
diperiksa kehangatan kulit.
- PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdiri dari pemeriksaan
darah lengkap dan tes protein aktif
(CRP).
Padaa pemeriksaan darah lengkap di temukan jumlah leukosit antara 10.000 – 20.000 / ml (leukositosis) dan neutrofil diatas 75
%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat 1,6. (www.google.com09-1-2010).
2.
Pemeriksaan Radiologi
Pada
pemeriksaan radiology terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada
pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi
inflamasi pada Appendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT – Scan ditemukan bagian
yang menyilang dengan apendikalit serta perluasan dari Appendiks yang mengalami
inflamasi serta pelebaran sekum 3,5. (www.google.com09-1-201
M. FOKUS INTERVENSI
Adapun
diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan pada pasien dengan appendiktomi
menurut (Doengoes, 1999,Carpenito, 1999)
- Nyeri akut berhubungan dengan adanya luka post operasi.
Hasil
yang diharapakan :
- Klien melaporkan nyeri hilang
- Pasien tampak rileks
INTERVENSI
:
a.
Kaji skala nyeri ( 0 – 10 )
b.
Ukur tanda-tanda vital
c.
Berikan posisi yang nyaman (dengan perubahan posisi)
d.
Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
e.
Jaga lingkungan (Membatasi pengunjung)
f.
Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
- Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
Hasil
yang diharapkan :
- Tidak terjadi infeksi / tanda-tanda infeksi
- Mencapai waktu penyembuhan
INTERVENSI
1.
Monitor tanda-tanda vital
2.
Monitor tanda-tanda infeksi
3. Ganti balutan dan botol drain
tiap hari
4. Gunakan tehnik aseptic setiap tindakan perawatan luka
5.
Kolaborasi pemberian antibiotic sesuai indikasi.
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas dan kelemahan skunder terhadap anestesi, hipoksia, jaringan keridak cukupan cairan dan nutrisi (Carpanito, 999).
Hasil
yang diharapkan :
Pasien
toleransi terhadap aktivitas dibuktikan dengan ambulasi progresif dan kemampuan
untuk melakukan aktifitas.
INTERVENSI
1) Dorongan kemajuan tingkat aktifitas sesuai indikasi
2)
Tingkatkan aktivitas merawat diri
3)
Rencanakan periode istirahat teratur sesuai jadwal
harian.
4)
Identifikasi dan dorong kemajuan pasien dalam
aktivitas
- Resiko / perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Anoreksia hasil yang diharapkan.
Hasil
yang diharapkan :
·
Pasien melaporkan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
·
Berat badan meningkat
·
Porsi makan yang disediakan habis
INTERVENSI
:
1. Kaji riwayat nutrisi pasien termasuk makanan yang disukai
2.
Observasi dan catat masukan makanan pasien
3.
timbang berat badan setiap hari
4.
Bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah
makan.
5. observasi dan catat adanya mual, muntah, dan flatus.
6. berikan makanan yang tidak berpantangan sedikit dan sering diantara
waktu makan.
7. kolaborasi pemberian vitamin dan suplemen atau anti emetik sesuai
indikasi.
DAFTAR PUSTAKA
- Barbara Engram, Askep Medikal Bedah. Volume 2, EGC, Jakarta.
- Carpenito, Linda Jual, Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, 2000, Jakarta.
- Doenges, Marlyn, E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC, 2000. Jakarta
- Elizabeth,3. Corwin, Buku saku Patofisiologi, EGC. Jakarta.
- Ester, Monica, SKP, Keperawatan Medikal Beda (Pendekatan Eastro Intestinal). EGC. Jakarta.
- Pator, M. Nowschhanson, segi praktis ilmu bedah untukpemula. Bina Akasara Jakarta.
- https://perawatkitasatu.blogspot.com "asuhan Keperawatan Appendisitis"
- www.google.com “Asuhan Keperawatan APPENDIKSITIS “18November 2009. (Ruang Cempaka RSUD Pandanaran Boyolali Oleh”Saputra Muhammad Arif(2008).
- www.google.com “PEMERIKSAAN PENUNJANG APPENDIKSITIS”09-1-2010.
- https://asuhankeperawatanoke.blogspot.com "LP Appendiksitis"
0 komentar
Posting Komentar